Mohon tunggu...
Rohmat Sulistya
Rohmat Sulistya Mohon Tunggu... Dosen - menulis, karena ingin.

Kesuksesan terbesar adalah mendapat hidayah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menata Kehidupan Kembali dengan Shelter Merapi

22 November 2010   02:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:24 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="" align="alignleft" width="625" caption="Merapi"][/caption]

Pagi ini, Senin yang cerah, seperti biasa saya mengantar anak pertama bersekolah taman kanak-kanak di kawasan Sawitsari Condong Catur yang jaraknya sekira 25 km dari puncak Merapi. Di dekat sekolah anak saya ada sebuah barak pengungsian yang digunakan untuk mengungsi pada erupsi tanggal 5 November 2010 lalu. Sebuah erupsi merapi yang sangat besar dan membuat panik banyak orang, bahkan bagi penduduk yang sebenarnya berada pada zona aman. Kepanikan dan isu-isu Merapi yang berlebihan membuat banyak warga Yogyakarta kembali berpikir kurang jernih, seperti halnya 4 tahun yang lalu ketika ada isu tsunami yang seakan-akan nyata pada 27 Mei 2006.

Barak pengungsian ini sebenarnya adalah sebuah taman kuliner terpadu di Sleman yang dimanfaatkan untuk barak pengungsian darurat. Jarak barak ini dari barak pengungsian utama di Stadion Maguwoharjo sekira 4 km.

Dari Condong Catur saya sengaja mengambil arah jalan kaliurang untuk menuju kantor di kilometer 13. Kehidupan ekonomi di KM 13 sampai pada batas zona 15 KM yang ditetapkan pemerintah, sudah terlihat sangat normal. Kebetulan pada hari minggu kemarin (21/11) saya bersepeda pagi menyusuri Jalan Kaliurang sampai Pasar Pakem dimana pada lokasi ini jalan masih ditutup dan dijaga aparat kepolisian. Ini adalah zona dimana pemerintah masih menyatakan sebagai daerah bahaya pada jarak 15 KM dari puncak.

Pembangunan Shelter Dimulai

Di sepanjang jalan kaliurang, saya melihat banyak spanduk-spanduk kecil sebagai sebuah kampanye dan pemberitahuan bahwa pembangunan shelter (hunian sementara) bagi warga Lereng Merapi segera dimulai. Bunyi spanduk-spanduk itu kurang lebih “Menuju Integrited Community Shelter”. Dan benar, menurut berita di situs-situs berita online, shelter itu dimulai pembangunannya pada Senin ini (22/11) dan direncanakan memakan waktu pembangunan maksimal 1 bulan kedepan. Bahkan untuk wilayah-wilayah yang tidak banyak korban merapi, shelter diharapkan rampung dalam 1 minggu ini. Shelter ini akan dibangun di beberapa wilayah di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada lokasi 10-15 dari puncak Merapi. Dengan adanya shelter ini diharapkan kehidupan ekonomi warga merapi akan kembali pulih, karena konsep shelter ini mengintegrasikan tempat tinggal dan mata pencaharian. Di shelter ini akan teringrasi hunian sementara, kandang ternak, tempat bertani dan kolam ikan.

Pembangunan shelter ini dimulai tepat sebulan dari mulainya krisis Merapi. Dilihat dari status Merapi yang awas sampai hari ini, pembangunan shelter ini dapat dianggap sebagai response yang cepat dari pemerintah dan lembaga-lembaga non pemerintah yang mendukungnya. Di Stadion Maguwoharjo masih sangat banyak pengungsi yang sangat membutuhkan suasana yang berbeda untuk menyongsong masa depannya pascaporakporandanya dusun mereka diterjang awan panas dan lahar merapi. Mereka pasti akan menghargai pihak-pihak (pemerintah dan non pemerintah) yang ikut memikirkan kehidupan mereka selanjutnya. Karena yang mereka miliki saat ini bukanlah harta benda tapi semangat untuk bangkit dan menata kehidupan kembali.

Sumber Gambar:

http://ffog.net/wp-content/uploads/2010/11/Merapi-Strikes-Again-with-over-50-Dead.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun