1. Manusia sebagai Homo Laborans
Setiap hari manusia akan bekerja. Jam kerja manusia juga sudah ditetapkan. Misalnya di perkantoran, jam kerja yang ditetapkan itu dari 08.00 hingga 17.00.Â
Setelah itu, ada waktu untuk kita rehat. Ada juga yang bekerja penuh waktu. Selama seminggu ia akan bekerja. Waktu istirahat hanya malam hari.Â
Tentu manusia bekerja karena ada tujuan. Karenanya, ada asumsi bahwa manusia bekerja sebagai tanda bahwa ia bereksistensi.Â
Ini wajar sebab manusia memang bekerja dengan maksud agar ada hasil supaya ia bisa melanjutkan hidup sendiri dan keluarga.Â
Dalam kajian filsafat, kerja dan aktivitas itu ada perbedaan. Aktivitas itu mencakup kegiatan sehari-hari.Â
Tetapi aktivitas sehari-hari belum bisa dikategorikan sebagai kerja apabila tidak memenuhi 3 kriteria.Â
Pertama, aktivitas baru bisa disebut sebagai kerja apabila melibatkan seluruh dimensi diri seperti perasaan, kemauan, kehendak, kebebasan.Â
Kedua, suatu aktivitas bisa disebut sebagai kerja apabila ada manfaat yang dihasilkan. Itu artinya bahwa aktivitas itu ada tujuan. Tidak bisa dilakukan dengan asal-asalan sebab hasilnya juga akan asal-asalan.Â
Ketiga, aktivitas itu menguras energi. Itulah sebabnya ketika beraktivitas, orang pasti akan merasakan kelelahan. Ambil contoh, membaca itu juga adalah kerja. Ia perlu memanfaatkan kemampuan pikiran untuk memahami suatu bacaan. (Sihotang, 2018 : 218-219)Â
2. Manusia dan Kerja : Perspektif Kristen