Belum lagi biaya pengobatan dan asuransi yang tidak bisa kita perkirakan namun harus dipenuhi. Memiliki seorang anak bukan hanya menguras "dompet" tapi juga membuat seseorang akan kehilangan "me time"-nya.
Ketika masih kecil, kita tidak pernah berpikir apa yang dilakukan orangtua dengan mengubur "me time" mereka demi memenuhi kebutuhan dan keinginan kita.
Yang kita tahu, ketika lapar, makanan sudah tersedia di meja makan. Ketika lelah, kasur telah terhampar di kamar tidur. Uang sekolah, buku pelajaran, jajan, sepatu, dan seragam telah disiapkan orangtua sebelum kita berangkat sekolah.Â
Bagi yang memiliki kelebihan keuangan, kendaraan seperti motor atau mobil telah disiapkan lengkap dengan uang bensinnya.
Namun, pernahkah kita berpikir bagaimana mereka, para orangtua, menyiapkan dan memberikan itu semua kepada kita? Tak pernahkah kita bayangkan bagaimana sulitnya mereka pada saat itu mencari uang untuk menafkahi kita, anak-anaknya?Â
Bagaimana bisa dengan "kepintaran" yang telah kita dapatkan sekarang bisa melupakan kontribusi orangtua kita terhadap pencapaian kita saat ini?
Lalu apakah hanya gegara kalimat "investasi butuh modal" dan/atau "kita hidup di jaman ketidakpastian" kemudian dijadikan alasan untuk tidak membantu membiayai orangtua kita seberapa besar pun itu?
Ciumbuleuit, 1 Februari 2020