Mohon tunggu...
robby saragih
robby saragih Mohon Tunggu... -

"Everything is flux"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rasionalisme: Sikap Kritis untuk Kebenaran

4 Maret 2015   08:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:11 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sikap kritis sangatlah penting bagi setiap manusia dalam kehidupannya.Sikap kritis yang sebenarnya adalah semua yang harus dipandang sebagai yang benar adalah yang jelas dan terpilah-pilah (clear and distinctly), artinya, bahwa gagasan-gasan atau ide-ide itu dapat dibedakan denganketepatan dari gagasan-gagasan atau ide-ide yang lain. Hal ini juga yang perlu kita perhatikan dalam setiap sikap kritis terhadap apapun. Kritis dipadang sebagai kritis dari sisi rasionalisme. Kritis dari sisi rasionalisme dimaksud adalah pandangan yang benar dan jelas dengan ketepatan yang mendasar.

Kebenaran yang dimaksud didalam rasionalisme bukanlah kebenaran yang didasarkan metode ilmiah seperti yang kita ketahui dalam ilmu pasti. Karena ilmu pasti hanya boleh dipandang sebagai penerapan paling jelas dari metode ilmiah. Metode ilmiah itu sendiri adalah yang lebih umum. Segala gagasan yang dikenal dari kebiasaan dan pewarisan atau dari keterpihakan (kecenderungan), baru bernilai, jikalau secara metodis diperkembangkan dari intuisi murni. Kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran yang ada, dan kebenaran yang dapat dikenal, asal jiwa kita berusaha untuk membebaskan diri dari isinya semula, menghilangkan jalan dari luar kedalam dan mulai lagi dengan jalan dari dalam keluar.

Seperti yang dikemukakan diatas, yang harus dipandang sebagai yang benar adalah apa yang jelas dan terpilah-pilah. Apa yang jelas dan terpilah-pilah tidak didapatkan dari apa yang berada di luar kita. Coba kita perhatikan lilin dan es krim. Jikalau kita mengamati es krim ada beberapa yang kelihatan melalui indera kita: lidah kita merasakan manis dan dinginya es krim, hidung kita mencium bau eskrim yang diberikan vanilla atau coklat, mata melihat warna dan rupa, jari kita merasakan dinginnya. Akan tetapi jikalau eskrimdi atas wadah yang berada di atas api, sifat-sifatnya berubah, sekalipun es krim tetap ada. Sifat-sifat es krim sekarang cair,warna berubah,rasa berbeda, tekstur pun tidak memiliki kejelasan yang pasti, dan lain sebagainya. Jadi apa yang terlihat, yang dapat kita amati bukanlah lilin itu sendiri. Adanya lilin kita ketahui dengan rasio atau akal kita. Maka benda yang disebut lilin itu pada dirinya tidak dapat diamati. Sebab benda itu dengan cara yang sama tercakup dalam segala penampakannya. Pengetahuan kita tentang lilin bukan karena ada wahyu, bukan karena pengamatan atau sentuhan atau khayalan, melaikan karena pemeriksaan rasio.( Bnd. Kalau kita melihat orang berlari di pantai, yang kita lihat pakaianny,dll). Apa yang kita duga kita lihat dengan mata kita itu hanya dapat kita ketahui semata-mata dengan kuasa penilaian kita, yang terdapat dalam rasio atau akal. Pengetahuan melaluiindera adalah kabur dan didalam hal ini kita sama dengan binatang.

Oleh karena itu kita harus memiliki sikap keragu-raguan yang kita amati dan kita ketahui sehari-hari untuk menumbuhkan sikap kristis tersebut. Hal ini dikarenakan oleh keragu-raguan kita akan memberikan kita refleksi berpikir,dan oleh karena itu di dalam hal berpikir ini kita tidak ragu-ragu,maka aku berada. Inilah suatu awal dari sikap kritis terhadap apapun untuk mencari kebenaran dari pengetahuan. Dercartes mengatakan “aku berada karena aku berpikir”. Jadi kita adalah sesuatu yang berpikir, suatu substansi yang seluruh sikap dasar dan hakekatnya terdiri dari pkiran dan yang untuk berada tidak memerlukan suatu tempat atau suatu yang bersifat bendawi. Cogito ( aku berpikir) adalah pasti, sebab cogito adalah jelas dan terpilah-pilah. Ciri khas kebenaran yang dapat dipastikan adalah jelas dan terpilah-pilah. Dari sikap tersebut kita menemukan kebenaran yang jelas dan terpilah-pilah sebagai bukti dari kritis pikiran terhadap apapun.

Robby Saragih

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun