Mengerikan saat mendengar rektor Unila (Universitas Lampung) tertangkap tangan menerima uang suap terkait seleksi mahasiswa baru dengan jalur mandiri.Â
Terlebih lagi, seperti dikutip dari kompas.com sang rektor juga menentukan mekanisme termasuk menunjuk wakil rektor, ketua senat, sampai dengan dosen untuk menentukan siapa saja mahasiswa yang lulus dalam proses Seleksi Mandiri Masuk unila (Simanila).
Celakanya lagi, bahwa rektor atas nama Karomani yang membangun mekanisme suap ini dikukuhkan sebagai guru besar ke-60 di Unila sebagai professor Bidang Ilmu Komunikasi Sosial dimana sebelumnya ia menjabat menjadi wakil rektor bidang kemahasiswaan dan alumni pada tahun 2016-2020.Â
Merujuk pada Unila.ac.id Karomani sendiri di lantik langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada hari senin 25 November 2019 dimana setelah pengambilan sumpah dan pelantikan ia mengatakan bahwa akan membangun solidaritas dan sinergisitas di Universitas Lampung.Â
Sesuai instruksi Mendikbud, Karomani akan membenahi penerapan kurikulum sesuai tuntutan masa depan yakni penguatan sumber daya manusia dan penelitian yang tidak dapat dipisahkan dengan kemajuan universitas.
Memang benar, cukup 3 tahun bagi karomani untuk membangun solidaritas dan sinegisitas di lingkup universitas sebagaimana di jelaskan, namun maksudnya mungkin ditujukan dalam hal solidaritas dan sinergisitas mencari keuntungan dari program mandiri seperti banyaknya jabatan di bawah rektor yang turut serta membantu tindakan tersebut.
Bak menelan ludah sendiri, kasus suap di perguruan tinggi malah menjadi sejarah baru nan kelam bagi dunia pendidikan di Indonesia, dimana universitas seharusnya menjadi tempat membangun idealisme, berkembang, dan berpikir kritis, namun  dirubah menjadi sarang pelacur-pelacur intelek yang tanpa malu menjajakan "akses masuk" dengan mematok harga sesuka hatinya.Â
Bahkan, sematan "pelacur" pun terlalu sopan bagi para oknum (katanya) pejabat universitas yang telah terbukti menjual dan memperkosa nilai-nilai pendidikan tinggi hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Â
Mentalitas mahasiswa
Perbuatan pelacur intelek ini jelas mencederai masa depan calon-calon sarjana yang lulus dari universitas yang viral karena pejabatnya terbukti melakukan korup.Â