Mohon tunggu...
Rizky Luxianto
Rizky Luxianto Mohon Tunggu... Dosen - Coretan saya...

Mencoba menjadi pengajar yang baik, praktisi yang cakap, dan pebisnis yang handal, amin...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Pejuang... Dari SD Sudah Bekerja, Ga Makan Bangku SMA, Sekarang Jadi Pengusaha... (Part 1)

19 September 2019   17:29 Diperbarui: 19 September 2019   18:50 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketemu Beliau kemarin saat menikmati perjalanan Madiun - Jakarta dengan kereta Bima... Skitar jam 19.30 malam, saya naik ke atas kereta dan kemudian mengawali pertemuan dengan sapaan hangat, "Nuwun sewu (Permisi) Mas." Karena saya dapat kursi samping jendela sementara saat saya naik Beliau sudah duduk di kursi bagian lorong. Beliau pun mempersilahkan saya lewat, terus bertanya, "Sampe pundi menika (sampai mana ini) Mas," saya jawab "Madiun Mas, njenengan saking pundi niki wau (Anda dr mana ini td)?" Beliau pun menjawab dari Mojokerto.
.
Begitulah sekelumit awal perjumpaan kami. Menariknya, setelah saling sapa hangat tersebut, Beliau kembali asyik sepertinya menonton youtube di HPnya, saya pun juga membuka HP dan mulai asyik dengan FB dan WA saya hingga 1.5 jam berikutnya. Entah bagaimana awalnya, kami sama-sama menyimpan HP kemudian kami ngobrol hangat seperti kawan lama sebelum kami tidur pulas di kursi masing-masing.
.
Banyak hal yang kami obrolkan, mulai dr bagaimana Beliau menjaga makanan, hanya makan nasi jagung, nasi merah, hingga saya tahu bahwa nasi putih dingin itu mengandung gula lebih rendah dari nasi putih hangat. Namun dari berbagai hal yang kami bicarakan, ada sepenggal kisah yang sangat ingin saya bagi.... Yaitu Beliau sebagai "Pejuang...."
.
Dilahirkan dari keluarga yang tidak mampu, sejak SD Beliau sudah ikut membantu keluarga mencari nafkah. Ikut jadi kuli sawah dan pekerjaan kasar lainnya, sudah jadi santapan sehar-harinya. Saat SMP pun tidak jauh beda. Hari-hari Beliau dihabiskan untuk sekolah sambil membantu orang tua memenuhi kebutuhan keluarga. Apakah Beliau hidup di jaman susah dulu-dulu kala seperti cerita Bapak saya? Ternyata tidak juga, Beliau hanya selisih 2 tahun lebih tua dari saya. Namun goresan di wajahnya, memperlihatkan bertahun-tahun penuh perjuangan yg melebihi umurnya.
.
Setelah Beliau lulus SMP, maka ada dua pilihan berat yang dihadapinya. Di saat yang kurang lebih sama saya masih asyik memilih main PS dimana, Beliau harus memilih apakah meneruskan SMA dengan risiko adhik-adhiknya terancam putus sekolah, atau Beliau yang harus mengalah menjauh dari impian dan cita-cita. Dan Beliau yang baru lulus SMP, yang belum punya ilmu apa-apa itu, memutuskan untuk pergi ke sebuah bengkel dan membantu ngenek disana dengan bayaran ala kadarnya. Ya, Beliau tidak peduli bayaran, yg penting disana Beliau bisa belajar sebanyak-banyaknya, dan tanpa bangku sekolah pun Beliau bisa mendapatkan Ilmu yg berguna.
.
Kalau saya selama dua tahun masa SMA hanya bisa ketawa-tawa dan mengerjakan soal matematika, masa dua tahun "SMA" Beliau dihabiskan untuk menyerap ilmu bengkel motor sebanyak-banyaknya. Dan berikutnya saat saya masih tergantung mengandalkan uang saku dari orang tua, Beliau sudah ahli mengerjakan pekerjaan bengkel, dan mampu menghasilkan uang yang lumayan untuk membiayai dirinya dan orang tuanya. Alhamdulillah.... Baarakallaahu fiyhi.
.
Setelah 2 tahun masa menimba ilmu, dan 5 tahun masa mandiri di perbengkelan motor, ada tetangga yang mengajak ke Surabaya. Ada pekerjaan terkait cold storage yang harus ditangani. Dan melihat kegigihan dan perjuangan Beliau, maka tetangganya tersebut mengajaknya. Dengan polos Beliau mengatakan bahwa tidak tahu apa-apa terkait cold storage, Beliau tahunya hanya motor, pun ijazah tidak punya, hanya ijazah SMP yang entah itu bernilai apa.
.
Lantas apa yang terjadi..... Capek gaes.... Ntar lagi ya di episode kedua..... ;)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun