Sosial media dihebohkan dengan salah satu tayangan televisi nasional yang menyoroti budaya ta'dhim di dunia pesantren. Tayangan tersebut dipandang menodai nilai yang dipegang teguh insan pesantren, yaitu adab dan hormat kepada kyai. Hal itu menimbulkan berbagai reaksi dari kalangan santri, tokoh agama sampai organisasi Islam di Indonesia.
Momen ini menjadi refleksi bagi dunia pesantren, yang penulis tuangkan dalam analisis tesa - antitesa - sintesa berikut ini:
Tesa
1. Dunia pesantren menjunjung tinggi adab, ta'dhim pada guru adalah kunci keberkahan.
2. Santri maupun kyai punya "SOP" bersumber dari kitab yang dikaji, bagaimana kita memegang batasan-aturan menjadi santri dan kyai (santri harus ta'dhim, nuntut ilmu jgn karena ingin dihargai, guru jangan thoma, dll)
3. Manifestasi adab dan ta'dhim tumbuh di dunia pesantren mengikuti nilai kebudayaan masyarakat tradisional setempat (ada yg cium tangan biasa, ada yang harus jalan jengkok, dst)
Antitesa
1. Kenyataan bahwa kita hidup di dunia big data, ciri big data: informasi banyak, cepat, beragam, kadang ga akurat.
2. Isu human dignity dan kesetaraan ga bisa kita pungkiri, sudah masuk melalui gawai setiap kita masing2.
3. Pesantren yg memegang tradisional jadi salah satu sorotan.
SintesaÂ