Mohon tunggu...
Roni Hartono Putra
Roni Hartono Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Jember

Memberikan Informasi Sebaik-baiknya. Tidak menguntungkan segelintir Pihak tapi semua Pihak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ikut Kampus Mengajar Dapat 7 Juta? Bagaimana dengan Guru Honorer? Masihkah Ada Keadilan di Negeri Ini?

20 Juni 2021   09:32 Diperbarui: 20 Juni 2021   09:35 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ikut Kampus Mengajar Dapat 7Juta? Bagaimana Dengan Guru Honorer? Masihkah Ada Keadilan Di Negeri Ini?

Oleh: Roni Hartono Putra, Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Universitas Jember

Pada bulan Maret 2021 ini saya mendapat kabar bahwa Kemendikbud mengadakan Program Kerja Kampus Mengajar, saya sebagai mahasiswa yang bukan jurusan Ilmu Pendidikan tentu tidak terlalu tertarik dengan hal itu, karena saya lebih fokus untuk magang di Perusahaan yang bagus. Tetapi teman-teman saya yang ingin mengajar mengikuti agenda tersebut. Sebenarnya Penempatan yang di SD 3T(Terpencil, Tertinggal dan Terbelakang) lah yang membuat saya tidak terlalu berniat untuk mengikutinya. Bukannya saya merendah tapi bagi saya mengajar anak SD 3T(Terpencil, Tertinggal dan Terbelakang) bukan kompetensi saya. Saya takut tidak bekerja sesuai Profesionalitas. Saya tidak serajin dengan teman-teman saya yang dengan sabar dan tlaten mengajar anak-anak SD 3T(Terpencil, Tertinggal dan Terbelakang).

Baru-baru ini ada pengumuman dari Kemendikbud tentang kampus mengajar tahap 2 yang akan diselenggarakan bulan Juni sampai September. Termasuk dari pendaftaran sampai laporan akhir. Saya mulai berpikir dan tertarik untuk mengikuti agenda tersebut. Sebagai manusia modern, saya tentu berpikir tentang benefit yang akan saya peroleh ketika mengikuti hal tersebut. Dari sisi kemanusiaan dan juga uang. Benefitnya saya dapat membantu anak-anak SD 3T(Terpencil, Tertinggal dan Terbelakang). Atau hal kemanusiaan lainnya. Tentu juga menambah dedikasi saya kepada Pendidikan. Tapi saya juga tidak mau waktu saya terbuang sia-sia, saya juga membutuhkan ongkos, makan, dan juga paket data dalam pembuatan laporan akhir.

Saya bertanya pada teman saya yang kebetulan telah selesai mengikuti Kampus Mengajar tahap 1 tersebut, saya bertanya tentang fee atau uang yang diperoleh selama mengajar. Dan teman saya menjawab 2,4 juta buat UKT dan per bulan 1,2 juta selama 3 bulan. Yang kalau ditotal sekitar 7 juta yang dia dapat selama agenda tersebut. Mulai awal pendaftaran, mengajar, sampai laporan akhir.

Saya langsung kaget What? 7 juta untuk mengajar selama 3-4 bulan? That's real kah? Saya dengan tidak percaya karena uang yang ditawarkan begitu banyak sedangkan tetangga saya yang mengajar sebagai guru honorer selama bertahun-tahun hanya memperoleh sekitar Rp300 ribu/bulan.  

Saya tentu tidak langsung percaya dengan fenomena tersebut, bagaimana bisa mahasiswa yang istilahnya "kurang pengalaman" mendapatkan uang sebesar itu hanya dengan mengajar SD 3T(Terpencil, Tertinggal dan Terbelakang) selama 3 bulan? Sedangkan tetangga saya yang sudah bertahun-tahun mengajar hanya digaji Rp300ribu/bulan. Saya browsing tentang fee kampus mengajar hanya sebesar Rp700ribu/bulan. Tapi ketika terjadi dilapangan angka itu naik menjadi 1,2 juta/ bulan. Karena suatu alasan. Alasan kenaikan fee ini adalah karena beban berat dalam mengajar yang diterima mahasiswa tidak sesuai dengan fee yang terkesan kecil.

Saya masih tidak percaya dengan pernyataan teman saya yang mendapat fee sebesar itu, Saya kemudian bertanya kepada teman saya yang lain yang beda Universitas dan juga beda Jurusan. Ternyata saya mendapatkan kenyataan bahwa mereka mendapatkan uang sebesar Rp 1,2juta/bulan. Saya tidak meyalahkan Pemerintah dalam ketidakadilan ini, tapi saya mungkin kurang setuju dengan regulasi ini. 

Di negara kita masih banyak guru honorer yang tidak terurus dengan regulasi jelas, malah Kemendikbud sibuk dengan program kampus mengajar. Lah mereka yang sudah mengajar selama bertahun-tahun kenapa mereka mendapatkan ketidakadilan seperti ini? Saya bertanya kepada saudara yang berada di kursi jabatan, jangan dijadikan program ini ajang promosi atau hal lainnya. Jangan sampai isu ini ditutupi oleh isu yang lainnya.

Saya sedikit kesal dengan regulasi yang dibuat pemerintah. Tapi saya hanya rakyat biasa yang takut akan ancaman. Kenapa Pemerintah terlalu sibuk dengan Program Kerja mereka dan melupakan Rakyatnya? Apa kami benar-benar Rakyat Indonesia? Saya mencoba browsing lagi tentang gaji guru honorer, dan bahkan saya mendapat satu kemirisan yang mana guru honorer di Sumut yang hanya Rp144ribu/bulan. Ini satu aja yang terkuak dan masih banyak lagi guru honorer yang kurang sejahtera dan tidak terekspos oleh media.

Saya tahu Mahasiswa adalah Penunggang Masa Depan Indonesia, Saya tahu Mahasiswa adalah generasi emas yang akan membuat Perubahan di Indonesia. Saya Tahu Mahasiswa adalah Aset Berharaga di Negara kita. Tapi kita harus ingat Guru itu adalah Pahlawan yang akan membentuk generasi emas ini. Guru adalah cikal bakal segalanya. Kalau guru saja tidak dihargai bagaimana mereka layak disebut Pahlawan tanpa Tanda Jasa. Atau sebutan itu hanya untuk menenangkan mereka saja? Atau bahkan merendahkan mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun