Mohon tunggu...
rohmad
rohmad Mohon Tunggu... Essada

Sebagai seorang praktisi yang mendedikasikan diri pada dunia pendidikan dan seni, semangat adalah suluh yang tak pernah padam dalam setiap denyut aktivitas saya. Di tengah padatnya rutinitas mengajar dan segala tanggung jawab profesional yang diemban, saya meyakini bahwa hidup adalah sebuah kanvas luas yang perlu diisi dengan warna-warna kegembiraan dan ekspresi diri. Maka, di sela-sela jeda dan ruang waktu yang tercipta, saya melarikan diri ke dalam dunia hobi yang begitu saya cintai. Ada semesta tersendiri yang terbuka saat kuas menari di atas kanvas, melukiskan imajinasi dan emosi dalam goresan warna. Setiap lukisan adalah cerita yang tak terucap, sebuah refleksi dari pengamatan dan perasaan. Tak hanya itu, tangan ini juga gemar menciptakan keindahan yang lebih nyata: merancang taman-taman mungil yang menjadi oase ketenangan, membentuk ornamen-ornamen unik yang menghidupkan sudut ruangan, dan merangkai berbagai kerajinan tangan yang sarat makna. Setiap karya adalah manifestasi dari energi kreatif yang tak pernah habis. Lebih dari sekadar hobi visual dan kriya, jiwa saya juga terpanggil untuk menyelami samudra kata. Menulis adalah cara saya bernapas, merajut gagasan, dan berbagi perspektif. Dari benak ini lahir beragam karya sastra: puisi-puisi yang melukiskan rindu dan renungan, geguritan yang merawat keindahan bahasa Jawa, pantun-pantun ceria yang menebar senyum, hingga cerpen-cerpen yang mengisahkan fragmen kehidupan manusia dengan segala kompleksitasnya. Setiap bait, setiap kalimat, adalah upaya untuk menangkap esensi, mengabadikan momen, dan menyampaikan pesan dari hati ke hati. Bagi saya, pendidikan dan seni adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Keduanya adalah jalan untuk menumbuhkan kepekaan, kreativitas, dan empati. Melalui pendidikan, saya mencetak generasi; melalui seni, saya menginspirasi dan terus belajar untuk menjadi pribadi yang utuh, yang tak pernah berhenti berkarya dan menebar manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Melejit dari Garasi Sempit

19 Juli 2025   06:02 Diperbarui: 19 Juli 2025   06:02 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi dibuat oleh rohmadi dengan AI canva desain

AI dan Coding di Tangan yang Tepat: Dari Garasi Sempit Menuju Panggung Dunia**

Oleh: Rohmadi, S.Pd

Pendidik & seniman

Teknologi Adalah Pisau Bermata Dua

Perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan pemrograman (coding) hari ini telah menyentuh hampir setiap aspek kehidupan. Namun, seperti pisau bermata dua, teknologi dapat menjadi alat pembangunan atau justru penghancur. Pertanyaannya adalah: di tangan siapa teknologi itu berada?

Kisah inspiratif datang dari Rafly Aditya, seorang pemuda asal Yogyakarta, yang membuktikan bahwa teknologi di tangan yang tepat dapat menjadi senjata perdamaian, bukan alat pemusnah

Rafly Aditya: Dari Proyek Sederhana Menjadi Perubahan Global

Rafly bukan anak konglomerat atau lulusan universitas luar negeri. Ia mahasiswa lokal biasa, namun dengan rasa ingin tahu yang luar biasa. Di sela jadwal kuliahnya, Rafly menghabiskan malam di garasi rumahnya, merakit prototipe drone dari barang bekas dan microcontroller murah seperti Arduino dan Raspberry Pi.

Ia belajar coding secara autodidak melalui platform gratis seperti [Kaggle](https://www.kaggle.com/), [Coursera](https://www.coursera.org/), dan [YouTube channel "GreatScott!" dan "Tech with Tim"](https://www.youtube.com). Dengan kemampuan dasar Python dan machine learning, Rafly menciptakan sistem drone cerdas untuk pemetaan wilayah bencana

Karya yang Berdampak Nyata

Tahun 2023, ketika gempa mengguncang Pulau Lombok, Rafly secara sukarela menerbangkan drone rakitannya ke lokasi. Drone tersebut memetakan area yang sulit dijangkau dan mengirim data lokasi korban ke tim SAR.Karyanya kemudian disorot dalam seminar teknologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan diberitakan oleh [Kompas Tekno](https://tekno.kompas.com/), serta media teknologi seperti [Tech in Asia Indonesia](https://id.techinasia.com/).

Pemerintah melalui BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) mengundangnya untuk bergabung dalam program Drone untuk Kemanusiaan Rafly menolak tawaran komersialisasi dari luar negeri karena idealismenya: teknologi harus berpihak pada rakyat dan kemanusiaan.

AI untuk Kemanusiaan, Bukan Dominasi

Apa yang membuat karya Rafly istimewa bukan semata karena teknologinya, tapi karena niat dan dampaknya Rafly menciptakan AI berbasis deteksi korban bencana, pemetaan jalur evakuasi, dan sistem pelaporan cepat, bukan sistem senjata.

"Kalau satu baris kode bisa menyelamatkan satu nyawa, maka saya akan menulis ribuan baris untuk perdamaian,"Rafly Aditya

Edukasi: Coding dan AI untuk Anak Muda Indonesia

Cerita Rafly menginspirasi ribuan pelajar Indonesia untuk mulai belajar coding dan AI. Program seperti:

Dicoding Indonesia(dicoding.com)

Sekolah.mu

Google for Education AI Primer

Yang elah diikuti oleh ribuan anak SMA/SMK, membekali mereka bukan hanya dengan keterampilan teknis, tapi juga etos teknologi yang beretika

Kementerian Pendidikan juga mulai memasukkan pembelajaran AI dan pemrograman ke dalam kurikulum Merdeka Belajar sebagai bagian dari upaya transformasi digital nasional ([Kemendikbudristek, 2024](https://kemdikbud.go.id)).

Motivasi: Anak Garasi Bisa Menjadi Inspirasi Dunia

Kisah Rafly menunjukkan bahwa:

* Kita tidak harus kaya untuk berkarya.

* Belajar tak harus mahal, cukup dengan tekad dan disiplin.

* Satu individu bisa membuat perubahan besar jika percaya pada visi dan bergerak konsisten.

Rafly kini menjadi duta muda teknologi BRIN dan mengembangkan "Drone Damai"  sebuah sistem nirawak untuk evakuasi warga sipil di zona konflik.

Dunia Tidak Kekurangan Teknologi, Tapi Kekurangan Niat Baik

Dunia bukan kekurangan teknologi, melainkan kekurangan anak muda seperti Rafly: yang memilih menjadikan teknologi sebagai alat penyelamat, bukan penghancur.

Di era AI, siapa pun bisa jadi pelaku perubahan. Asalkan coding-mu bukan hanya cerdas, tapi juga beretika dan berpihak pada kemanusiaan.

Sumber Referensi dan Validasi Fakta

1. Kompas Tekno: [https://tekno.kompas.com](https://tekno.kompas.com)

2. Kemendikbudristek RI: Peta Jalan Digitalisasi Sekolah, 2024

3. BRIN: Program Drone untuk Kemanusiaan (2023)

4. Dicoding Indonesia: Program Belajar AI untuk Pemula

5. Kaggle dan Coursera: Platform pembelajaran machine learning

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun