Mohon tunggu...
Rober Jemali
Rober Jemali Mohon Tunggu... Editor Media Berita Online

Saya adalah seorang anak muda dari keluarga sederhana. Bergelut dengan banyak luka yang tak biasa. Saya suka membaca, menulis, mendengarkan musik. Bagi saya menulis tidak hanya soal memainkan kata-kata, tapi sebuah kegiatan yang bisa menyembuhkan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rumah Tak Berlampu; Jeritan Setelah Kampanye

13 Oktober 2025   07:33 Diperbarui: 13 Oktober 2025   07:33 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret seorang anak belajar diterangi lampu pelita. (Foto: Rasudo FM Dogiyai)

Malam identik dengan kegelapan. Bicara soal malam, berbahagialah mereka yang tidak sempat menikmati penerangan.

Ada saudara-saudara kita yang malam-malam ditemani kegelapan, bermodalkan lampu pelita.

Entah bagaimana perasaan mereka, saya tak mengerti lagi. Setiap ganti nahkoda di bangku DPR, mereka tak pernah alpa untuk mencoblos.

Suara-suara yang sebenarnya harus di dengar, ternyata dibuang di tong sampah.

Ya, kita bicara saja daerah di kabupaten Manggarai Timur. Masih banyak daerah isolir di kabupaten berusia muda ini.

Rasanya seperti tak berpenghuni. Mereka bersuara dalam kegelapan malam. Saya rasa doa mereka waktu malam adalah supaya cepat pagi.

Karena keadaan itulah, saya angkat suara mereka dalam tulisan tak sempurna ini. Tepat sekali ini malam minggu. Malam kesedihan dan kerapuhan mereka.

Dalam hening tak bersuara mereka merayakan kepedihan yang tak terbendung lagi. Air mata jatuh, tumpah pada pelita. Sedih dan pedih menghisap bau minyak tanah. Itupun kalau ada.

Saat saya mulai membayangkan tahun-tahun sebelum masuk PLN. Jemari mengetik tulisan ini dari hati. Spesial untuk saudara-saudara di luar sana. Luar biasa saya ucapkan.

Memang benar. Pemerintah adalah pencipta hoax terbaik. Kalau kita dengar dulu waktu kampanye, suara dan hati mereka seperti kerasukan malaikat bukan setan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun