Proyek Light Rail Transit (LRT) Jakarta Fase 1B kini sedang menjadi salah satu proyek strategis nasional yang sangat dinantikan oleh masyarakat, khususnya warga Jakarta. Jalur yang dibangun pada fase ini, terutama di Zona 1, membentang dari Stasiun Velodrome hingga Stasiun Manggarai, dan menjadi penghubung penting antara wilayah Jakarta Timur dengan pusat kota. Tidak hanya menjanjikan kemudahan mobilitas, proyek ini juga menjadi wujud nyata transformasi transportasi publik ke arah yang lebih modern dan berkelanjutan.
Namun, di balik kemegahan proyek ini, tentu ada banyak tantangan teknis yang dihadapi di lapangan. Salah satunya adalah pekerjaan perbaikan bored pile, yang menjadi fondasi utama dari struktur lintasan LRT layang (elevated track). Bored pile sendiri merupakan pondasi dalam yang dibuat dengan mengebor tanah hingga kedalaman tertentu, lalu diisi beton bertulang untuk menopang beban bangunan di atasnya. Dalam pelaksanaannya, kualitas bored pile sangat krusial---kesalahan sedikit saja bisa berdampak pada stabilitas struktur secara keseluruhan.
Salah satu titik bored pile di Zona 1 terindikasi mengalami penurunan kualitas pada kedalaman 11 hingga 15 meter. Hal ini diketahui bukan secara kasat mata, melainkan dari serangkaian pengujian non-destruktif (non-destructive testing) yang dilakukan setelah pengecoran selesai. Pengujian ini meliputi metode Crosshole Sonic Logging (CSL), Pile Integrity Test (PIT), dan Tomosonic Test---semuanya bertujuan untuk memastikan tidak ada rongga, retakan, atau kerusakan beton di dalam bored pile.
Hasil uji menunjukkan adanya potensi segregasi beton atau rongga di dalam struktur, yang bisa saja disebabkan oleh keruntuhan tanah lokal (soil collapse) saat pengecoran berlangsung. Faktor-faktor seperti tekanan bentonite yang tidak optimal atau proses pengecoran yang tidak kontinu juga bisa menjadi pemicunya. Jika dibiarkan, kondisi ini tentu berisiko menurunkan daya dukung pondasi.
Untuk itulah dilakukan metode perbaikan (repair) dengan teknik coring dan grouting. Proses ini diawali dengan pengeboran ulang (coring) pada bagian bored pile yang mengalami penurunan kualitas, lalu dilanjutkan dengan penyuntikan material grout bertekanan tinggi untuk mengisi rongga dan memperkuat struktur. Proses ini memerlukan ketelitian tinggi serta pengawasan langsung dari tim teknis dan konsultan lapangan, karena kualitas hasil repair harus benar-benar menyamai atau bahkan melampaui bored pile normal.
Melalui tindakan ini, integritas struktur bored pile dapat dipulihkan, dan proyek tetap berjalan sesuai target. Pekerjaan seperti ini menunjukkan bahwa dalam dunia konstruksi, kualitas dan kehati-hatian tidak pernah bisa dikompromikan. Tantangan teknis memang tidak bisa dihindari, tetapi dengan pendekatan yang tepat dan dukungan tim ahli, semua dapat diatasi dengan baik.
Untuk penjelasan lebih rinci mengenai metode kerja, tahapan pelaksanaan, serta ilustrasi teknis pekerjaan Repair Boredpile Coring dan Grouting  pada Proyek LRT Jakarta Fase 1B Zona 1, Anda dapat membaca artikel lengkapnya melalui tautan berikut:
https://docs.google.com/document/d/1MdEpznM-3gsNL_R0XC60bDPj2oshFu6TvQER66QINas/edit?usp=sharing
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI