Pembelajaran koperatif
Model pembelajaran koperatif adalah model pembelajaran yang menekankan pada eksistensi berkelompok. Guru membentuk kelas ke dalam beberapa kelompok, kemudian murid akan belajar dan menyelesaikan tugas dengan bekerja sama. Pembelajaran koperatif melatih siswa untuk menghargai sesama, mampu berkolaborasi dengan teman, dan saling bahu-membahu.
Model pembelajaran koperatif berlandaskan pada teori belajar Vigotsky yang memaparkan bahwa kemampuan kognitif dipengaruhi oleh sosial. Interaksi sosial yang dibentuk dalam pembelajaran koperatif yaitu dengan kerja sama antar sesama anggota kelompok.
Tujuan pembelajaran koperatif adalah:
- Hasil belajar akademik; bekerja secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Interaksi yang terjadi dan saling bertukar pikiran akan memperluas pengetahuan para anggota kelompok. Para tokoh pendidikan telah membuktikan bahwa pembelajaran koperatif berpengaruh baik terhadap perkembangan kognitif siswa.
- Penerimaan perbedaan individu; pembelajaran koperatif bertujuan supaya setiap individu dapat saling menerima dan menghargai perbedaan. Terlebih jika sekolah tersebut menerapkan sistem pendidikan multicultural, dimana para peserta didik terdiri dari beragam perbedaan. Seperti berbeda daerah, agama, ras, suku, dan bangsa. Perbedaan tersebut dapat dileburkan dengan adanya interaksi, tatap muka, berdiskusi, dan memegang peran dalam kelompok hingga menimbulkan adanya ketergantungan positif dalam kerja sama kelompok dalam mencapai tujuan kelompok tersebut.
- Pengembangan keterampilan sosial; kerja sama dan kolaborasi yang dilakukan oleh para anggota kelompok selama proses belajar akan memberikan pengalaman kepada para siswa bagaimana berinteraksi dan bersosial. Perbedaan pendapat tentulah sudah pasti terjadi, namun disinilah guru dapat mengajarkan kepada mereka cara menghargai pendapat dan mengkritik serta memberi saran tanpa menyinggung perasaan lawan biscara. Hal ini akan mengajarkan mereka bagaimana bersosial dengan baik di masyarakat.
Supaya guru dapat menerapkan pembelajaran koperatif dengan baik, ada beberapa elemen  pembelajaran koperatif yang harus diperhatikan oleh para guru, yaitu:
Keterampilan sosial; Keterampilan siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Di dalam sebuah kelas memungkinkan adanya perbedaan antar suk, ras, agama, bahkan kemampuan kognitif masing-masing (ada yang tinggi, sedang, dan rendah). Maka, siswa dituntut untuk menguasai materi yang diberukan oleh guru dengan berkolaborasi dan bekerja sama dalam kelompok.
Interaksi secara tatap muka; Guru memberikan kesempatan kepada seluruh anggota masing-masing kelompok untuk saling berinteraksi dan berdiskusi. Dalam suatu kelompok tentulah kemampuan para anggotanya berbeda, melalui ini siswa dapat belajar memahami perbedaan, saling berbagi pengetahuan, dan menutupi kekurangan yang ada pada kelompok. Berbeda kepala, maka berbeda pula pengalaman yang ia dapatkan, baik dari segi ekonomi, sosial, dan kognitif. Maka dengan mengkolaborasikan kemampuan dan pengetahuan yang ada dari para anggota kelompok, akan semakin memperkaya dan memperluas kemampuan anggota kelompok itu sendiri.
Siswa harus saling bergantung secara positif; Dalam sebuah kelompok, para anggota memiliki peran masing-masing. Hal itu berarti bahwa setiap individu yang terlibat dalam kelompok tersebut, harus melaksanakan tugas yang telah dibagikan. Peran yang diterima oleh anggota saling bergantung antar satu sama lain. Dalam sebuah kelompok pembelajaran koperatif, umumnya setiap kelompok terdiri dari empat sampai enam orang, dengan peran seperti sebagai penganilisis materi, penulis atau notulen, dan sebagian berdiskusi serta  membahas secara lebih luas mengenai materi yang sedang dipelajari. Akan tetapi, kemampuan yang dimiliki oleh para anggota kelompok berbeda-beda, guru dapat mengatur peran siswa dalam berkelompok. Misalnya, siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang tinggi mengemban tugas sebagai penganalisis materi, dan siswa yang memiliki kemampuan rendah dapat memerankan tugas sebagai penulis materi atau notulen.
Tanggung jawab individu; Poin ini berkaitan langsung dengan poin diatas. Tugas yang telah dibagikan kepada para anggota menjadi tanggung jawab individu masing-masing dan menciptakan adanya saling ketergantungan. Keberhasilan kelompok bergantung pada peran dan kemampuan para anggota. Maka, mau tidak mau, setiap individu harus bersedia menyelesaikan tugasnya dan bertanggung jawab terhadap apa yang diperankannya.
Evaluasi; sebagaimana dalam berorganisasi dan berbagai kegiatan perlu dilaksanakan evaluasi, maka penilaian juga dipandang perlu dalam mengawasi jalannya pembelajaran koperatif. Evaluai dilakukan oleh guru terhadap siswa-siswanya dalam kegiatan berkelompok. Namun kegiatan ini tidak harus dilakukan pada setiap jam pelajaran, akan tetapi cukup beberapa kali dalam sebulan untuk mengontrol dan mengoreksi jalannya kelas yang menerapkan model pembelajaran koperatif.
Pembelajarn koperatif memiliki banyak tipe yang dapat dipilih oleh guru. Akan tetapi, disini kita membahas lima jenis pembelajaran saja, yaitu:
Tipe Student Teams Achievement Division (STAD), tipe STAD adalah model pembelajaran koperatif yang paling sederhana. Pada tipe ini, guru membentuk kelas menjadibeberapa kelompok. Kemudian guru memberikan tugas kepada kelompok supaya diselesaikan bersama-sama. Tipe STAD sangat menekankan pada tanggung jawab masing-masing individu terhada perannya di dalam kelompok.
Tipe Jigsaw; tipe Jingsaw umumnya digunakan untuk melatih kemampuan berbicara siswa. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompoknya, mereka ditugaskan untuk menjelaskan kembali kepada kelompok yang lain. Begitu pu sebaliknya, setiap kelompok menjadi pembicara dan juga menjadi audience dari kelompok yang lain secara bergantian. Saling berbagi pengetahuan dan pemahaman.
Group Investigation (GI); berbeda dengan STAD, tipe investigasi kelompok merupakan model pembelajaran koperatif yang sangat kompleks. Guru harus mempersiapkan dengan matang. selain itu, tipe GI mengambil peran siswa yang cukup besar.p Para siswa membentuk kelompok, umumnya berjumlah 2-6 orang. Kemudian guru menyajikan subtopik materi yang hendak dipelajari pada hari itu. Masing-masing kelompok bebas memilh subtopik yang hendak didiskusikan untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas.
Teams Games Tournament; tipe ini disebut dengan game (permainan) karena para siswa berlomba-lomba dalam menjawab soal yang dilemparkan oleh guru. Guru memberikan kuis kepada siswa. Sedangkan siswa secara acak merebutkan soal tersebut. Kelompok yang paling banyak menjawab, maka mendapat poin terbanyak.
Team Assited Individualy (TAI); tipe TAI adalah bentuk kombinasi antara pembelajaran individu dan pembelajaran kelompok. Diawal kelas, guru menjelaskan materi, kemudian guru memberikan tugas kepada siswa secara individu. Setelah para siswa selesai mengerjakan tugasnya, dibentuk kedalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan hasil kerja individu anggota kelompok. Lalu, setiap kelompok mendiskusikan dan menarik kesimpulan. Terakhir guru mengevaluasi hasil diskusi kelompok.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI