Kajian aksiologis filsafat pancasila bertujuan untuk membasah tentang nilai praktis atau manfaat suatu pengetahuan mengenai pancasila, hal ini dikarenakan sila-sila pancasila mermiliki satu kesatuan dasar aksiologis, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakekatnya juga merupakan satu kesatuan.
Aksiologis pancasila memiliki arti bahwa seseorang membahas tentang filsafat nilai pancasila. Seperti sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Artinya ada sifat dan kualitas yang melekat pada sesuatu tersebut, seperti indah dan baik, sifat-sifat tersebut pastinya terkandung dalam pancasila sebagai filsafat atau falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Notonagoro merinci tentang nilai yang ada bersifat material dan non material, dalam hubungan ini manusia memiliki orientasi nilai berbeda yang bergantung pada pandangan hidup dan filsafat hidup masing-masing.
Terdapat kelompok yang mendasarkan pada orientasi nilai material tetapi juga ada yang mendasarkan pada nilai nonmaterial. Nilai material relatif lebih mudah diukur menggunakan panca indera atau alat pengukur.
Selain itu, Notonagoro juga beranggapan bahwa nilai-nilai pancasila itu termasuk nilai kerohanian, nilai ini mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian pancasila yang tergolong nilai kerohanian juga mengandung nilai-nilai lain, seperyi nilai kerohanian dan harmonis seperti nilai material, nilai vital nilai kebaikan, kebenaran, keindahan dan estetis.
Terdapat berbagai macam teori mengenai nilai dan sangat bergantung pada titik tolak serta sudut pandang masing-masing dalam menentukan penilaian. Kalangan materialis memandang bahwa hakekat nilai yang tertinggi adalah nilai material, sementara kalangan hedonis berpandangan nilai tertinggi adalah kenikmatan.
Jadi, secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung dari nilai-nilai pancasila sebagai bangsa yang berkeuhanan, berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia menghargai, mengakui, dan menerima pancasila sebagai sesuatu yang bernilai.
Pengakuan, penghargaan, dan penerimaan pancasila sebagai suatu yang bernilai itu tampak pada sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia. Apabila hal tersebut telah tampak pada bangsa Indonesia, maka bangsa inilah yang merupakan pengemban dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan.
Susunan pancasila yang hierarkhis berbentu piramida merupakan gambaran hubungan hierarkhi sila-sila dari pancasila sesuai dengan urutan dan juga dalam hal sifat masing-masing yang dimiliki sila-sila tersebut. Pancasila merupakan suatu kesatuan keseluruhan yang bulat dan muthlak, apabila urutan itu dipandang tidak demikian maka mereka akan terpecah.
Pancasila dengan lima silanya pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Maksud dari sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling memiliki kerja sama untuk mendapatkan atau meraih tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Sila-sila pancasila yang merupakan hakikat dasar adalah suatu kesatuan yang organis.