Mohon tunggu...
Roiyul Mufidah
Roiyul Mufidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama yang kerap lupa diingat, tetapi abadi terikat. Aku adalah sang Panda insomnia yang selalu bermimpi di kala malam tiba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sulitkah Menghapus Jejak Kecurangan di Jenjang Pendidikan?

25 April 2022   12:00 Diperbarui: 25 April 2022   12:01 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com (free)

Pembelajaran dan ilmu sangatlah penting bagi manusia. Tidak hanya dalam bidang pendidikan, kedua anasir tersebut menjadi tonggak dalam aktivitas di ranah bidang apapun. Hal yang dimaksud adalah bukan hanya kepintaran atau kecerdasan, melainkan etika yang didapat dalam pembelajaran di sekolah maupun kampus. 

Berdasarkan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia menjadikan kecerdasan sebagai tujuan dalam kehidupan bangsa. Kecerdasan yang dimaksud bukan hanya kecerdasan otak, melainkan juga kecerdasan dalam beretika.

Namun, semakin majunya suatu bangsa, mungkinkah menjadikan bangsa itu sendiri yang malah menjadi musuh dan perusak?

 Di zaman sekarang kecurangan di ranah pendidikan masih banyak terjadi. Masyarakat lebih memilih jalan tikus daripada harus menempuh jalan raya yang lebar nan padat. Mereka murka kepada para praktisi politik yang telah berbuat curang, namun beberapa dari mereka tidak sadar bahwa di saat-saat genting atau membutuhkan pun juga ikut berbuat curang demi mendapatkan “kemudahan”.

Misalnya saja saat seorang anak yang baru lulus di SMA/SMK yang ingin berkuliah di suatu universitas. Tidak jarang orang tua membisikkan kata “tolong” pada kenalan yang bekerja di universitas tersebut agar anak itu bisa masuk. 

Akhirnya, anak itu pun bisa masuk dengan “bantuan” dari kenalan orang tuanya atau saudaranya. Sangat lucu jika di situasi genting pemerintah saat ini, ia ikut demo. Padahal, ia juga termasuk “curang” sejak awal menjadi mahasiswa.

Kecurangan-kecurangan tersebut sudah terpatri dalam benak masyarakat. Tidak jarang pula mereka berspekulasi, “Anak si orang itu pasti pakai jalur ‘khusus’,” lantaran tidak percaya bahwa anak itu bisa masuk universitas tanpa bantuan apapun. Spekulasi ini tidak terasa sulit terhapus dalam benak masyarakat.

Masuk di jenjang lebih tinggi, perkuliahan. Banyak ditemukan orang-orang membuka jasa menggarap tugas, bahkan skripsi di media internet. Teknik “joki” seperti ini acap kali masih di gunakan oleh para siswa atau mahasiswa yang merasa sulit atau malas atau kepepet deadline. Bahkan beberapa dosen pun memanfaatkan pekerjaan “joki” ini. Inilah biang dari titik masalah. 

Jika praktisi pendidikan saja melakukan kecurangan, bagaimana dengan peserta didiknya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun