Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Apa Manfaat dan Bagaimana Prospek Ekonomi Nale di Sumba

9 Maret 2018   07:14 Diperbarui: 9 Maret 2018   07:23 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bahwa Nale bermanfaat sebagai bahan lauk yang sangat lezat, kiranya tidak diragukan lagi. Bukan hanya terasa pada lidah orang Sumba tapi juga menjadi rasa lidah orang-orang dari luar Sumba yang sempat mencicipi lauk Nale. "Wow lezatnya, ingin tambah terus. Tak terlupakan. Mau datang lagi," begitulah ungkapan teman-teman dari luar Sumba ketika dijamu dengan lauk Nale dan nasi beras gogo wangi kodi, varietas Pare Wangi Kodi.

Pertanyaannya kemudian adalah apakah Nale mempunyai kandungan gizi? Jangan-jangan Nale hanya sekadar lauk penyedap rasa sesaat saja, lezat dilidah tapi tidak bermanfaat bagi tubuh manusia. Tidak perlu ragu, Nale memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi melebihi telur ayam dan susu sapi. Hasil penelitian Universitas Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mencatat bahwa kandungan gizi Cacing Wawo, yaitu  protein 43,84 %, kadar lemak 11,57 %, kadar karbohidrat 0,543 %, fosfor 1,17 %, kalsium 1,06 %, magnesium  0,32 %, natrium 1,69 %, kalium 1,24 %, klorida 1,05 %, dan kadar besi 857 ppm.

Kemudian terkait cara pengolahan cacing laut sebelum dikonsumsi, tentu setiap daerah memiliki caranya masing-masing. Jika masyarakat di Lombok dan Kepulauan Raja Ampat, sudah melakukan "loncatan teknologi" pengolahan sampai pada tingkat kripik yang rasanya gurih seperti krispi, maka bagi masyarakat di Sumba masih bersifat a'la kadarnya secara tradisional.

Di kodi misalnya, masyarakat mengolah Nale untuk dijadikan lauk dengan dua cara. Pertama, untuk kebutuhan konsumsi langsung atau dapat bertahan beberapa hari sampai seminggu, Nale dicampur dengan daun kemangi berdaun sempit (kemangi nale), jeruk nipis, bawang dan lombok secukupnya, digoreng atau disangrai dengan santan kelapa yang kental atau kelapa parut. 

Kedua, untuk kebutuhan konsumsi yang dapat bertahan lama, bisa satu tahun bahkan sampai dengan saat Nale baru muncul lagi. Nale yang dicampur dengan daun kemangi berdaun sempit (Royo Ndagha Nale), jeruk nipis, bawang dan lombok secukupnya, disimpan dalam wadah periuk tanah atau ruas bambu dan ditutup rapat-rapat, lalu disimpan secara baik. Sebulan atau dua bulan berikutnya baru diambil untuk dikonsumsi sebagai sambal. Rasanya bisa lebih nikmat dari yang dikonsumsi langsung tadi. Inilah proses fermentasi tradisional a'la kodi yang disebut Habodo atau Nale Habodo.

Prospek Ekonomi Nale

Nale sesungguhnya dapat mempunyai prospek ekonomi bernilai tinggi jika dilakukan input teknologi yang sesuai. Sebagai gambaran yaitu dapat dibuat menjadi kripik yang rasanya krispi atau yang lain. Di cina cacing serupa ini bukan saja sudah biasa dijadikan makanan, tapi juga berfungsi sebagai antibiotik, untuk kekebalan tubuh terhadap penyakit. Kemudian Jepang juga memiliki kebutuhan tersendiri terhadap cacing ini, sejak tahun 2010, Indonesia telah melakukan ekspor cacing laut yang berasal dari perairan Batam.

Gambaran lain, dalam catatan Joko Pamungkas, di Inggris, cacing laut sejenis Nale, yang bernama ilmiah Nereis virens, telah sukses dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditi ekspor penggeruk keuntungan yang cukup besar. Cacing tersebut digunakan sebagai pakan alami pada budidaya ikan dan udang karena kandungan proteinnya yang tinggi. 

Nereis virens yang secara alami hanya bisa dipanen setahun sekali pada musim tertentu saja melalui teknik kultur laboratorium yang baik, bisa dipanen satu minggu sekali. Dan sebagai gambaran keuntungan, salah satu eksportir cacing laut Polychaeta di Inggris menjual per 1 kg basah cacingnya seharga 33 poundsterling, suatu nilai yang kira-kira setara dengan Rp. 594.000.

Demikianlah uraian tentang Nale ini, mudah-mudahan dapat memberikan kontribusi bagi semua stakeholders untuk kemudian terajak melakukan intervensi sesuai kompetensi dan keahliannya masing-masing. Mudah-mudahan juga demam para investor pariwisata saat ini dalam melakukan gerilya untuk membeli tanah-tanah di pesisir pantai Sumba, kemudian akan membangun area industri pariwisata dan membawa dampak pada sentuhan Nale sebagai komoditi berprospek ekonomi yang menjanjikan kesejahteraan bagi masyarakat Sumba ke depan. ***

 

Oleh Rofinus D Kaleka

Tana Kombuka, 8 Maret 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun