 Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur, adalah salah satu sentra perkebunan Jambu Mente di Indonesia. Pengembangan perkebunan Jambu Mente rakyat terbesar di daerah tersebut berada di Kabupaten Sumba Barat Daya, yang meliputi enam kecamatan yaitu Loura, Kota Tambolaka, Kodi, Kodi Mbangedo, Kodi Utara dan Kodi Balaghar.
Sampai sekarang ini masyarakat (petani) di Sumba Barat Daya hanya memanfaatkan biji jambu mente sebagai komoditi perdagangan. Itu pun masih dalam bentuk gelondongan (bahan mentah). Setelah dipanen atau dipetik, langsung dijual bersama kulit atau tempurungnya.
Sementara buah semu jambu mente yang jumlahnya jauh lebih besar, sekitar 5 -- 10 kali lipat daripada bijinya, belum dimanfaatkan sama sekali. Paling-paling hanya untuk bahan makanan tambahan ternak babi. Namun karena jumlahnya terlampau banyak maka dibiarkan saja membusuk dan menjadi limbah di bawah pohon jambu mente. Limbah jambu mente ini tentu saja meresahkan masyarakat.
Kandungan Gizi Lengkap
Buah semu jambu mente tersebut memiliki kandungan zat gizi yang lengkap sebagai sumber vitamin tinggi dan mineral. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sutanto (2012) dalam Vincensia Kaleka (2017), Mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas Duta Wacana Yogyakarta, mengandung karbohidrat berupa glukosa dan fruktosa sebanyak 15,9 %, protein 0,7 %, vitamin C 197 mg/100g, vitamin A 15 mcg/100g, thiamin (B1) 0,02 mcg/100g, riboflavin (B2) dan niasin.
Vincensia juga mencatat adanya kandungan mineral kalsium, phosfor, karotin dan zat besi di dalam buah semu jambu mente. Bahkan nutrisi buah jambu mete bisa dikatakan setara dengan jenis buah popular seperti jeruk dan mangga.
Potensial untuk Produk Wine
      Buah semu jambu mente tersebut sebetulnya dapat dimanfaatkan dan diolah sebagai bahan dasar pembuatan wine (anggur jambu mente).  Produk wine jambu mente ini sangat relevan untuk memenuhi kebutuhan produk lokal yang sejalan dengan kemajuan industri kuliner dan industri pariwisata.
      Penelitian yang dilakukan oleh Kurosumi, dkk (2013) dalam Vincensia Kaleka (2017), menyatakan bahwa kelebihan fermentasi buah semu jambu mente yaitu bahan-bahan organik terutama sumber karbon dan nitrogen yang tinggi merupakan growth factoryang cukup bagi agen fermentasi khamir atau Saccharomyces cerevisiae,sehingga dapat meminimalkan sumber karbon tambahan seperti gula dan ekstrak touge dalam proses fermentasi alkohol.
Dan penelitian terbaru yang dilakukan oleh Wicaksono dan Nanik (2016) dalam Vincensia Kaleka (2017), diperoleh hasil bahwa fermentasi buah semu jambu mente dengan agen fermentasi Saccharomyces cerevisiae,ditambah dengan ekstrak touge dan gula 10 % sebagai sumber karbon tambahan bagi agen fermentasi s.c.menunjukkan perlakuan terbaik diperoleh dengan metode ekstraksi juicerdan lama fermentasi 14 hari paling optimal. Winebuah semu jambu mete tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut : kadar alkohol 4.99 %, padatan total (total solid) 3.30 %, derajat keasaman (pH) 4.49, kadar total asam 0.53%, kadar total fenol 182.25 mg asam galat/ml, warna coklat tajam, rasa yang sedikit asam, aroma alkohol khas, dan disukai oleh panelis.
Proses Pembuatan Tidak Sulit
