Mohon tunggu...
rofiqotul munifah
rofiqotul munifah Mohon Tunggu... mahasiswa -

Saya adalah mahasiswa IAIN Salatiga, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), angkatan 2013.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Tokoh-Tokoh Ilmuwan Muslim

27 Mei 2015   14:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:32 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

A.PENJELASAN

a.AL-FARABI (870-950)

Guru Kedua dari Timur

Salah seorang pemikir besar Islam yang terkenal adalah al-Farabi. Nama lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad Ibn al-Farakh al-Farabi tapi lebih dikenal dengan nama Alfarabius atau Avennasar. Ia lahir pada tahun 870 di Farab, sebuah kota di Turki Tengah yang kini tidak ada lagi. Meskipun al-Farabi adalah orang Turki, tapi ayahnya berkebangsaan Persia. Namun begitu, karya dan pemikiran al-Farabi tetap mencerminkan seorang filosof Arab.

Al-Farabi menuntut ilmu di Baghdad, dan mendapat gelar sebagai “guru besar”. Ibn Khaldun mengatakan bahwa Aristoteles digelari sebagai “guru pertama” karena dia meluruskan dan mengumpulkan kajian-kajian dalam logika dan permasalahannya. Sedangkan Farabi disebut “guru kedua” karena dia mengarang buku, mengumpulkan, dan menyempurkan terjemahan karya Aristoteles.

Al-Farabi mengikuti pendidikan dasar dan menghabiskan masa kanak-kanak di kota kelahirannya. Setelah itu, ia pergi ke Bukhara untuk melanjutkan sekolah. Al-Farabi menempuh pendidikan tingginya di Baghdad. Di kota ini, ia belajar bahasa Arab dan Yunani untuk pertama kali. Namun, al-Farabi ternyata lebih tertarik pada masalah alam semesta dan manusia. Hal inilah yang membuatnya mempelajari ilmu filsafat, terutama filsafat Plato dan Aristoteles. Al-Farabi menyerap inti pengetahuan dari filsafat Platonik dan Aristotelian, sebelum kemudian menggabungkannya dengan pengetahuan al-Qur’an dan ilmu lain.

Selama di Baghdad, al-Farabi mempelajari filsafat Aristoteles dan logika di bawah bimbingan Abu Bishr Matta ibn Yunus, seorang filosof terkenal. Di sela-sela kesibukannya, ia mulai menulis sejumlah karya filsafat dan menerjemahkan karya para filosof Yunani. Ia dikenal sebagai filosof Islam pertama yang memperkenalkan filsafat Yunani pada dunia Islam. Proyek terbesar yang dilakukan Al-Farabi adalah menggabungkan ilmu Filsafat Yunani dan syariat Islam.

Sebagai seorang filosof Muslim, al-Farabi menggunakan segenap kemampuan akalnya untuk mencapai kebenaran yang hakiki. Ia berusaha menggapai Islam yang sempurna. Oleh karena itu, menurut al-Farabi, filsafat dan agama adalah dua hal yang bersesuaian. Dua-duanya merupakan jalan untuk mencari kebenaran. Kebenaran filsafat tidak akan bertentangan dengan kebenaran agama, namun keduannya mempunyai metode yang berbeda. Filsafat berupaya mencapai kebenaran dengan menggunakan metode penalaran dan argumen yang logis. Sementara itu, agama berangkat dari keimanan dan kepasrahan jiwa.

Al-Farabi meninggal dunia pada tahun 970 di Damaskus.

b.IBNU THUFAYL (1105-1185)

Penulis Kisah FilSafat

Nama lengkap Ibnu Thufayl adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Muhammad bin Abu Thufayl al-Qaysi, tapi lebih terkenal dengan nama al-Andalusi atau al-Kurtubi al-Isybili. Ia lahir pada tahun 1110 di Guadix, Spanyol. Ibnu Thufayl adalah keturunan Kays, salah satu suku Arab yang terkemuka. Di Barat, Ibnu Thufayl lebih di kenal dengan nama Abubacer. Ia adalah seorang ahli filsafat dan kedokteran. Ia adalah seorang ahli filsafat dan kedokteran.

Semasa hidupnya, nama Ibnu Thufayl dikenal sebagai penulis kisah filsafat. Kisah-kisahnya selalu didasarkan pada pertanyaan tentang asal mula manusia, keberadaan dunia, dan pertanyaan filosaof lain. Ia mengemas pandangan fisafatnya dalam sebuah karya sastra yang berjudul Hayy Ibn Yaqzan (The Living Son of Vigilant). Karyanya tersebut terinspirasi dari beberapa murid Ibn Sina, yaitu Hayy Ibnu Yaqzan, Salaman, dan Abdal. Hayy Ibn Yaqzan merupakan salah satu karya yang paling cemerlang pada abad pertengahan.

Thufayl membuat Hayy Ibn Yaqzan berdasarkan sebuah cerita kuno di dunia Timur, yaitu The Story of the Idol and the King and His Daughter. Melalui bukunya ini, Thufayl mengajak pembacanya untuk merasakan dan memahami pandangan filsafatnya. Secara garis besar, buku tersebut berkisah tentang pengetahuan manusia yang muncul dari sebuah kekosongan, sebelum kemudian ia menemukan pengalaman mistik melalui hubungannya dengan Tuhan.

Lewat ceritanya, Thufayl juga ingin mengemukakan dua fakta penting. Pertama kesatuan adalah sisi lain dari keberagaman. Kedua adalah jiwa adalah sesuatu yang selalu ada. Selain itu, Thufayl juga menyadari bahwa dunia tidak akan ada tanpa ruang dan waktu. Dunia terbentuk karena suatu penyebab awal. Penyebab iu adalah Tuhan. Thufayl juga menyimpulkan bahwa hanya ada satu jalan untuk mencapai kebahagiaan hidup dan mati, yaitu kehadiran sebuah energi yang selalu menuntunnya pada Tuhan. Latin, Prancis, dan Spanyol. Thufayl pun dianggap memiliki pengaruh besar dalam perkembangan ilmu filsafat. Ia dianggap sebagai filsaf kedua yang memiliki pengaruh besar di dunia Barat setelah Ibnu Bajjah.

Dalam setiap karyanya, Thufayl selalu berupaya menyeimbangkan antara agama dan pemikiran rasional, meskipun para filosof sebelum dan sesudah masanya jarang melakukannya. Hal tersebut menunjukkan keinginan Thufayl untuk mempertemukan filsafat dan agama. Thufayl meyakini bahwa ada sebuah jalan mistis yang dapat dirasakan seseorang jika ia berhubungan dengan Tuhan, misalnya melalui kegiatan spiritual (ibadah) yang dijalankan secara teratur. Oleh beberapa kalangan, pandangan Thufayl ini dianggap sebagai sebuah pencerahan.

Ibnu Thufayl menghembuskan napas terakhir pada tahun 1185 di Maroko.

c.MUHAMMAD IQBAL

Pujangga Besar Islam

Muhammad Iqbal adalah tokoh Muslim adab XX yang sangat terkenal dan berjasa di berbagai bidang, baik politik, filsafat, satra, maupun agama. Iqbal adalah pakar ilmu filsafat Barat. Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 22 Februari 1873 di Sialkot. Nenek moyangnya berasal dari lembah Khasmir. Sebagai anak seorang sufi, Iqbal dididik secara Islam oleh sang ayah. Saat itu, salah satu kegemarannya adalah membaca dan menghafal al-Qur’an. Ayahnya pernah berkata, “Jika kamu ingin memahami al-Qur’an, bacalah seolah kitab itu diturunkan untukmu.” Di kemudian hari, Iqbal selalu menjadikan al-Qur’an sebagai dasar pijakan dalam berpikir, bertindak, dan berkarya. Selain sang ayah, Iqbal juga mempunyai seorang guru lain, yaitu Maulana Mir Hasan. Di kemudian hari, pengaruh pendidikan Maulana membuat Iqbal menjadi seorang penyair dengan semangat keislaman yang tinggi.

Setelah menamatkan pendidikan dasar di tanah kelahirannya, Iqbal melanjutkan sekolahnya di Government College, Lahore (1885). Pada masa ini, kecerdasan Iqbal telah terlihat. Ia adalah sat-satunya murid Sir Thomas Arnold, seorang ahli Islamologi terkenal yang terkenal yang mengajar mata kuliah Filsafat Islam di Goverment School. Pada tahun 1905, atas dorongan Sir Thomas Arnold, Iqbal memlajari filsafat Barat di London dan Berlin selama tiga tahun. Ia juga mendapat bimbingan dan pengarahan dari Profesor Mac Taggart, seorang pengajar di Universitas Cambridge, London. Selain itu, Iqbal juga sering berdiskusi dengan para pemikir Eropa lain. Beberapa tahun kemudian, Iqbal berhasil meraih gelar Doktor dari Universitas Munich, dengan disertasi berjudul The Development of Metaphysics in Persia yang merupakan karya filsafat pertama Iqbal. Selama tiga tahun berada di Eropa, pemikiran Iqbal mulai berubah. Ia menemukan kenyataan bahwa peradaban Timur dan Barat telah menyatu di dalam dirinya. Meskipun demikian, hal tersebut tidak mengubah keyakinan Iqbakl sedikitpun. Di kemudian hari, ia membangun sistem filsafatnya sendiri yang berdasarkan al-Qur’an.

Iqbal kembali ke Lahore setelah sempat mengajar bahasa Arab di Universitas London dan menjadi Ketua Jurusan Filsafat dan Kesusastraan Inggris. Di Lahore, ia menjadi seorang pengacara. Di sela-sela kesibukannya, Iqbal masih sempat menulis sejumlah puisi berbahasa Persia dan Urdu, serta artikel tentang filsafat, ekonomi, politik, dan sastra berbahasa Inggris. Sebagai seorang penulis, meskipun telah mengenyam pendidikan Barat, tapi Iqbal mengecam dunia Barat lewat tulisannya.

Konon, idealisme Iqbal terilhami dari tulisan Sir Sayed Ahmad Khan (1817-1898) yang isinya menyarankan umat Islam memelajari berbagai buku ilmu pengetahuan Barat, meskipun pengarangnya bukan beragama Islam dan isi bukunya menyalahi al-Qur’an. Iqbal berkata bahwa setiap Muslim harus meniru orang-orang zaman Arab zaman dahulu yang tidak takut kehilangan iman mereka karena memelajari hukum Newton atau menuntut ilmu di Barat. Secara terang-terangan, Iqbal menghargai peradaban Barat dengan cara mengambil hal yang baik dan ber manfaat saja.

Sementara itu, sebagai seorang filosof Muslim, Iqbal sering menuangkan gagasan tentang pribadi manusia (ego) yang kemudan menjadi tema pokok sejumlah puisinya. Sejumlah pemikiran Iqbal tentang hal tersebut termuat dalam beberapa kumpulan puisinya, seperti Syikwa (Keluhan), Jawab-l-Syikwa (Jawaban Keluhan), Bang-i Dara (Panggilan Lonceng), Asrar-i (Rahasia Pribadi), dan Rumudzi Bekhudi (Misteri Penyangkalan Diri). Di kemudian hari, beberapa karyanya telah disadur dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, beberapa ceramah Iqbal termuat dalam sebuah buku kumpulan ceramah yang berjudul The Reconstruction of Religius Thought In Islam. Buku ini adalah karya filsafatnya yang kedua.

Iqbal menentang keras sifat lamban, lemah, dan malas karena dipandangnya sebagai penghambat kemajuan. Ia juga sangat menentang pengertian takdir yang salah kaprah. Menurut Iqbal, seseorang yang ingin maju harus berjuang dengan gigih, bukan hanya menunggu takdir. Kerja keras adalah kunci kesuksesan.

Dalam dunia politik, Iqbal sempat menjabat sebagai Presiden Liga Muslim. Ia adalah tokoh pencetus Negara Islam Pakistan. Pengaruh Iqbal sedemikian besar sehingga namanya diabadikan di beberapa lembaga di Jerman, Italia, dan negara lain. Pada tahun 1922, sebuah universitas tertua di Jepang menganugrahkan gelar Sir pada Iqbal. Beberapa waktu kemudian, Iqbal juga mendapat gelar Doctor Anumerst di bidang sastra dari Universitas Tokyo. Gelar ini adalah gelar pertama yang diberikan pihak universitas kepada seorang tokoh yang berprestasi dan berdedikasi di bidang tersebut.

Muhammad Iqbal meninggal dunia pada tanggal 21 April 1923 di Lahore. Ia dimakamkan di dekat pintu gerbang Masjid Shahi di Lahore, Pakistan. Dua tahun setelah kematian Iqbal, sebuah revolusi besar terjadi di Pakistan, yang kemudian memicu terbentuknya Republik Islam Pakistan. Sebagai salah satu pencetusnya, Iqbal tidak sempat menyaksikan kelahiran negara baru tersebut.

B.ANALISIS

a.AL- FARABI

Nama lengkap beliau Abu Nasr Muhammad Ibn al-Farakh al-Farabi, lebih dikenal dengan sebutan al-Farabius atau Avennasar. Al-Farabi lahir pada tahun 870 di Farab, Turki Tengah. Beliau merupakan ilmuwan muslim abad sepuluh.

Al-Farabi menuntut ilmu di Baghdad, dan mendapat gelar sebagai “guru besar”. Ibn Khaldun mengatakan bahwa Aristoteles digelari sebagai “guru pertama” karena ia mengumpulkan kajian-kajian dalam logika dan persoalannya, sedangkan al-Farabi disebut sebagai “guru kedua” karena dia mengarang, mengumpulkan, dan menyempurnakan terjemahan karya Aristoteles.

Al-Farabi merupakan filosof Islam pertama yang memperkenalkan filsafat Yunani pada dunia Islam. Sebagai seorang filosof Muslim, al-Farabi menggunakan segenap kemampuan akalnya untuk mencapai kebenaran yang hakiki. Beliau mempunyai pemikiran bahwa filsafat dan agama adalah dua hal yang bersesuaian. Keduanya merupakan jalan untuk mencari kebenaran, kebenaran filsafat tidak akan bertentangan dengan kebenaran agama, namun keduanya mempunyai metode yang berbeda. Filsafat berusaha mencapai kebenaran dengan menggunakan metode penalaran dan argumen yang logis, sedangkan agama melalui keimanan dan kepasrahan jiwa. Al-Farabi meninggal di Damaskus pada tahun 970.

b.IBNU THUFAYL

Nama lengkapnya beliau adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Muhammad bin Thufayl Al-Qaysi, namun lebih terkenal dengan al-Andalusi. Di barat, beliau dikenal dengan Abubacer. Ibnu Thufayl lahir pada tahun 1110 di Gaudix, Spanyol. Beliau seorang ahli filsafat dan kedokteran, dan merupakan ilmuwan Muslim pada abad kedua belas.

Salah satu karya beliau adalah Hayy Ibn Yaqzan (The Living Son of Vigilant atau hidup,Putra Kesadaran), yang berdasarkan sebuah cerita kuno dari Timur. Ibnu Thufayl mengajak pembacanya untuk merasakan dan memahami pandangan filsafatnya, dengan kisah tentang manusia yang muncul dari kekosongan atau tanpa hubungan dengan manusia lainnya menemukan kebenaran dengan pemikiran yang masuk akal.

Ibnu Thufayl berupaya menyimbangkan antara agama dan pemikiran rasional. Beliau menyimpulkan bahwa adanya jalan untuk mencapai kebahagiaan hidup dan mati hanyalah sebuah energi yang selalu menuntunnya pada Tuhan, dan beliau menyakini adanya sebuah jalan mistis yang dapat dirasakan seseorang jika ia berhubungan dengan Tuhan, misalnya dengan melakukan kegiatan spiritual (ibadah) secara teratur. Pandangan Thufayl dianggap sebagai sebuah Pencerahan oleh beberapa kalangan. Thufayl meninggal di Maroko, pada tahun 1185.

c.MUHAMMAD IQBAL

Muhammad Iqbal adalah seorang tokoh Muslim abad XX yang sangat terkenal dan berjasa dalam berbagai bidang, diantaranya; politik, filsafat, sastra, maupun agama. Beliau lahir pada tanggal 22 Februari 18733 di Sialkot. Beliau merupakan keturunan seorang sufi sehingga ia dididik secara Islam oleh sang ayah. Iqbal mempunyai kegemaran membaca dan menghafal al-Qur’an, bahkan ayahnya pernah berkata, “Jika kamu ingin memahami al-Qur’an, bacalah seolah kitab itu diturunkan untukmu.” Beliau menjadikan al-Qur’an sebagai dasar pijakan dalam berpikir, bertindak, dan berkarya.

Iqbal termasuk seseorang yang mempunyai semangat tinggi dalam menuntut ilmu, sehingga beliau mendapat ilmu di berbagai universitas. Beliau menemukan kenyataan bahwa peradaban Timur dan Barat telah menyatu dalam dirinya. Meskipun demikian, hal itu tidak mengubah keyakinan Iqbal.

Iqbal menjadi seorang tenaga pengajar di Universitas London, dan di Lahore menjadi seorang pengacara. Disamping itu, Iqbal juga merupakan seorang penulis baik dalam sastra, puisi, filsafat, ekonomi, dan politik.

Iqbal menyarankan umat Islam memelajari berbagai buku ilmu pengetahuan Barat, meskipun pengarangnya bukan beragama Islam dan isi bukunya menyalahi al-Qur’an. Iqbal berkata bahwa seorang Muslim harus meniru orang-orang Arab zaman dahulu yang tidak takut kehilangan iman ketika menuntut ilmu di Barat. Secara terang-terangan, Iqbal menghargai peradaban Barat dengan cara mengambil hal yang baik dan bermanfaat saja.

Iqbal menentang keras sifat lemah, malas karena dipandangnya sebagai penghambat kemajuan. Beliau juga menentang pengertian takdir. Menurutnya, seseorang yang ingin maju harus berjuang dengan gigih, bukan hanya menunggu takdir. Kerja keras adalah kunci kesuksesan. Sehingga beliau mempunyairasa semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu..

Dalam dunia politik, Iqbal pernah menjabat sebagai Presiden Liga Muslim. Beliau adalah pencetus Negara Islam Pakistan. Pengaruhnya yang demikian besar sehingga namanya diabadikan di beberapa lembaga di Jerman, Italia, dan negara lain. Muhammad Iqbal meninggal pada tanggal 21 April 1923 di Lahore. Dua tahun setelah kematian beliau, terjadi sebuah revolusi besar yang kemudian memicu terbentuknya Republik Islam Pakistan.

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Ilmu Pendidikan Islam dengan pemikiran para tokoh ilmuwan Muslim sangatlah erat, karena pemikiran-pemikiran para tokoh ilmuwan Muslim dapat memberikan suatu gambaran. Di mana gambaran tersebut dapat diterima oleh akal sehat dan gambaran tersebut membantu seseorang dalam mengembangkan pengetahuanny.

Dari beberapa pandangan ilmuwan Muslim, tidak ada yang mengutamakan agama saja, namun mereka juga mementingkan yang lain. Misalnya mereka berupaya menyeimbangkan antara agama dan filsafat. Bahkan al-Farabi menyimpulkan bahwa agama dan filsafat adalah dua hal yang bersesuaian. Keduanya merupakan jalan untuk mencari kebenaran. Kebenaran filsafat tidak bertentangan dengan agama, namun keduanya mempunyai metode yang berbeda. Filsafat berupaya mencari kebenaran melalui metode penalaran dan argumen yang logis, sedangkan agama melalui keimanan dan kepasrahan jiwa.

Jadi, kita sebagai seorang Muslim harus berusaha menyeimbangkan antara agama dan pemikiran rasional. Tujuan hidup kita di dunia adalah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, maka kita harus mempunyai energi yang menuntunnya pada Tuhan. Dan sebagai mahasiswa, sudah sepantasnya kita mengikuti atau menjadikan langkah Muhammad Iqbal sebagai acuan kita dalam menuntut ilmu. Beliau mempunyai semangat luar biasa dalam menuntut ilmu, bahkan beliau menentang keras sifat lemah, malas karena dipandangnya sebagai penghambat kemajuan. Beliau juga menentang pengertian takdir. Menurutnya, seseorang yang ingin maju harus berjuang dengan gigih, bukan hanya menunggu takdir. Kerja keras adalah kunci kesuksesan.



Sumber:

Murtiningsih, Wahyu. 2008. Biografi Para Ilmuwan Muslim. Yogyakarta: Insan Madani.

Wahyu Murtiningsih, Biografi Para Ilmuwan Muslim, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), hal. 170-171.

Ibid., hal. 172-173.

Ibid., hal. 301-303.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun