Dalam kasus ini, perempuan dewasa yang dibawa lari dan orangtuanya tidak menduga sedikitpun akan terjadi peristiwa seperti ini. Peristiwa seperti ini sudah langka sekarang seiring dengan kemajuan jaman, terutama pendidikan.
Kedua, atas persetujuan salah satu orangtua perempuan, biasanya ibunya. Karena ayah perempuan itu, tentu dengan suatu alasan, tidak mau anak perempuannya dipersunting oleh laki-laki dimaksud dan atau juga orangtuanya. Sementara anak perempuan dan juga ibunya sudah berempati dengan laki-laki dimaksud bersama orangtuanya.Â
Dalam kasus seperti ini, anak perempuan itu bisa dibawa lari oleh laki-laki ke rumah orangtuanya tanpa paksaan sedikitpun. Hanya dengan cara jalan sembunyi-sembunyi saja. Sebab perempuan dan laki-laki itu saling mencintai.
Ketiga, laki-laki dan perempuan saling mencintai, tapi ada halangan berat dari salah satu keluarga, entah orangtua perempuan atau laki-laki, alasannya pasti ada, mungkin status sosial atau bisa juga orangtua laki-laki tidak mampu memberi mahar atau ada alasan yang lain.
Dalam kasus seperti ini, laki-laki dan perempuan yang saling mencintai itu bisa memilih jalan buntu dengan kawin lari. Urusan adat perkawinan akan menyusul di kemudian hari.
Dan keempat, ada kemarahan atau dendam dari laki-laki. Tentu saja ada alasannya. Misalnya, perempuan menghina saat laki-laki itu menyatakan cinta, perempuan itu disukai atau menyukai lebih dari satu laki-laki. Laki-laki yang nekat akan membawa lari perempuan itu.
Dalam kasus seperti ini, umumnya akan berunjung kurang damai. Hasilnya bisa berantakan.
Mungkin bukan hanya ini saja alasan terjadinya Pakondongo. Tapi kurang lebihnya, begitulah motifnya.
Di Berbagai Arena
Peristiwa Pakondongo bisa terjadi kapan dan di mana saja. Bisa di berbagai arena yang memungkinkan.
Bisa di pasar, rumah, jalan raya, dan pesta teristimewa pesta adat seperti Woleka dan Pasola. Begitu ada kesempatan laki-laki bisa membawa lari perempuan yang disukai atau didambakannya.Â