Mohon tunggu...
Inovasi

Genarasi Milenial dengan Berbagai Dampak Negatif dan Positif dari Sebuah Teknologi

20 Juli 2018   01:33 Diperbarui: 20 Juli 2018   01:28 17371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kita memang  tidak pernah bisa lepas dari sosial media. Bahkan, sosial media sudah menjadi bagian dari kita. Semua yang kita lakukan, tidak lepas dari posting-an sosial media. Mau makan, posting dulu. Mau tidur, posting dulu, mau ngapa-ngapain juga posting dulu.

Maka dari itu tidak bisa dipungkiri semakin majunya teknologi yang bermunculan maka semakin banyak pula munculnya berbagai macam Media sosial yang digunakan contohnya seperti facebook, twitter, snapchat, instagram, whatsapp, line dan masi banyak lagi, yang menggunakannyapun beragam mulai dari orang dewasa maupun anak-anak zaman now, yang biasa disebut generasi millennial atau generasi micin.

Milenial sendiri adalah sebutan generasi masa kini yang aktif dalam bersosial media.Tapi apakah milenial zaman sekarang sadar dengan kemudahan dalam bidang teknologi komunikasi dapat memberikan kerugian selain manfaat bagi mereka? Atau mungkin anak milenial sudah terlena dengan itu semua? sehingga generasi millennial dalam bermedia sosial seakan mengabaikan garis-garis kesopanan, dan melebihi batas wajar dalam menggunakan media sosial.

Jika kita sadari media sosial memiliki dampak posiif maupun dampak negative bagi penggunanya tergantung kita bagaimana menggunakannya, apakah kita menggunakannya dengan hal-hal yang baik, atau kita menggunakannya dengan hal-hal yang tidak baik atau bisa jadi kita menggunakannya hanya sesuai kebutuhan saja. Mungkin kita sendiri pernah menyalahgunakan media sosial tersebut tanpa kita sadari,Melihat media sosial yang akhir-akhir ini banyak digunakan oleh masyarakat untuk bersosialisasi atau hanya untuk sekedar eksis tanpa memikirkan dampak  negative atau dampak positif yang akan muncul.

Tetapi kita bisa lihat akhir-akhir ini media sosial seolah dipandang negative bahkan salah satu aplikasi di media sosial harus di nonaktifkan karena banyak generasi millennial yang salah dalam menggunakan media sosial itu sendiri, seharusnya orang tua mampu mengontrol putra putri mereka agar menggunakan media sosial dengan baik dan bijak. Kita sebagai warganet tidak bisa menyalahkan media sosial sepenuhnya karena yang perlu di perbaiki yaitu para pengguna dari media sosial itu sendiri apakah sudah baik dalam menggunakan media atau bahkan masih menyalahgunai konten atau media tersebut.

Namun sekarang ini, kita masih melihat tarik ulur tentang siapa yang mesti bertanggung jawab dalam pembentukan karakter anak di zaman sekarang. Keluarga ataupun sekolah pada beberapa kasus akhir-akhir ini terlihat seolah ingin melempar tanggung jawab ketika muncul kasus-kasus destruktif tertentu yang melibatkan anak. Apalagi ketika kita melihat sistem pengendalian sosial kita lebih banyak bersifat represif baik oleh orang tua maupun sekolah ketimbang preventif.

Padahal pengendalian sosial preventif inilah cukup fundamental dalam konteks ini, mengingat bahwa kita tak bisa mengabaikan faktor ketiga dalam kasus ini yakni media sosial. Media sosial memang cukup besar pengaruhnya dalam membentuk kebiasaan dan apa yang dianggap menarik oleh anak. Mengingat tingkat kedekatan anak generasi millenial terhadap apapun lebih dominan oleh teknologi gadget, android dan sejenisnya. Meskipun kita tetap percaya bahwa orang tua tetap memiliki peran utama dalam mendidik anak, namun realitasnya bahwa arus pengaruh media sosial jauh lebih kuat dari kekuatan manapun.

Di sekolah misalnya, meski beberapa sekolah telah menetapkan aturan larangan membawa HP canggih ke sekolah untuk memisahkan sejenak anak dari medsos, namun itu tidak serta merta mengalihkan lalu lintas perbincangan anak dari dinamika medsos itu sendiri. Sekolah bahkan keluarga terancam kehilangan pamor sebagai orang atau lembaga yang bertanggung jawab sepenuhnya dalam nilai moral anak.

Ini seperti menjadi tantangan baru generasi millenial anak yang hidup di zaman digital seperti sekarang ini. Medsos mau tak mau akan menjadi tujuan utama anak menerima persepsi dengan mudah. Lantaran ia sudah menjadi bagian dari pola hidup anak. Tidak sedikit dari gaya hidup anak, dibentuk sebagai hasil imitasi yang ia dapatkan dari bermedia sosal. Melihat dari dampak positif yang ada, sisi lain yang patut diperhatikan adalah dampak buruk pengaruh medsos yang tak terbatas ini dalam pertumbuhan kepribadian anak zaman sekarang.

Di beranda media sosial  kita bisa mengamati hal demikian, dari mereka yang dewasa sebelum waktunya, imitasi gaya hidup ala sinetron, kebiasaan penggunaan kata-kata tak lazim atas nama trend, hingga jebakan anak dalam pusaran SARA akibat lalu lintas informasi yang serba bebas diserap begitu saja dengan polos. Bukan untuk menyalahkan media sosial, justru sebaliknya, media sosial adalah produk zaman yang tak bisa ditolak. 

Kebebasan sangat fundamental bagi anak dalam pembentukan kepribadiannya, namun kontrol publik tetap tak bisa diabaikan, terlebih kontrol dari orang tua yang mau tak mau tetap masih menjadi harapan sebagai pranata primer yang paling mendasar dalam perkembangan kepribadian sang anak. Kita semua berharap media sosial mampu merubah yg buruk menjadi baik karena media sosial hanya pelengkap dalam era yang modern ini, mari kita jadikan anak millennial sebagai anak yang mempunyai moral dan integritas tinggi karena penggunaan media sosial yang baik dan bijak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun