Mohon tunggu...
Robi Ariyanto
Robi Ariyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - JURNALIS

Mahasiswa Universitas Islam Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Problem Pembelajaran Daring

5 April 2020   22:15 Diperbarui: 6 April 2020   00:35 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembelajaran dalam jaringan atau biasa disebut dengan daring memang menjadi solusi yang banyak dipakai pada situasi seperti ini. Bagaimana tidak ditengah marak nya pandemi covid 19 . Hampir seluruh perguruan tinggi baik swasta maupun negeri mengalihkan kegiatan pembelajarannya, dari pembelajaran kontekstual menjadi pembelajaran melalui daring (kuliah online).

Dalam hati saya ,ini sangat memberatkan mulai dari sektor pengeluran( uang) untuk membeli kouta. Belum lagi bagi mereka yang daerahnya masih belum dapat mengakses internet. Tentu mahasisawa tersebut akan mengalami kesulitan dalam proses pelakasanaan pembelajaran.

Mungkin masih ada sederet keluhan lain yang sama seperti apa yang saya rasakan saat ini. Yang tentunya sungguh menggangu pemikiran acap kali melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui internetan ini.

Hal ini tentu bukan tanpa dasar,dimana setiap kali melakasanakan perkuliahan tentu kita harus menyiapkan kouta terlebih dahulu demi ikut proses pembelajaran. Belum lagi jadwal perkuliahan online pun pelaksanaan nya sama seperti pelaksanaan perkuliahan seperti biasanya. Alias normal yakni memakan waktu  kurang lebih 1 jam 40 menit.

Jika di kalkulasikan tentu tidak sedikit kouta yang digunakan. Ditambah lagi mungkin dalam satu hari bisa saja ada 2 bahkan 3 jadwal matakuliah yang menggunakan aplikasi yang sama.

Dengan kondisi perekonomian kita saat ini, dimana berdasarkan salah satu situs berita yang saya baca yakni CNBC INDONESIA menteri keuangan Sri Mulyani ‘mengatakan bahwa ekonomi Indonesia bisa minus 0,4%’. Secara rasional hal ini akan berdampak di sektor daya beli masyarakat. Dimana daya beli masyarakat akan menurun.

Tentu saya tidak akan membahas secara detail terkait ekonomi kita. Sebab saya kira pembaca dapat mengilustrasikan nya sendiri terkait hal itu. Dan secara pribadi pun saya kurang mempuni diwalayah itu.

Disamping itu yang perlu kita perhatikan ialah mereka-mereka yang daerahnya belum bisa mengakses internetan ini. Sehingga timbul sebuah pertanyaan apakah mereka yang tidak bisa mengikuti perkuliahan secara daring, yang disebabkan karena daerahnya tidak bisa mengakses internet itu dapat perlakuan khusus dalam hal ini pemakluman alias tetap dianggap masuk.

Saya kira sebuah sikap toleran terhadap mereka yang kesulitan mengakses internet itu sangat diperlukan. Bagaimana tidak dengan kondisi seperti itu tentu bukan didasari atas keinganan mereka, akan tetapi memang sudah kondisi nya sehingga sulit untuk dipaksakan. Maka dari itu dosen selaku pengajar harus bisa memaklumi kondisi tersebut.

Jika teringat percakapan dengan teman sekelas saya. Dimana ia mengatakan bahwa untuk mengikuti perkuliahan daring ini .Dia harus berjalan dulu keatas bukit untuk mendapatkan jaringan internet yang maksimal. Dan kegiatan semacam itu ia lakukan setiap saat, ketika akan mengikuti perkuliahan daring. Bagi saya itu perjuangan yang luar biasa, dan sedikit merasa kasihan.

Hal semacam ini tentunya harus menjadi perhatian khusus bagi semua pihak terlebih kampus. Dimana kampus harus hadir dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Agar mereka yang kesulitan membeli kouta maupun, mereka yang kesulitan mengkses internet dapat mengikuti pembelajaran secara baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun