Mohon tunggu...
Ronald SumualPasir
Ronald SumualPasir Mohon Tunggu... Penulis dan Peniti Jalan Kehidupan. Menulis tidak untuk mencari popularitas dan financial gain tapi menulis untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran karena diam adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Tall and brown skin. Love fishing, travelling and adventures.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Deindustrialisasi Akibat dari Banyaknya Proyek-Proyek Bohongisasi.

5 Juli 2025   21:18 Diperbarui: 5 Juli 2025   21:18 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Taktik Bertahan: Ajukan Restrukturisasi, Tambah Kredit

Ketika proyek gagal, pemiliknya tak lantas bangkrut. Mereka justru meminta:
*Rescheduling: jadwal pembayaran diubah.
*Refinancing: utang lama dibayar dengan utang baru.
*Restructuring: kredit lama dikemas ulang seolah proyek masih layak.

Bahkan banyak yang sengaja membuat proyek over-budget (cost overrun) agar kredit ditambah. Dana tambahan ini kemudian digunakan untuk hal lain: beli aset pribadi, limpahkan ke proyek baru, atau sekadar disimpan sebagai dana darurat.

Semua ini tidak akan terjadi tanpa kerja sama gelap antara pengusaha, konsultan, dan pejabat perbankan. Mereka menciptakan sistem yang penuh kebohongan, tapi tampak legal di atas kertas.

Akhirnya: Kredit Macet dan Industrialisasi Gagal

Beberapa tahun setelahnya, dampaknya mulai terasa:
*Kredit macet menjamur di bank-bank BUMN.
*Industri-industri tutup karena tidak efisien.
*Barang-barang impor mulai masuk dan jauh lebih kompetitif.

Proteksi pun diminta oleh para pengusaha. Mereka berteriak bahwa barang lokal harus dilindungi dari serbuan luar. Padahal, jika proyek dari awal dijalankan dengan niat baik dan efisiensi yang rasional, produk Indonesia bisa bersaing.

Upaya proteksi seperti bea masuk tinggi, SNI, hingga kuota impor hanya memperpanjang napas industri yang sebenarnya sudah sakit sejak lahir.

Bangkrutnya Sistem: Lahirnya Bank Mandiri dan Hilangnya Jejak

Pada akhir era Orde Baru, empat bank besar negara mengalami keruntuhan kredit:
*Bank Bumi Daya
*Bank Dagang Negara
*Bank Ekspor Impor
*Bank Pembangunan Indonesia

Keempatnya kemudian dilebur menjadi satu entitas: Bank Mandiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun