Mohon tunggu...
Rofidah Nur F
Rofidah Nur F Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi PIAUD UIN Malang

Dipaksa, terpaksa, terbiasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak Terlihat Agresif? Kemungkinan Bermasalah pada Kemampuan Bahasa Ekspresif

15 Maret 2021   22:48 Diperbarui: 15 Maret 2021   22:56 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : schoolofparenting.id

Kunci mendidik anak menurut Imam Al-Ghazali : Hal pertama yang harus dilakukan (orang tua) dalam mendidik anak adalah memperbaiki diri sendiri. Karena mata anak-anak menyaksikan dan telinga mereka mendengarkan (orang tuanya)

Tokoh utama dalam mendidik anak sampai detik ini masih diduduki oleh orang tua. Setiap apa yang diucap dan dilakukan orang tua pasti akan ditiru oleh anak, terlebih pada anak usia dini. Seperti pada hasil penelitian Henderson dan Mapp (2002); National Standard For Parent/Family Involvement Programs (2004) dalam Hendarti Permono (2013: 43) menunjukkan partisipasi orang tua dalam PAUD berhubungan dengan prestasi anak, perilaku anak, budaya, usia, serta kualitas sekolah anak. Maka orang tua harus memberi contoh perilaku sebaik mungkin kepada anaknya, sebab hal tersebut akan berdampak dalam perkembangan sang anak. 

Berbicara tentang perkembangan anak, maka berkaitan dengan perkembangan bahasa pada anak. Pada umumnya bahasa merupakan sebuah ucapan, tulisan, dan tanda/simbol yang memunculkan makna untuk dikomunikasikan. Atau lebih ringkasnya adalah sebuah alat untuk berkomunikasi antar satu orang dengan yang lainnya.

Dalam perkembangan kemampuan berbahasa anak terdapat dua macam, yakni bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Bahasa reseptif akan dilalui sebelum bahasa ekspresif, sebab makna dari reseptif sendiri adalah meresap. Atau dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami informasi yang berupa simbol, baik itu suara, gerakan, maupun tanda yang ada di sekitarnya. Sedangkan ekspresif adalah sebuah kemampuan anak untuk mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya melalui bahasa. 

Jadi, pada awalnya anak akan meresap atau memahami informasi dari sekitarnya, kemudian ia akan mengekspresikannya dengan ucapan, kata-kata, atau tindakan. Contoh, ketika orang tua meminta tolong kepada anaknya untuk mengambilkan buku di atas meja. 

Maka anak akan memahami apa yang diperintahkan orang tuanya tersebut, apabila ia paham pasti ia akan segera mengambil buku. Dalam hal ini kemampuan reseptif dan ekspresif anak dikatakan baik dan tidak mengalami gangguan.

Pada pembahasan bahasa ekspresif ini saya akan sedikit bercerita tentang tetangga saya. Tetangga saya mempunyai cucu kembar, di mana ibu dari si kembar adalah single parent sehingga ia bekerja keras membanting tulang untuk membiayai kebutuhan anak kembarnya. Alih-alih si kembar diasuh oleh neneknya. 

Seiring berjalannya waktu kini si kembar berusia 5 tahun, namun dalam berbicara pun mereka masih terbata-bata bahkan tidak jelas ketika menguncapkan suatu kata. Dengan kata lain mereka mengalami speech delay atau keterlambatan berbicara. Seharusnya anak seusia mereka sudah mampu berbicara dan menyusun kata menjadi kalimat kompleks yang dapat dipahami orang lain. 

Setelah saya telusuri dari saudara saya yang kebetulan akrab dengan nenek si kembar, ternyata pada usia sebelum si kembar menginjak 5 tahun sang nenek jarang mengajak mereka berdialog ataupun menstimulus dengan kosakata sederhana. Hal ini karena nenek merasa kewalahan dalam mengasuh si kembar, maka yang terlihat si kembar selalu asyik bermain tanpa adanya stimulus atau pancingan untuk mereka berbicara. Bagi sang nenek yang terpenting adalah mereka diam dan tidak rewel. 

"Children can feel, but they cannot analyse their feelings; and if the analysis is partially effected in thought, they know not how to express the result of the process in words." --- Charlotte Bronte
(Anak-anak dapat merasakan, tapi mereka tidak bisa menganalisis perasaan mereka; Dan jika analisis tersebut sebagian dilakukan di dalam pikiran, mereka tidak tahu bagaimana mengungkapkan hasil prosesnya dalam kata-kata.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun