"Reverse Engineering di Negeri Berdaulat: Mimpi atau Jalan Sunyi Menuju Kemandirian Alutsista?"
"Mengapa kita harus beli tank bekas dari Eropa, ketika anak-anak bangsa bisa membongkar, meniru, dan bahkan menciptakan yang lebih hebat?"
-- Pertanyaan yang kerap terdengar nyaring di seminar pertahanan, lalu hilang ditelan laporan anggaran.
Babak Satu: Negeri Konsumen Alutsista
Indonesia, negeri 17 ribu pulau dengan sejarah perlawanan berdarah, hari ini ironisnya justru bergantung pada alutsista buatan negara yang dulu menjajah atau menjajah tetangganya. Kita beli pesawat dari AS, kapal dari Korea, dan panser dari Prancis. Semua hebat... sampai suku cadangnya embargo.
Alih-alih membangun sistem pertahanan berbasis ilmu dan kemandirian, kita lebih suka mengimpor kebanggaan, lalu menyematkan plakat "made in luar negeri" dengan bangga dalam upacara kenegaraan.
Babak Dua: Apa Itu Reverse Engineering?
Reverse engineering adalah seni membongkar teknologi untuk dipelajari dan ditiru---seperti anak kecil yang mengupas mainan, bukan untuk merusak, tapi untuk tahu cara kerjanya.
Di bidang pertahanan, ini artinya:
*Membongkar jet musuh yang jatuh.
*Meniru sistem radar negara lain.
*Menciptakan rudal sendiri dari cetak biru yang dibongkar diam-diam.
Cina melakukannya. Iran melakukannya. Bahkan Israel yang katanya "beradab" pun lahir dari reverse engineering senjata-senjata Eropa.
Babak Tiga: Apa Bisa Indonesia?
Jawaban cepat: Bisa.
Jawaban panjang: Belum tentu.