Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Humor Artikel Utama

Merindukan Zaman di Mana Kaki dan Tangan Digunakan Secara Orisinil

19 November 2019   08:34 Diperbarui: 19 November 2019   16:28 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: greeners.co

Sekarang ini kebanyakan orang tidak menggunakan tangan dan kakinya secara orisinil seperti burung yang menggunakan sayapnya untuk terbang. Semua pakai mesin. Mau apa-apa tinggal pencet. Kemana-mana tinggal ngegas dan ngerem.

Makanya sekarang  banyak orang yang kena serangan jantung atau stroke. Karena kurang gerak dan nggak hobi olahraga. Olahraganya dalam bentuk game di henpon atau kompi.

Walau dimanjakan teknologi, kadang-kadang kita rindu melakukan sesuatu yang tradisional. Sekali waktu kita ingin merasakan jalan kaki atau naik sepeda ontel ke tempat yang agak jauh. Atau hal lain yang bisa dibilang kuno.

Kalau soal jalan kaki, aku wis qatam. Dulu saat masih sekolah, 90% kemana-mana jalan kaki. Anehnya, aku bisa bahagia dengan itu. Sekarang jalan kaki dari stasiun Tugu ke pasar Beringharjo Jogja saja sudah meratapi nasib. Mengutuk pemerintah. Menyalahkan Jokowi. Wadoh :)

Konon orang yang sering jalan kaki itu jiwanya lebih kaya. Karena dalam jalan kaki ada proses menghayati, mendalami, merenungi. Kalau naik kendaraan tidak bisa seperti itu. Harus fokus menjalankan mesin. Kalau merenung sedikit bisa nubruk bak truk.

Konon juga pejalan kaki itu perasaane landep, rasa sosialnya tinggi. Karena terbiasa sengsara dan sering melihat (merasakan) kesengsaraan hidup orang miskin dengan dekat. Kalau naik kendaraan melihatnya sambil lalu.

Dulu beberapa kali di jalan dipertemukan dengan para musafir kere yang kehabisan uang.  Mereka curhat sambil mewek minta kemurahan hati (uang). Ketika uangku habis kuberikan, gantian aku sing mewek. Ya Alloh, kok yo dipertemukan karo aku sing duwike pas-pasan. Ngerti nek aku gak isoan. Woalaa kere ketemu kere = kere bersatu.

Eh sik sik..iki sakjane mbahas opo se?

Embuh wis gak ngurus. Ini cuman contoh tulisan Nggedabrus. Jenis prosa baru dari generasi medsos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun