Pernyataan tersebut mengingat kondisi ekonomi Indonesia yang belum stabil dan teknologi yang masih tertinggal dari negara maju. Namun, Indonesia tetap berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dengan berbagai macam strategi dan perencanaa.
Komitmen Indonesia Capai Net Zero Emission
Dilansir dari siaran pers kementrian ESDM, bahwa Kemetrian ESDM bersama dengan KLHK telah menyusun program penurunan emisi dalam bidang ketenagalistrikan. "Implementasi program tersebut antara lain melalui penghentian pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebanyak 53 GW antara tahun 2025-2045" Ujar Arifin Tasrif Menteri ESDM.
Menko Kemaritiman dan Investasi Bapak Luhut Binsar Pandjaitan dalam kanal youtube metrotvnews menyatakan bahwa Indonesia dapat mencapai NZE lebih awal dari prakiraan (2060). Optimisme tersebut berdasarkan 2 hal yaitu kemajuan teknologi yang terus berkembang dan dukungan finansial akan bagus karena ekonomi Indonesia pasti jauh lebih bagus dari sekarang ini kalau melihat apa yang terjadi.
Dukung Program Net Zero Emission dengan 4 langkah sederhana
Meskipun Net Zero Emission merupakan projek bertaraf nasional dan internasional, tetapi peran masyarakat sangat dibutuhkan. Sinergi yang terjadi antara masyarakat dan kementrian garda terdepan dalam penanganan isu perubahan iklim (KLHK, Bappenas, ESDM, Perhubungan, Industri, Pertanian dan Keuangan) dapat mendukung terciptanya NZE tahun 2060 atau lebih awal.
Berikut ini adalah 4 langkah sederhana bentuk dukungan terhadap Net Zero Emission :
1. Gerakan Menanam Tumbuhan
Kondisi wilayah Indonesia yang subur menjadikan keanekagaman tumbuhan yang tinggi. Kondisi tersebut sangat menguntungkan karena tumbuhan merupakan agen alami penyerap emisi karbon dioksida. Jenis tumbuhan yang peling efektif menyerap karbon dioksida adalah Pohon (tumbuhan berkayu dengan tinggi kurang lebih 15-20 kaki). Karena, pohon memerlukan sumber karbondioksida yang cukup banyak untuk tumbuh dan berkembang.
Gerakan menanam tumbuhan mungkin tidak se-efektif gerakan menanam pohon. Tetapi gerakan menanam tumbuhan tidak memerlukan lahan yang luas dan regulasi yang mengikat. Seperti masyarakat perkotaan yang minim lahan terbuka dapat melakukan gerakan menanam tumbuhan di sudut-sudut rumah atau halaman.
Begitu pula daerah pesisir pantai yang memiliki lahan marginal akibat salinitas air yang tinggi tetap dapat melakukan gerakan menanam tumbuhah dalam pot atau polibag.
Meskipun, tidak semua tumbuhan memiliki penyerapan karbon yang tinggi, tetapi paling tidak menanam tumbuhan dapat menyerap emisi karbon di lingkungan sekitarnya. Semisal dalam satu desa aktif melakukan gerakan menanam tumbuhan, berarti desa tersebut telah mengurangi pelepasan karbon ke atmosfer.
2. Memilih Produk Ramah Lingkungan
Memilih produk ramah lingkungan sama seperti kita ikut menjaga lingkungan tetap lestari. Prinsip dari ramah lingkungan adalah "zero waste" atau meminimalisir bahkan menghilangkan terbentuknya limbah. Umumnya produk ramah lingkungan dapat di daur ulang atau tidak berdampak pada ekosistem lingkungan sehingga tidak menyebabkan permasalahan baru bagi lingkungan.
Lingkungan yang bermasalah akan mengakibatkan rusaknya ekosistem dan pencemaran lingkungan, seperti berkurangnya keanekaragaman tumbuhan, tercemarnya sungai, dan terciptanya polusi udara. Tumbuhan, air dan udara merupakan unsur biotik dan abiotik yang sangat berpengaruh dalam pencegahan global warming.
3. Bijak mengunakan Listrik
Listrik menjadi kebutuhan yang sangat urgen bagi kehidupan. Walaupun terkadang kita menyepelekan hal tersebut, seperti tidak mematikan lampu ketika tidak digunakan, menonton tv walau tidak ada yang menarik, menyalakan radio meski tertidur pulas.