Sebelum saya menuangkan berbagai pendapat dan perasaan saya setelah menonton film Sore, ijinkan saya menceritakan sedikit kenapa saya tertarik menonton film ini. Awalnya saya melihat film ini dari series youtube yang berjudul sama, Sore-Istri dari masa depan, tetapi ada sedikit perbedaan dimana videonya di youtube tersebut adalah series dan pemeran wanitanya adalah Tika Bravani. Melihat video awal itu sudah menyenangkan, menimbulkan ketertarikan untuk melihat kelanjutan di video kedua hingga saya melihat sampai ke video ke 4, karena ternyata series ini juga di filmkan, maka saya memutuskan untuk menunda melihat kelanjutan seriesnya hingga nanti melihat film movie nya terlebih dahulu. Saya tidak ingin series ini nanti menjadi tolok ukur saya untuk menilai film movie nya dan tentu saya tak ingin tahu lebih lanjut alurnya, entah itu sama apakah tidak. Saya hanya ingin melihat filmya seperti orang yang benar-benar tidak tahu apapun tentang filmnya. Seperti seorang yang tiba-tiba melihat filmnya.
Dan .. setelah melihat filmnya sampai usai. Saya katakan bahwa film ini bagus dan bagus sekali, mata saya sempat beberapa kali berkaca-kaca ikut hanyut dalam kesedihan film ini, saya merasakan emosinya. benar-benar bagus, Seorang Yandy sebagai sutradara dan semua yang terlibat sangat hebat, menghadirkan alur film yang begitu memesona.
Sekarang mari kita bahas
Bagian Pertama : Alur Film
Alur film ini tidak bertele-tele, tegas dan lugas. Setiap ceritanya menceritakan makna. Saya hampir tidak pernah menemukan scene yang sia-sia. Sepanjang saya menonton film ini saya sama sekali tak pernah ingin melewatkan setiap scenenya. Bagus sekali. Sekalipun konsep film ini berkaitan dengan waktu yang terus berulang, tapi Yandy berhasil menghadirkan alur film yang tidak membosankan. Kaya makna namun mudah untuk dipahami dan dirasakan.
Dan di film ini Yandy juga tidak perlu menjelaskan kenapa Sore bisa berulang kali reverse time travel, karena itu bukan bagian intinya.
Bagian Kedua : Detail Film
Saya ingin mengatakan bahwa Yandy sangat memperhatikan detail film ini sangat baik. Tak perlu scene panjang dan berlebihan untuk menghadirkan kesedihan dan pemahaman akan ceritanya yang mendalam. Contohnya : ketika scene Jo bertamu ke rumah ayahnya, bagi saya itu scene yang dalam. Yandy tak perlu menghadirkan scene flashback ke masa lalu atau menghadirkan dialog Jo dengan ayahnya. Cukup sebuah foto masa kecil Jo bersama ayahnya yang masih muda dan pesan singkat buat ayahnya tersebut sudah menghadirkan pesan yang mendalam. Saya sempat berkaca-kaca ketika scene ini, membayangkan jika saya berada di posisi Jo, yang pada akhirnya bisa memaafkan ayahnya dan berdamai dengan dirinya sendiri.
Bagian Ketiga : Para Pemeran