Mohon tunggu...
Muhamad Rodin
Muhamad Rodin Mohon Tunggu... Aktivis Pulau Seribu / Aktivis HMI / Aktivis GPII / Aktivis Pemuda Nusantara

Aktivis Pulau Seribu / Kader HMI dan Kader GPII, Serta Pejuang Politik. Menulis Adalah Bagian Dari Ikhtiar Perjuangan dan Senjata Perubahan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kepulauan Seribu: Laut Kaya yang Kini Mati oleh Proyek Nasional

23 September 2025   08:01 Diperbarui: 23 September 2025   08:01 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Muhamad Rodin - Aktivis Pemuda Nusantara

Dulu, laut Kepulauan Seribu adalah surga. Terumbu karang yang sehat menjadi rumah ribuan biota laut: ikan kerapu, baronang, hingga lobster. Nelayan berangkat pagi, pulang sore dengan perahu penuh tangkapan. Hasil laut cukup untuk dapur keluarga sekaligus biaya sekolah anak-anak. Laut adalah nyawa, sumber hidup, dan kebanggaan.

Namun kini, semua itu tinggal cerita. Sejak dibangunnya pemecah ombak (breakwater) yang disebut bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), laut Kepulauan Seribu mengalami perubahan drastis. Terumbu karang dihancurkan, ekosistem rusak, ikan pergi entah kemana. Nelayan harus melaut lebih jauh, menghabiskan biaya bahan bakar lebih besar, dan sering pulang dengan jaring kosong.

Sebagai putra asli pulau, lahir dari jerih payah seorang ayah nelayan, saya menyaksikan langsung pergeseran ini. Laut yang dulu memberi kehidupan, kini justru mencekik. Anak-anak nelayan kehilangan masa depan karena laut mereka "dirampas" oleh pembangunan yang tidak berpihak.

Di sinilah saya meminta langsung kepada Presiden Republik Indonesia untuk turun tangan. Jangan hanya mendengar laporan manis dari pejabat di belakang meja. Datanglah ke pulau-pulau kecil, lihat bagaimana nelayan semakin sulit hidup, bagaimana anak-anak mereka kehilangan akses pendidikan karena penghasilan orang tuanya anjlok.

Indonesia seharusnya belajar dari banyak negara yang mengutamakan ekonomi biru. Solusi yang tepat untuk Kepulauan Seribu bukanlah mengganti terumbu karang dengan beton pemecah ombak, tetapi memulihkan ekosistem alami. Terumbu karang jauh lebih efektif sebagai pelindung pulau sekaligus penyedia habitat ikan.

Pembangunan tidak boleh mematikan rakyat. Pembangunan yang mengorbankan nafkah nelayan adalah bentuk pengkhianatan terhadap janji konstitusi.

Kami, putra-putri Kepulauan Seribu, tidak meminta belas kasihan. Yang kami minta adalah keadilan.

Kami ingin pembangunan yang berpihak, bukan pembangunan yang merampas.

Dan kami menunggu ketegasan Presiden: Apakah suara nelayan masih dianggap, atau tenggelam di bawah beton bernama PSN?

Inilah suara seorang anak pulau. Suara yang lahir dari laut, demi laut, dan untuk laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun