Mohon tunggu...
Warisan Literasi Mama
Warisan Literasi Mama Mohon Tunggu... Freelancer - Meneruskan Warisan Budaya Literasi dan Intelektual Almarhumah Mama Rohmah Tercinta

Mama Rohmah Sugiarti adalah ex-writerpreneure, freelance writer, communications consultant, yogini, dan seorang ibu yang sholehah dan terbaik bagi kami anak-anaknya. Semoga Mama selalu disayang Allah. Alfatihah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dua Minggu Transisi Menuju New Normal, Salat Jumat Masih Rasa Lebaran

12 Juni 2020   14:55 Diperbarui: 13 Juni 2020   08:24 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksanaan Salat Jumat berjamaan meluber hingga ke jalanan beraspal - Sumber Foto: dokpri

Tak terasa berakhirnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan oleh Pemprov DKI Jakarta telah berlangsung selama dua minggu. 

Seperti yang dikatakan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, maka masa transisi atau persiapan pemberlakuan menuju protokoler "The New Normal" atau Bahasa Indonesianya "Kenormalan Baru" telah berlangsung selama dua minggu pula.Tentu saja banyak perkembangan baru yang telah terjadi. 

Misalnya portal-portal di ujung-ujung gang perumahan yang mulai kembali. Mulai bukanya para penjual nasi uduk tiap pagi, macetnya lalu lintas jam pergi dan pulang kantor yang mulai padat kembali dan mulai ramainya kembali masjid-masjid untuk mendirikan salat berjamaah yang sebelumnya cukup lama tidak didirikan di masjid dan mushala-mushala.

Akhir pemberlakukan PSBB kemarin telah jatuh pada hari Jumat (5/6). Seperti merayakan berakhirnya PSBB tersebut, maka segera masyarakat berduyun-duyun mendirikan salat Jumat berjamaah yang total sudah hampir 3 bulan ditiadakan.


Tentu saja kegembiraan tercermin pada para jamaah yang datang ke masjid untuk mendirikan kembali salat Jumat yang hampir tiga bulan tidak bisa mereka tunaikan. 

Meski salat Jumat hanya diwajibkan bagi umat muslim yang laki-laki, namun karena harus menerapkan protokol jaga jarak fisik (physical distancing) maka tempat salat para jamaah meluber hingga di luar masjid dan di aspal jalanan depan masjid.

Namun para jamaah sepertinya tidak berkeberatan dengan situasi tersebut. Malah kondisi tersebut dianggap sebagai pengganti salat Idul Fitri yang pada lebaran 1441 Hijriyah kemarin tidak bisa dilaksanakan berkenaan dengan masih berlakunya PSBB di DKI Jakarta.

Para jamaah salat Jumat menggelar sajadah di jalanan beraspal - Sumber Foto: dokpri
Para jamaah salat Jumat menggelar sajadah di jalanan beraspal - Sumber Foto: dokpri
Dan ternyata, hal yang sama masih berlaku juga pada pelaksanaan jamaah salat Jumat di hari ini (12/6/2020). Bedanya jika pada penyelenggaraan jamaah salat Jumat (5/6) kemarin marbot/takmir masjid masih kelabakan dalam menerapkan berbagai protokol kesehatan yang harus dilakukan, pada Jumat (12/6) kali ini marbot/takmir masjid terlihat sudah lebih siap.

Di ujung jalan atau boleh dianggap sebagai pintu gerbang masuk masjid, sudah ada marbot yang bertugas untuk mengukur suhu tubuh para jamaah yang hadir. 

Di dalam ruang utama masjid dan serambi masjid juga ada marbot yang bertugas untuk mengatur jarak duduk para jamaah yang hadir sehingga bisa menjaga jarak fisik (physical distancing) sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku.

Memahami bahwa penerapan physical distancing tersebut akan membuat jamaah meluber hingga keluar masjid bahkan di jalan aspal depan masjid, maka marbot masjid pun sudah bersiap dengan menyediakan sajadah cadangan sebagai bantuan untuk dipinjamkan pada jamaah yang lupa tidak membawa sajadah sendiri.

Hasilnya pelaksanaan jamaah sholat Jumat berlangsung rapi, teratur, disiplin dan khusyu. Para jamaah yang hadir juga tak ada yang melupakan untuk mengenakan masker. Di awal kehadiran ke lokasi masjid, mereka datang dengan menjaga jarak yang cukup memenuhi persyaratan protokol kesehatan.

Meskipun semua yang hadir adalah jamaah pria saja, namun suasana benar-benar seperti pelaksanaan salat Idul Fitri atau Idul Kurban. Jamaah duduk rapi dan teratur hingga di jalan-jalan aspal sekitar masjid untuk mendengarkan kutbah Jumat dan mendirikan salat berjamaah.

Yang membedakannya adalah cuaca terik yang membuat para jamaah kegerahan dan berpeluh keringat. Pasalnya jika salat Idul Fitri atau Idul Adha digelar diwaktu pagi ketika matahari masing hangat dan belum terlalu panas, namun salat Jumat Berjamaah ini didirikan di waktu salat Dhuhur yaitu tengah hari sehingga teriknya panas matahari benar-benar terik dan panasnya terasa menyengat kulit kita.

Untunglah, Khatib yang membawakan Khutbah dan Imam yang dipercaya untuk memimpin salat berjamaah menyadari akan kondisi tersebut.

Berbeda dengan pelaksanaan Salat Jumat Berjamaah di hari-hari normal dahulu, khutbah maupun bacaan surat Alquran yang dibacakan pada waktu salat Jumat tersebut tidaklah panjang. 

Sehingga para jamaah yang terpaksa harus kebagian tempat di tengah terik matahari tidak perlu terpapar panas yang menyengat terlalu lama.

Melihat situasi dan fakta yang terjadi pada pelaksanaan salat Jumat berjamaah di masa transisi menuju protokol new normal tersebut, maka bisa dikatakan bahwa umat muslim atau khususnya para jamaah masjid telah siap dan mampu menjalankan protokol new normal dengan semestinya.

Para jamaah salat Jumat mampu menjaga jarak fisik (physical distancing) secara rapi dan disiplin - Sumber Foto: dokpri
Para jamaah salat Jumat mampu menjaga jarak fisik (physical distancing) secara rapi dan disiplin - Sumber Foto: dokpri
Hanya satu hal yang masih perlu diperhatikan dan disosialisasikan yaitu kedisiplinan jamaah ketika usai pelaksanaan salat Jumat berjamaah itu sendiri. 

Ketika salat Jumat telah selesai ditunaikan, para jamaah masih terlihat kurang sabar ketika hendak meninggalkan lokasi masjid dan bergegas pulang menuju rumah. 

Karena tidak sabar suasana rapi dan teratur ketika menjalankan salat Jumat berjamaah, mendadak menjadi kacau balau dan awut-awutan.

Para jamaah yang bergegas pulang seperti merasa bahwa protokol kesehatan tak perlu lagi dijaga. Mereka bergegas melangkah pulang dengan saling berdesak-desakan, sehingga protokol jaga jarak fisik jadi terabaikan. 

Mereka seperti lupa bahwa kerapian, keteraturan dan kedisiplinan untuk menerapkan physical distancing harus tetap dijalankan meskipun salat Jumat berjamaah sudah ditunaikan. 

Semoga pada pelaksanaan salat Jumat berjamaah di minggu-minggu ke depan hal ini bisa dijalankan dengan lebih baik dan benar. Tabik.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun