Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Waspadai Benda Berwujud Kamera Pengintai di Sekitar Kita

28 Maret 2012   07:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:22 4750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingat saat menyaksikan film The Raid yang baru tayang beberapa hari belakangan ini. Kisah tentang 20 orang anggota polisi (SWAT) yang terjebak dalam sebuah apartemen berlantai 20 hingga terisolasi dan tidak bisa keluar sama sekali. Saat operasi yang berlangsung itu tanpa disadari oleh ke 20 orang anggota, mereka diketahui karena dalam apartemen terpasang beberap buah kamera CCTV yang tersembunyi. Salah satunya di sebuah kotak saklar/ stop kontak yang menempel dalam dinding yang dikendalikan oleh Tama, sang gembong narkoba. Hingga akhir cerita dapat ditebak, hanya beberapa orang saja yang tersisa dari 20 anggota tim elit tersebut.

Berawal saat beberapa hari yang lalu ketika pergi ke Glodok, hendak membetulkan sebuah kamera poket yang saya punya. Tanpa sengaja mata ini tertuju pada sebuah pemandangan yang sebenarnya biasa namun agak aneh juga, yaitu ada beberapa toko yang menjual pernak-pernik kamera dari saku hingga yang pro sekaligus. Kebetulan di etalase depan yang terdiri dari kamera saku, tripod dan aksesoris lainnya ada beberapa benda yang terkesan janggal untuk dipajang di toko itu.

Yakni beberapa buah pulpen, kalkulator,  stop kontak, jam tangan, korek gas, juga kacamata hingga topi. Dalam hati sempat bertanya juga, apakah ini toko kamera dan elektronik atau hanya toko kelontong biasa. Sebab di dalamnya, bahkan etalase depan yang dipajang untuk menarik hati calon pembeli, bukanlah benda-benda yang semuanya familiar tetapi malah benda aneh dan tidak wajar untuk dijual dalam toko kamera tersebut.

Namun usut punya usut, ketika saya terlihat kebingungan ada seseorang karyawan toko kamera tersebut yang mendatangi seraya menawarkan apa yang bisa ia bantu. Saya yang sama sekali belum tahu, lantas menunjuk pada beberapa benda yang di pajang di etalase kaca depan dekat pintu masuk tokonya. Lantas saja sang karyawan langsung tersenyum seraya masuk dalam toko dan membuka etalase, lalu tidak lama kemudian membawa sebuah pulpen serta kalkulator untuk ditawarkan pada saya.

Saya yang sama sekali tidak merasa butuh dengan benda tersebut kemudian menggelengkan kepala sambil mengucapkan terima kasih, seraya dalam hati mengatakan bahwa pegawai tersebut aneh, masak orang ke Glodok niatnya mau perbaiki kamera eh ditawari pulpen sama kalkulator!

Tapi perkiraan saya salah, ternyata karyawan yang sekilas mirip dengan artis tahun 2000an, Ananda Lontoh, membuka suara dengan mengatakan bahwa benda yang dipegangnya itu adalah kamera termasuk yang dipajang dalam etalase tersebut. Karena masih melihat saya kebingungan, lalu dengan panjang lebar ia pun menjelaskan bahwa pulpen yang digenggam di tangan kanannya adalah "pen camera" yakni alat yang bisa untuk menulis sekaligus memotret, serta kalkulatornya juga bisa berfungsi sebagai layaknya alat hitung, walau sekadar kamuflase biasa.


Karena tertarik dengan tawaran dari kedua barang tersebut juga tutur katanya yang manis, saya pun menjadi penasaran dan tanpa sadar menanyakan berapa harga satuan dari barang tersebut. Setelah melihat respon dari saya yang begitu antusias, sang karyawan itu lalu memberitahu harganya. Dan betapa kagetnya saya ketika mendengarkan harga yang ditawarkannya lumayan mahal, yakni untuk pulpen kamera sekitar sembilan ratus ribu dan kalkulator tidak kurang dari 1, 8 juta rupiah.

Sebab harga yang ditawarkan terlalu tinggi, meski ada opsi lainnya seperti kacamata, korek gas, colokan listrik hingga topi yang juga berfungsi sebagai kamera, namun karena saya sama sekali tidak membawa uang lebih ditambah niat awalnya memang sekadar memperbaiki kamera saku yang rusak serta membeli keyboard. Akhirnya saya pun menolak dengan halus tawaran dari karyawan yang hampir mirip dengan Ananda Lontoh tersebut, meski ia tetap merayu dengan memberitahukan spesifikasi beberapa barang tersebut. Namun karena takut mengecewakannya, lalu saya pun segera pamit dari toko tersebut seraya mengucapkan terima kasih karena telah mendapatkan informasi mengenai beberapa benda yang bisa berfungsi sebagai kamera.

Malamnya setiba di rumah langsung saya mencari tahu di internet tentang keberadaan beberapa barang yang saya temui di Glodok. Ternyata memang benar, barang-barang tersebut memang banyak diperjual bebaskan di internet, baik via online maupun toko virtual. Dari beberapa barang yang bisa beralih fungsi menjadi kamera, yang paling banyak informasinya adalah pulpen kamera. Bahkan harganya ada yang jauh lebih murah dari yang ditawarkan di Glodok, yaitu hanya sekitar rp 400 dengan kelengkapan yang sama, yaitu baterai, charger, micro sd, dan kardus. Begitu juga dengan beberapa barang lainnya macam kacamata, topi, kalkulator hingga colokan listrik, semua tersedia di beberapa situs yang menawarkannya hingga berjumlah puluhan situs online.

Saya yang seumur-umur baru mengetahuinya pun menjadi kaget, bukan karena harganya yang di internet sangat murah. Melainkan karena barang-barang tersebut sudah terlalu bebas untuk di perjual belikan, karena seperti pulpen kamera atau colokan listrik, kalau sampai dipergunakan oleh orang yang salah maka ditakutkan dapat menimbulkan sesuatu yang bisa merugikan orang banyak.

Sebagai contoh, pulpen kamera kalau sampai dipergunakan seseorang untuk mencari objek tertentu seperti di kelas atau tempat kerja, lalu ia menarohnya di meja dengan tetap memencet tombol kecil untuk memotret atau merekam aktivitas lawan jenisnya. Tentu sangat berbahaya sekali, terutama bagi kaum perempuan yang pastinya sama sekali tidak menyadarinya karena dikira adalah pulpen biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun