Akhir-akhir ini secara serempak Prabowo beserta elit pendukungnya ditambah para buzzernya di media sosial mengkampanyekan bahwa telah terjadi kecurangan yang sifatnya Terstruktur, Sistematis, dan Masif (TSM) dalam pilpres 2019 yang dilakukan oleh kubu 01. Dengan berbagai ilusi dan data seadanya mereka menggiring opini masyarakat bahwa Jokowi menang curang.
Akan tetapi, jika kita melihat satu persatu data yang mereka klaim sebagai kecurangan, kita semakin mengerti kalau kubu 02 tengah berkhayal atau berdelusi dan menyebar hoax saat berkata Pilpres 2019 terdapat Kecurangan yang bersifat TSM. Apa saja itu?
1. Delusi Kecurangan DPTÂ
Kubu 02, menyebut bahwa ada 31 jt DPT siluman sebagai kecurangan 01. Padahal setelah diverifikasi bersama itu adalah hoax, tidak ada 31 jt DPT siluman, itu hanya khayalan kubu Prabowo yang mengkhayal DPT bisa membelah diri seperti amuba.
Kubu 02 juga menyebut bahwa orang gila terdaftar sebagai pemilih. Mereka mengkampanyekan seoalh-olah orang tua pasti akan diarahkan memilih Jokowi dan itu baru ada di Pilpres 2019. Faktanya, sejak pilpres sebelumnya penderita gangguan kejiwaan boleh memilih, bahkan rata-rata di TPS Rumah Sakit Jiwa, Prabowo menang. Lagi-lagi kecurangan adalah khayalan kubu Prabowo. sindonews.com dan tribunnews.com
2. Delusi Kecurangan Undangan MemilihÂ
Kubu Prabowo menyebut telah terjadi kecurangan dari kubu 01 karena banyak warga yang tidak mendapatkan undangan memilih, bahkan form A5 (pindah memilih tidak diterima). Benarkah?
Logikanya saja, memangnya sudah pasti yang tidak mendapat undangan memilih itu akan memilih Prabowo? Bisa saja itu juga merugikan Jokowi, kita tidak boleh tahu pilihan kita karena pemilu bersifat luberjurdil. Lagipula, tidak mendapat c6 (undangan) tetap bisa memilih, di sini kubu Prabowo berkhayal terlalu jauh. kompas.com
Untuk form pindah memilih A5, justru ini lebih merugikan kubu Jokowi, karena yang dipersulit memilih menggunakan form A5 itu para mahasiswa di daerah basis pemilih Jokowi. Di Jogja misalnya, di mana JKW menang telak hingga 70 persen. Jadi, dari mana curangnya?
Namun masalah itu sudah diselesaikan oleh Bawaslu dan KPU, mereka pemegang A5 yang sebelumnya tidak bisa mencoblos kini sudah bisa mencoblos melalui Pemungutan Suara Lanjutan. jawapos.com
3. Delusi Kecurangan Saat PencoblosanÂ
Berbagai masalah saat pencoblosan seperti peralatan terlambat dikatakan sebagai kecurangan kubu 01. Padahal, walau terlambat secara teknis semua pemilih bisa memilih, lagi pula belum tentu itu merugikan 02 saja karena kebanyakan peralatan terlambat justru di basis pemilih Jokowi. Salah satunya di Papua di mana gubernur Papua Lucas Enembe yang mendukung pemilih gagal memilih di hari H dan harus menunggu esok harinya untuk mencoblos. kompas.com dan tempo.co
Mereka juga berdelusi bahwa banyak surat suara yang sudah tercoblos 01, padahal lebih banyak yang tercoblos 02. Mereka kubu Prabowo, sudah berkhayal curang tapi justru maling teriak maling. detik.com
4. Delusi Kecurangan Saat Penghitungan SuaraÂ
Kubu 02 menyebarkan opini bahwa penghitungan suara hanya dihitung suara yang coblos petahana, bahkan saat input data C1 KPU suara Jokowi banyak yang digelembungkan dengan cara membuat form C1 palsu. Sebuah khayalan karena ternyata kecurangan dilakukan oleh kubu Prabowo saat penghitungan C1, suara mereka digelembungkan dengan mengupload C1 yang tidak resmi, tanpa hologram KPU. Lagi-lagi, maling teriak maling. kumparan.com
Kubu 02 juga menyebarkan info bahwa ada kardus surat suara yang dihilangkan dan itu merugikan 02. Faktanya, kardus yang sempat dibawa lari oleh warga (sudah tertangkap) bukan berisi surat suara pilpres, melainkan surat suara caleg. Memang kubu 02 sangat gemar menebar hoax sejak awal. tribunnews.com
Para pendukung Prabowo juga menyebarkan info bahwa server KPU dihack / diretas sehingga suara Prabowo akan dihilangkan atau dikurangi. Lagi-lagi informasi itu hanyalah khayalan dari pendukungnya yang tidak menerima kenyataan bahwa Prabowo sudah kalah. Informasi itu hoax. liputan6.com
5. Khayalan Kecurangan Saat Pengumuman Perhitungan SuaraÂ
Kubu Prabowo mendadak mengatakan hasil quick count direvisi, hal yang terjadi di metro tv adalah hal lumrah salah input. Toh, sudah diperbaiki, dan semua lembaga survey serempak mengatakan JKW menang. Quick Count tidak pernah keliru di setiap Pilpres menentukan pemenang bahkan juga di Pilkada.
Anehnya, kubu Prabowo tiba-tiba percaya Metro TV, padahal selama ini mereka mengkampanyekan boikot metro tv karena tidak bisa dipercaya (menurut kubu Prabowo). Keanehan lain, mereka mendadak tidak percaya quick count, padahal percaya quick count untuk pileg. Ingatkah saat Pilkada DKI, mereka langsung deklarasi Anies Gubernur DKI jam 16.00 saat hasil quick count sudah keluar? Mereka kini sedang berkhayal saja menyalahkan KPU dan lembaga survey yang menyelenggarakan quick count. tempo.co
Kubu 02 juga berkhayal KPU dan Bawaslu curang karena sudah memblokir situs jurdil.org sebagai web pemantau pemilu. Padahal, yang dilakukan jurdil.org menyalahi kesepakatan untuk tidak berpihak, namun berpihak ke kubu Prabowo dan hanya menginput data di mana TPS 02 menang, sehingga hasilnya kubu 02 menang telak. Begitulah maling teriak maling, justru kubu Prabowo yang berbuat kotor saat proses pengumuman perhitungan suara. cnnindonesia.com
6. Delusi Kecurangan Wasit (KPU dan Bawaslu) Berpihak 01Â
Kekonyolan lainnya, adalah yang mengatakan wasit ikut bermain memenangkan salah satu capres. Padahal, di Sumatera Barat Ketua KPUD nya tertangkap basah sedang "makan bareng" dengan Koordinator Jubir BPN Dahnil Anzar. Kita semua tahu Prabowo menang telak di Sumbar, jadi, sebenarnya siapa dan untuk siapa wasit bermain. Maling teriak maling kembali dilakukan kubu Prabowo. detik.com
7. Delusi Kecurangan Saat KampanyeÂ
Terakhir yang tidak masuk akal, kubu 02 menyebarkan info bahwa kecurangan sudah dilakukan sejak masa kampanye di mana kubu mereka mempersoalkan izin menggunakan tempat yang dipersulit, bahkan kubu 01 yang mereka sebut menyerang pribadi Prabowo.
Pertama, untuk izin tempat kampanye. Di Semarang misalnya yang mereka permasalahkan. Izin tidak diberikan karena memang itu tempat yang oleh KPU dalam UU nya tidak boleh dijadikan tempat kampanye. Kubu 01 pun tidak boleh kampanye di sana. Mereka memang gemar melanggar aturan dan tebar hoax. kompas.com
Kedua, kampanye menyerang pribadi? Ini yang paling memalukan. Kita semua tahu, pendukung Prabowo bahkan sejak 2014 konsisten menyerang pribadi Jokowi, termasuk keluarga. Sekali lagi, isu kecurangan TSM yang disebut Prabowo dan pengikutnya adalah khayalan tingkat tinggi mereka, bahkan justru memperlihatkan kecurangan yang selama ini mereka buat. detik.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H