Mohon tunggu...
ROFIKA DWI MAULIDIYAH
ROFIKA DWI MAULIDIYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya memiliki kepribadian yang cekatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Proteksi Paparan Radiasi Pada Kedokteran Nuklir Rumah Sakit Onkologi

14 Juni 2025   19:42 Diperbarui: 14 Juni 2025   19:58 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Dosimeter Optically Stimulated Luminescence (OSL) (Sumber: https://images.app.goo.gl/tJhQViUMC3pvsA8X6)

Kedokteran nuklir adalah cabang dari unit instalasi radiologi selain radiodiagnostik dan radioterapi. Dalam pemeriksaannya, kedokteran nuklir menggunakan radioaktif yang terdiri dari radionuklida dan radiofarmaka yang berfungsi untuk diagnostik dan terapi. Penggunaan radiofarmaka dan radionuklida dapat menghasilkan radiasi bagi pasien maupun pekerja pada instalasi kedokteran nuklir tersebut. Pekerja harus meminimalisir radiasi yang diterima karena zat radioaktif bisa menyebabkan efek yang tidak baik bagi tubuh apabila radiasi yang diterima dalam jumlah berlebihan. Setiap tiga bulan sekali rumah sakit akan melakukan pengukuran dan pencatatan bagi pekerja pada instalasi kedokteran nulir untuk keamanan dan evaluasi bagi pekerja yang akan dilaporkan kepada BAPETEN (Puspitasari et al., 2023). Modalitas yang umum digunakan pada kedokteran nuklir yaitu SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) dan PET (Positron Emission Tomography). SPECT adalah modalitas yang memancarkan sinar gamma untuk menghasilkan citra 3D dan umumnya digunakan untuk mengukur distribusi aliran darah pada pasien epilepsi, sedangkan PET Scan adalah modalitas yang memancarkan positron yang biasanya digunakan untuk mendeteksi penyakit dan penyebarannya (Spencer et al., 1995).

Paparan kronis yang terjadi apabila terpapar radiasi pengion dosis rendah yaitu adanya efek jangka panjang yang mungkin akan muncul beberapa tahun kedepan setelah terpapar radiasi. Efek yang ditimbulkan yaitu peningkatan risiko kanker, kelainan kromosom, dan kerusakan genetic pada pekerja kedokteran nuklir. Penilaian dosis radiasi dilakukan untuk semua kelompok pekerja seperti dokter kedokteran nuklir, perawat, radiografer, radiofarmasis, dan radiofisikawan yang bekerja di fasilitas kedokteran nuklir. Batas dosis radiasi yang ditetapkan oleh International Commission on Radiological Protection (ICRP) yaitu 20 mSv/tahun, dirata-rata selama lima tahun. ICRP menyatakan bahwa pekerja pada kedokteran nuklir berisiko terkena paparan kerja (Elshami et al., 2022). Berdasarkan BAPETEN Nomor 01/Ka-BAPETEN/V-99 tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi menyebutkan apabila pekerja radiasi menerima dosis yang lebih besar dari NBD, petugas proteksi radiasi harus menyerahkan hasil tersebut kepada dokter instalasi yang bertanggung jawab untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap kesehatan (Badan Pengawas Tenaga Nuklir Republik Indonesia, 1999).

Implementasi proteksi radiasi pada kedokteran nuklir yaitu penggunaan dosimeter luminesensi terstimulasi optik (OSL) pada pekerja radiasi. Dosimeter luminesensi terstimulasi optik biasanya digunakan untuk mengukur dosis setara pada kedalaman tertentu dalam mm jaringan lunak. Misalnya Hp(10) digunakan untuk memperkirakan dosis efektif, Hp(0,07) digunakan untuk dosis kulit, dan Hp(3) untuk mengukur dosis pada lensa mata. Dosimeter OSL juga dirancang untuk mengukur radiasi dari sinar-x, gamma, beta, dan neutron. Dosimeter OSL memiliki tingkat sensitivitas yang sangat tinggi sehingga sangat ideal untuk memantau pekerja radiasi medis. Hasil pengukuran dari dosimeter OSL dibaca menggunakan MicroStar InLight dan dapat dibaca sebanyak tiga kali dengan interval 7 detik. Setiap dosimeter memiliki dosis kumulatif maksimum hingga 10 Gy, di luar batas tersebut sensitivitas pada dosimeter akan menurun. OSL dipakai oleh pekerja radiasi sebelum menggunakan body apron (Hung et al., 2023). Penggunaan dosimeter pada pekerja radiasi merupakan hal yang sangat penting karena pekerja radiasi sangat rentan terkena radiasi yang menimbulkan efek kesehatan bagi tubuh. Dalam penggunaan modalitas yang menggunakan dosis tinggi perlu dilakukan pemantauan yang ketat dan hati-hati untuk mengurangi risiko radiasi. Implementasi proteksi radiasi yang tepat menjadi salah satu kunci untuk menjaga keselamatan pekerja radiasi pada layanan kedokteran nuklir rumah sakit onkologi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun