EPISODE 2:
Dinasti Umayyah: Ketika Kekuasaan Menjadi Warisan dan Islam Menjadi Imperium
"Islam dibangun oleh wahyu, tapi mulai dikuasai oleh dinasti."
Prolog: Dari Musyawarah ke Monarki
Ketika Muawiyah bin Abi Sufyan naik menjadi Khalifah pasca wafatnya Ali bin Abi Thalib (661 M), sejarah Islam memasuki babak baru. Bukan lagi sistem syura atau pemilihan khalifah lewat konsensus, melainkan kekuasaan yang diwariskan secara turun-temurun. Inilah kelahiran Dinasti Umayyah, kekhalifahan pertama dalam bentuk kerajaan Islam.
Muawiyah, tokoh politik ulung dari Bani Umayyah, adalah sahabat Nabi yang cerdas, tetapi juga sangat pragmatis. Ia membangun birokrasi kekuasaan yang kuat, memindahkan ibu kota dari Madinah ke Damaskus, dan memperluas kekuasaan Islam ke Afrika Utara, India, bahkan Spanyol.
Tapi kejayaan ini dibayar mahal: iman disubordinasikan oleh loyalitas politik, dan dakwah berubah menjadi ekspansi imperialis.
Muawiyah dan Lahirnya Dinasti
Muawiyah memerintah selama 20 tahun dengan tangan besi namun stabil. Ia menyatukan umat yang terpecah akibat perang saudara. Tapi saat ia mengangkat putranya, Yazid, sebagai penerus, umat mulai bertanya: sejak kapan Islam menjadi dinasti?
Penolakan datang dari Husain bin Ali (cucu Nabi), Abdullah bin Zubair, dan banyak sahabat besar. Puncaknya adalah Tragedi Karbala (680 M), di mana Husain dan keluarganya dibantai oleh pasukan Yazid. Luka ini tidak pernah sembuh dalam tubuh umat Islam.
Pelajaran: Ketika kekuasaan diwariskan bukan atas dasar keadilan, yang lahir bukan kesetiaan, tapi luka kolektif.
Ekspansi Tanpa Reformasi: Islam Menjadi Imperium
Di masa Umayyah, wilayah Islam meluas luar biasa---dari Spanyol di barat sampai India di timur. Tapi apa yang terjadi di dalam?
*Struktur pemerintahan meniru Bizantium dan Persia.
*Bahasa Arab dijadikan bahasa resmi negara.
*Non-Arab (mawali) diperlakukan sebagai kelas dua.
*Pajak (jizyah) tetap dipungut dari Muslim non-Arab.
*Bani Umayyah mengokohkan elit Quraisy sebagai penguasa tunggal.
Ini bukan lagi umat yang setara dalam ukhuwah Islamiyah, melainkan struktur imperium yang Arab-sentris dan eksklusif.
Pelajaran: Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam tergelincir menjadi proyek hegemoni etnis.
Pemberontakan, Ketidakadilan, dan Runtuhnya Legitimasi
Ketidakpuasan mulai membuncah:
*Di Persia, kaum mawali memberontak atas diskriminasi.
*Di Hijaz, para alim dan keturunan Nabi merasa terpinggirkan.
*Kaum Khawarij menyebar sebagai oposan teologis-politis.
*Kaum Syiah lahir dari kekecewaan atas perlakuan terhadap Ahlul Bait.
Beberapa pemberontakan besar:
*Abdullah bin Zubair mendirikan kekhalifahan tandingan di Mekah (683--692 M).
*Revolusi Abbasiyah (750 M), didukung oleh keturunan Abbas bin Abdul Muthalib dan kaum mawali, menjatuhkan Umayyah secara brutal.
Hanya satu cabang Umayyah yang selamat dan mendirikan kekuasaan di Andalusia (Spanyol).
Pelajaran: Ketidakadilan internal jauh lebih mematikan daripada serangan eksternal. Ketika keadilan digantikan diskriminasi, kekuasaan runtuh dari dalam.
Infiltrasi dan Kemunafikan Politik
Dinasti Umayyah sarat dengan infiltrasi:
*Pejabat yang mencari posisi lewat ghuluw (ekstremisme) agama.
*Para ulama bayaran yang melegitimasi tirani demi kenyamanan.
*Lahirnya "politik mimbar" untuk menyerang lawan lewat khutbah Jumat.
Para penguasa lebih takut pada ulama merdeka daripada musuh di perbatasan. Beberapa ulama besar seperti Hasan al-Bashri dan Sa'id bin Jubair menolak tunduk, tapi mereka disingkirkan atau dibunuh.
Pelajaran: Saat agama menjadi alat kekuasaan, ulama berubah menjadi politisi, dan mimbar menjadi senjata propaganda.
Runtuhnya Dinasti Umayyah: Sebuah Ironi
Dinasti ini bertahan hanya 89 tahun (661--750 M). Didirikan dengan nama sahabat Nabi, tetapi diruntuhkan oleh kaum yang merasa paling ditinggalkan oleh nilai-nilai Islam: keturunan Nabi dan kaum non-Arab.
Dampak Negatif Utama:
1.Islam kehilangan semangat egaliter dan digantikan feodalisme religius.
2.Polarisasi Sunni-Syiah semakin mengeras akibat Tragedi Karbala.
3.Dakwah bergeser menjadi ekspansi kekuasaan, bukan transformasi sosial.
4.Muncul budaya nepotisme, absolutisme, dan kultus individu.
Refleksi dan Evaluasi
1.Apakah kesalahan Umayyah terletak pada sistem?
Ya. Islam sebagai dinasti monarki telah mengaburkan idealisme awal umat Islam: musyawarah dan kesetaraan.
2.Apakah prestasi ekspansi membenarkan penyimpangan nilai?
Tidak. Ekspansi tanpa keadilan hanya melahirkan kekuasaan rapuh.
3.Mengapa umat tidak bisa mencegahnya?
Karena para pemimpin lebih sibuk mempertahankan kekuasaan daripada membina umat. Dan rakyat terlalu takut atau terbuai propaganda negara.
Referensi:
*Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk
*Khalid Blankinship, The End of the Jihd State
*Albert Hourani, A History of the Arab Peoples
*Sayyid Qutb, Fi Zhilal al-Qur'an
*Patricia Crone, Slaves on Horses: The Evolution of the Islamic Polity
*Bernard Lewis, The Arabs in History
Disclaimer:
Tulisan ini disusun untuk tujuan reflektif dan edukatif. Tidak ada niat merendahkan tokoh sejarah atau mazhab manapun. Sejarah adalah cermin yang jujur: tidak bisa diubah, tapi bisa diambil pelajaran untuk masa depan.
Tagar:
#RefleksiUmat #SejarahIslam #DinastiUmayyah #KeadilanIslam #ImperiumIslam #TragediKarbala #PelajaranUmat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI