Aktivis GMNI Kalbar dan Tokoh Kalimantan Barat Kecam Tindakan Represif Aparat terhadap Massa Aksi di DPRD Kalbar
Pontianak, 27 Agustus 2025 -- Ribuan mahasiswa yang tergabung bersama masyarakat Kalimantan Barat menggelar aksi demonstrasi besar-besaran di depan Gedung DPRD Kalimantan Barat pada Rabu (27/8). Aksi tersebut membawa lima tuntutan utama:
1. Cabut tunjangan DPR RI yang dinilai terlalu tinggi di tengah rakyat kesulitan.
2. Sahkan segera RUU Perampasan Aset untuk memberantas korupsi.
3. Naikkan gaji guru dan dosen, wujudkan keadilan bagi tenaga pendidik.
4. Tuntaskan masalah PETI (Pertambangan Tanpa Izin) yang merusak lingkungan dan ruang hidup masyarakat Kalbar.
5. Hentikan sikap represif aparat yang menggerus demokrasi rakyat.
Sayangnya, jalannya aksi damai ini berubah ricuh akibat tindakan represif aparat keamanan. Bukannya melindungi massa aksi, aparat justru melakukan tindak kekerasan: banyak mahasiswa diculik, beberapa mengalami luka parah seperti kepala bocor, tubuh lebam, bahkan tak sedikit yang pingsan akibat terkena hantaman dan tembakan gas air mata.
Situasi semakin buruk ketika gas air mata yang ditembakkan aparat menyebar hingga ke Jalan Ayani, membuat masyarakat sipil yang tengah melintas ikut terkena dampaknya. Anak-anak, ibu rumah tangga, hingga pedagang kecil di sekitar lokasi merasakan sesak napas dan kepanikan akibat semburan gas tersebut.
Menanggapi hal itu, Polikarpus Roland Alfa Diapriel Ranmalae, Aktivis DPD GMNI Kalimantan Barat sekaligus Tokoh Masyarakat Kalbar, menyampaikan kecaman keras terhadap aparat.
> "Ini bukan sekadar tindakan berlebihan, ini sudah bentuk kekerasan negara terhadap rakyatnya sendiri. Aparat tidak hanya melukai mahasiswa, tetapi juga membahayakan masyarakat umum yang tidak ikut aksi. Demokrasi kita sedang dilukai, dan rakyat Kalbar tidak akan tinggal diam," tegas Roland.