Mohon tunggu...
Rizqi Rahayu
Rizqi Rahayu Mohon Tunggu... memanusiakan manusia

bersyukur dan ikhlas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siapa itu Manusia?

9 Oktober 2025   16:00 Diperbarui: 9 Oktober 2025   13:55 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapakah manusia itu? Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al Qur'an surat al 'Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu dicipta Tuhan dari segumpal darah. Al Qur'an surat at Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan oleh Allah. Al Qur'an surat al Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Allah itulah yang menciptakan manusia. 

Pengetahuan terhadap asal muasal kejadian manusia tentu sangat penting kita ketahui, artinya ini perlu dalam rangka merumuskan tujuan pendidikan bagi manusia. Asal kejadian ini justru harus dijadikan pangkal tolak dalam menetapkan pandangan hidup bagi manusia.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan (Allah SWT). Manusia lahir di muka bumi dalam keadaan tidak tahu apa-apa dan tidak punya apa-apa.  Lalu bagaimana bisa manusia menjadi tahu bahkan banyak tahu apa-apa dan menjadi punya apa-apa sehingga menjadi apa-apa.

Mengutip dalam buku Ilmu Pendidikan Islam karya Ahmad Tafsir (2012:50), mengatakan dalam teori pendidikan yang dikembangkan di dunia Barat, dikatakan bahwa perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme). Sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa perkembangan seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme). Sebagai sisntesisnya dikembangkan teori ketiga yang mengatakan perkembangan seseorang ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan (konvergensi). Menurut Islam, kira-kira konvergensi inilah yang mendekati kebenaran.

Mengutip hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, kullu mauludin yuladu 'alal fitrah yang artinya setiap anak (manusia) yang dilahirkan dalam fitrahnya (HR. Bukhori dan Muslim).

Fitrah dalam arti kata bahwa Allah menetapkan, Allah memberikan kepada setiapa anak (manusia) yang lahir itu memiliki kecenderungan terhadap sebuah kebaikan, kesucian. Jadi, anak (manusia) yang lahir itu cenderung baik, cenderung beriman, cenderung selamat. 

Fitrah di sini juga bisa diartikan potensi. Potensi adalah kemampuan.  Jadi, fitrah di sini bisa diartikan kemampuan pembawaan. 

Lanjutan readksi hadits tersebut yaitu fa abawaihi yuhaiwidani au yunas shironi au yumajjisani yang artinya ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR. Bukhori dan Muslim). Ayah ibu dalam hadis ini juga bisa dipahami sebagai lingkungan. Karena keduanya menentukan perkembangan seseorang. 

Pengaruh itu terjadi pada aspek jasmani, akal, dan aspek ruhani juga. Tingkat dan kadar pengaruh tersebut tentu berbeda antara manusia satu dengan manusia lainnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun