Mohon tunggu...
Robert Strong
Robert Strong Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Westeros

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perbedaan Etos Kerja Jokowi dan Ahok

21 April 2014   20:16 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:23 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi sebagian orang Jokowi maupun Ahok adalah musuh bersama, dan saya umumnya setuju dengan alasan mereka untuk tidak menyukai kedua orang itu. Akan tetapi di mata saya sementara Jokowi tidak memiliki satupun kelebihan, tidak demikian dengan Ahok, di balik semua omongan kasarnya yang tidak seperti berpendidikan, dia tetap memiliki etos kerja yang tinggi untuk Jakarta. Hal ini tercermin dari Ahok bekerja dengan sungguh-sungguh dan menilai dirinya sudah diwakafkan oleh Gerindra sementara Jokowi menilai dia boleh kapan saja ikut acara PDIP; boleh kapan saja nonton konser; atau kapan saja nyekar ke makam Soekarno.
Indikasinya sangat terang dan jelas, bahwa hari ini dengan suara masih serak dan leher masih tidak bisa bergerak, Ahok yang telah seminggu beristirahat kembali bekerja, padahal Jokowi yang kondisi kesehatannya sempurna sudah lebih dari sebulan bolos kerja karena mengurus kampanya menjelang pemilihan presiden. Sementara Ahok yang sakit memikirkan Jakarta; Jokowi yang sehat memikirkan siapa yang akan menjadi cawapresnya.
Ketika sehatpun Ahok adalah gubernur de facto yang mengetahui semua urusan di Jakarta dari A sampai Z, sementara Jokowi yang gubernur definitif malah selalu menjawab "tidak tahu", "tidak ngerti", "tidak paham" atau "bukan urusan saya" ketika terjadi masalah di Jakarta. Mengapa skema seperti ini sampai terjadi? Karena selama 1,5 tahun di Jakarta yang menjadi urusan besar bagi Jokowi adalah pencitraan demi mengejar target pencapresan dirinya.
Karena semua program hanya dimaksudkan sebagai pencitraan atau alat mendongkrak citra maka tidak heran semua yang dilakukan Jokowi dengan programnya adalah eksekusi semua program dalam rencana dengan cepat tanpa memperdulikan persiapan sebab dengan demikian baru Jokowi bisa menaikan citranya ke titik maksimal dengan mengorbankan Jakarta. Bukti Jokowi menghamburkan APBD selama dua tahun senilai Rp. 170trilyun adalah tidak ada satupun program Jokowi hari ini yang masih berjalan, dari KJS sampai MRT, semuanya mangkrak atau sudah tidak berjalan.
Malah sekali nasib Jakarta, periode lalu kita tidak memiliki wakil gubernur, periode sekarang kita malah tidak memiliki gubernur sampai Jokowi naik jadi presiden atau berhenti sama sekali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun