Mohon tunggu...
Rizky Kurniawan
Rizky Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pribadi

Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Lavender

19 Oktober 2018   21:02 Diperbarui: 19 Oktober 2018   21:20 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini tidak masuk akal, pikirnya.

Tanpa disadari Calvin, dari kejauhan Himori mengamatinya saat sedang berbicara pada si perawat. Setelah Calvin pergi, lelaki paruh baya itu kemudian menghampiri si perawat dan menanyakan hal yang sebelumnya dibicarakan dengan Calvin. Himori terlihat tertegun mendengar cerita si perawat, namun matanya tidak bisa lepas dari Calvin yang kali ini terlihat sudah masuk ke dalam ruangan Axel.

"Terima kasih infonya, Suster," ucap Himori.

"Sama-sama, Tuan!"

Himori kemudian meninggalkan si perawat itu. Otaknya terlihat berpikir keras saat langkahnya menyusuri koridor rumah sakit. Dia tidak bisa menerka dengan jelas apa yang sebenarnya dicari Calvin di bangunan itu. Memang sih, sejak awal Himori merasa Calvin selalu senang saat melewati bangunan tadi. Sepertinya memang di sana ada sesuatu yang membuat Tuan mudanya tertarik.

**

Sementara itu, di dalam ruang perawatan Axel, Calvin sedang duduk menangis sambil terus menggenggam tangan kakaknya yang ternyata masih belum sadar juga. Dia sedang berbicara pada Axel tentang kejadian hari ini. Bianca yang membuatnya merasa tidak bosan menunggu kesadaran Axel, kini pergi entah ke mana. Dan, yang membuatnya tidak habis pikir adalah  perkataan suster tadi, yang menyebutkan kalau Bianca tidak pernah dirawat di sana.

"Axel, kumohon bangun ... sekarang aku benar-benar kesepian! Kumohon, jangan kau jadi pemalas seperti itu. Aku jadi sangat bosan menunggumu. Aku tidak tahu lagi harus apa? Kalau sampai hari ini kamu belum juga bangun. 

Aku mungkin akan kembali bosan, besok. Lalu saat bosan itu menyerang, sisi anak-anakku ini akan meninggalkanmu, Axel. Dan yang lebih memalukan adalah, aku akan kalah taruhan dengan Bianca yang kini pun sudah tidak ada. 

Ayolah pemalas, kamu yang harusnya menemaniku, bukan kebalikannya seperti sekarang. Ayo cepat bangun ...!" Air matanya yang jujur, turun begitu saja membasahi pipi, dan kemudian turun menetes ke tangan Axel. Tidak sampai di situ, kali ini Calvin bahkan memeluk Axel dengan sangat erat.

"Ayo bangun ...," ucapnya lagi, masih tersedu. "Kalau kau sudah bangun, aku akan mengajakmu mencari Bianca. Ada yang harus kuserahkan. Aku juga akan mengenalkannya padamu. Kau tahu? Dia benar-benar sangat cantik dan baik hati. Kau pasti menyukainya, Axel. Jadi ayo cepat bangun ...!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun