Mohon tunggu...
Romi Febriyanto Saputro
Romi Febriyanto Saputro Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Ahli Madya Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen

Bekerja di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen sebagai Pustakawan Ahli Madya. Juara 1 Lomba Penulisan Artikel Tentang Kepustakawanan Indonesia Tahun 2008. Email : romifebri@gmail.com. Blog : www.romifebri.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perpustakaan Digital Antara Obsesi dan Realitas

8 Maret 2018   14:04 Diperbarui: 8 Maret 2018   14:50 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Wahyu Supriyanto dan Ahmad Muhsin (2008) dalam buku yang berjudul Teknologi Informasi Perpustakaan : Strategi Perancangan Perpustakaan Digital mendefinisikan perpustakaan digital sebagai sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek informasi yang mendukung akses obyek informasi tersebut melalui perangkat digital. Layanan ini diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi di dalam koleksi obyek informasi seperti dokumen, gambar, dan database dalam format digital dengan cepat, tepat, dan akurat.

Beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan konsep perpustakaan digital seperti perpustakaan elektronik, perpustakaan maya, perpustakaan hyper, perpustakaan cyber dan perpustakaan tanpa dinding. Pada dasarnya, perpustakaan digital itu sama saja dengan perpustakaan biasa, hanya saja memakai prosedur kerja berbasis komputer dan sumber informasinya digital. Jaringan informasi internet memberikan kesempatan luas untuk mengakses lembaga yang menyediakan informasi.

Perpustakaan digital ini tidak berdiri sendiri melainkan terkait dengan sumber-sumber lain dan pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna di seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidaklah terbatas pada dokumen elektronik pengganti bentuk cetak saja, ruang lingkup koleksinya malah sampai pada artefak digital yang tidak bisa digantikan dalam bentuk tercetak. Koleksi digital menekankan pada isi informasi,  jenisnya dari dokumen tradisional sampai hasil penelusuran.

Obsesi

Selanjutnya Wahyu Supriyanto dan Ahmad Muhsin menjelaskan bahwa perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi merupakan salah satu bidang pengelola  sumber informasi yang sudah seharusnya terjamah penerapan teknologi informasi yang telah berkembang dengan pesat.  Perkembangan dari penerapan teknologi informasi bisa kita lihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang selalu berkaitan dengan teknologi informasi. Diawali dari perpustakaan manual, perpustakaan terotomasi, perpustakaan digital atau digital library.

Ukuran perkembangan jenis perpustakaan banyak diukur dari penerapan teknologi informasi yang digunakan dan bukan dari skala ukuran lain seperti gedung yang digunakan, jumlah koleksi yang tersedia maupun jumlah penggunanya.  Kebutuhan akan teknologi informasi sangat berhubungan dengan peran dari perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang, seiring dengan menulis, mencetak, mendidik, dan kebutuhan manusia akan informasi. Perpustakaan membagi rata informasi dengan cara mengidentifikasi, mengumpulkan, mengelola, dan menyediakannya untuk umum.

Digitalisasi perpustakaan merupakan salah satu jawaban terhadap pelayanan sirkulasi dan pelayanan informasi yang selama ini dikeluhkan masyarakat pengguna jasa perpustakaan. Hal ini tentunya bisa mengeliminasi citra negatif terhadap perpustakaan yang terkadang belum memainkan peran signifikan sebagai bagian dalam dunia informasi yang bersifat ilmiah, edukatif,rekreatif ataupun fungsi lainnya.

Realitas

Kecepatan internet di tanah air dibanding dengan negara lain di Asia memang tergolong lambat. Menurut situs id.techinasia.com,  kecepatan rata-rata internet di China -- tidak termasuk Hong Kong -- adalah 2,9 Mbps, yang merupakan perkembangan yang baik dibanding pada kuartal kedua 2011 yang hanya 1,0 Mbps. India belum mempunyai banyak perkembangan, beranjak dari 0,8 Mbps ke 1,4 Mbps dalam jangka waktu yang sama. Sedangkan Indonesia masih cukup lamban dengan rata-rata 1,5 Mbps, namun masih lebih cepat dibanding India. Ini adalah kendala klasik yang menghambat akses ke website perpustakaan digital.

Kecepatan, akses internet di Indonesia juga masih terhitung rendah. Sehingga mitos bahwa perpustakaan digital lebih murah daripada perpustakaan konvensional bisa terbantahkan. Perpustakaan digital murah itu mungkin berlaku untuk negara-negara maju dengan dukungan infrastruktur digital yang juga maju. Sementara itu di tanah air infrastruktur digital kita baru berkembang dengan lambat. Di Jawa Tengah saja akses internet belum bisa dinikmati dengan baik dan merata untuk desa-desa terpencil apalagi kondisi di luar Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun