Mohon tunggu...
Rizky Pahlevi
Rizky Pahlevi Mohon Tunggu... Guru

Mencari keindahan dalam kesederhanaan, tapi tak pernah ragu melangkah ke pengalaman baru

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Geger Boikot Trans 7, Acara "Expose Uncensored" Dinilai Hina Pesantren

16 Oktober 2025   08:07 Diperbarui: 16 Oktober 2025   08:07 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramai seruan tagar Boikot Trans 7 setelah tayangan video di Expose Uncensored (Sumber: MUI)

Jakarta, 8 Oktober 2025 --- Dunia maya kembali dihebohkan dengan munculnya tagar #BoikotTrans7 yang viral di berbagai platform media sosial. Gelombang protes ini dipicu oleh tayangan program Expose Uncensored di Trans 7 yang dianggap menghina kehidupan pesantren. Dalam salah satu episodenya, acara tersebut menampilkan video santri di sebuah pondok pesantren yang tengah bersalaman dengan kiai sambil jongkok, serta momen di mana seorang santri minum susu. Namun, yang memicu kemarahan publik adalah komentar para pengisi acara yang dinilai melecehkan nilai-nilai pesantren.

Salah satu komentar yang dikritik keras adalah pernyataan, "Minum susu sambil jongkok, emang seperti ini kehidupan pesantren?" serta kalimat yang menyebut, "Kiyainya makin kaya, tapi yang ngasih amplop itu umatnya. Kalau kiai kaya, kasih dong ke umatnya."Bagi banyak kalangan, komentar tersebut dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap lembaga keagamaan dan sosok kiai yang sangat dihormati. Kritik yang seharusnya disampaikan dengan data dan konteks justru berubah menjadi opini yang dinilai merendahkan.

Ketua Aliansi Santri Nasional, KH. Fathur Rahman, menegaskan bahwa ucapan dalam program tersebut sangat tidak pantas disiarkan. "Kalau ini dianggap kritik, maka kritik harus disertai basis data dan pemahaman budaya pesantren. Jangan asal berbicara tanpa fakta," ujarnya dalam pernyataan tertulis. Gelombang protes kemudian meluas. Sejumlah organisasi pesantren dari berbagai daerah, termasuk Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Banten, turut menyerukan boikot terhadap Trans 7. Mereka menilai tindakan stasiun televisi tersebut telah mencederai marwah pesantren dan kiai.

Menanggapi kontroversi tersebut, Direktur Produksi Trans 7, Budi Santoso, akhirnya menyampaikan permintaan maaf secara terbuka. Dalam klarifikasinya, ia menegaskan bahwa tidak ada niat untuk menghina pesantren atau tokoh agama. "Kami meminta maaf kepada seluruh pesantren, keluarga besar kiai, dan umat Islam yang tersinggung. Kami juga sudah menghubungi pihak pesantren untuk meminta maaf secara langsung," kata Budi dalam konferensi pers, Selasa (8/10).

Meski permintaan maaf telah disampaikan, peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi media massa agar lebih berhati-hati dalam menyampaikan kritik, terutama yang menyangkut lembaga pendidikan keagamaan. Dalam konteks publik, setiap pernyataan yang disiarkan harus didukung oleh data, fakta, dan sensitivitas budaya. Media seharusnya menjadi sarana edukasi, bukan provokasi. Sebab, di era digital yang serba cepat ini, satu kalimat tanpa dasar bisa berdampak luas dan memicu luka sosial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun