***
"Ibu, kangen Erwin. Dipeluknya ibu erat setelah seharian di kantor."
"Ibu lebih kangen nduk."
"Kenapa ibu sendirian, bapak gimana bu?"
"Dia bilang pengen segera gendong cucu. Cepetan win, ibu juga gak sabar nak. Kalian udah berobat belum? Empat tahun udah terlalu lama." Ibu bicara sambil memelankan suara mungkin takut aku dengar.
"Iya Erwin usahain ya bu. Mungkin karena kami berdua sibuk bekerja."
"Ya sudah ibu tidur dulu. Kamu cepetan masuk kamar. Kasihan Dela dah nunggu di kamar."Â
***
Kami berdua diam dalam kamar. Belum ada satupun yang membuka pembicaraan. Ada rasa sungkan. Akupun heran kenapa mulutku diam dan malu. Mas erwin makin mendekatiku.Â
"Del, maafin mas ya udah cuekin kamu. Karena mas bingung mau ngomong apa."
Aku tahu sifatnya dari dulu emang pendiam. Tapi sebagai suami harusnya dia melakukan kewajibannya. Bukan hanya memberi harta. Namun terlebih ke pemenuhan hak batin.