Mohon tunggu...
Rizki putra Wijaya
Rizki putra Wijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berenang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Gerakan Sosial Baru Indonesia: Reformasi 1998 dan Proses Demokratis

17 April 2024   21:15 Diperbarui: 17 April 2024   21:17 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Republika Online
Republika Online


Pada akhir tahun 1960an, masyarakat global mengalami transformasi besar dan dramatis, atau beberapa bisa disebut sebagai revolusi. Gerakan hak sipil dan anti- perang di Amerika, demonstrasi 1968 di Prancis, protes mahasiswa di Jerman, Inggris atau Meksiko, koalisi buruh- mahasiswa ‘Hot Autumn’ 1969 di Itali, aksi pro demokrasi menentang Francoisme Madrid dan Komunisme Prague, tumbuhnya paham Katolikisme kritis dari Amerika Selatan sampai Roma, gerakan lingkungan dan perempuan, telah berperan membentuk politik baru di tahun 1970an. Fenomena ini menandakan perubahan besar terjadi secara global.
Jika pada akhir 1940an, gerakan sosial kurang mendapat deskripsi pemahaman dan kerangka teoritik, maka pada akhir 1960an gerakan sosial mulai menjadi fokus dalam studi perubahan sosial. Riset gerakan sosial sebagai aksi kolektif, pada pertengahan 1970an, menjadi salah satu bidang kajian penting dalam sosiologi.2 Salah satunya yakni pendekatan interaksionisme simbolik yang lekat dengan aliran Chicago, yang mengembangkan analisis perilaku kolektif (collective behavior)sebagai bidang kajian sosiologi. Para penggagasnya, E. Park dan Ernest W. Burges,menekankan bahwa fenomena kolektif tidak serta merta mencerminkan krisis sosial, tetapi lebih kepada usaha memproduksi norma dan solidaritas baru, serta melihat gerakan sosial sebagai mesin perubahan sistem nilai. Perilaku kolektifkemudian dikembangkan oleh tokoh seperti Herbert Blumer, Ralf Turner dan Lewis Killian. Mobilitas penduduk, organisasi dengan skala luas, perkembangan teknologi, komunikasi massa dan penolakan terhadap nilai tradisi menjadi pemicu pencarian pola atau sistem organisasi sosial baru. Perilaku kolektif merupakan perilaku yang berkaitan dengan perubahan dan gerakan sosial merupakan bagian integral dari status quo dan proses transformasinya.3 Pendekatan lain; struktural-fungsional Neil Smelser (1964) yang mencoba menjelaskan gerakan sosial sebagai efek samping dari transformasi sosial yang pesat. Menurutnya, dalam sistem yang sudah mapan, perilaku kolektif menjadi tegang di mana mekanisme sistem yang stabil tak mampu beradaptasi dengan cepat. Pada saat transformasi sosial bergerak cepat dan berskala luas, ikatan kolektif seperti – agama, masyarakat inklusi, sekte politik, utopian ekonomis – mengalami guncangan makna, yang menunjukkan ketidakmampuan institusi dan mekanisme kontrol sosial untuk mereproduksi ikatan sosial. Gerakan sosial merupakan reaksi masyarakat terhadap situasi krisis yang menginginkan basis baru bagi ikatan sosial.4Pendekatan Blumer cenderung menekankan faktor psikologis, mengabaikan konteks di mana gerakan sosial muncul. Sedangkan Neil Smelser menekankan faktor struktural, mengesampingkan agensi dan kuranng interpretatif.

Gerakan Sosial Baru
 
Gerakan sosial baru muncul seiring dengan perubahan bentuk masyarakat. Perkembangan masyarakat kekinian tentu juga menjadi pertimbangan perihal bagaimana mengamati bentuk gerakan sosial yang muncul, strategi yang digunakan, serta visi dan perubahan yang ingin dicapai. Para teroretikus sosial juga telah mengembangkan pemikirannya dalam merumuskan masyarakat kontemporer. Alain Touraine menyebut masyarakat kekinian sebagai masyarakat terprogram (programmed society), Daniel Bell memakai istilah masyarakat Post-Industri, Jean Baudrillard menyebutnya sebagai masyarakat postmodern, Jean-François Lyotard menggunakan istilah masyarakat terkomputerisasi (computerized society), Anthony Gidden punya istilah kapitalisme lanjut. Pada intinya, pemikiran mereka menyebut adanya pengaruh perkembangan teknologi, kapitalisme dan industri yang eksesif terhadap kebudayaan masyarakat.
Bentuk masyarakat dan relasi sosial tentu juga semakin kompleks. Touriane mengidentifikasi ada empat tipe masyarakat berdasarkan ciri antagonismenya yakni masyarakat agraris, merkantilis, industri dan terprogram. Keempat tipe tersebut cenderung tidak disebut sebagai progres atau evolusi masyarakat, tetapi mereka diandaikan bisa saling tumpang tindih. Antagonisme dalam masyarakat agraris adalah antarpekerja dan tuan tanah. Merkantilisme antarbudak dan saudagar. Dalam masyarakat industriyang berkonflik adalah kelas buruh dan pemodal. Sedangkan dalam masyarakat yang terprogram, antagonismenya lebih kompleks.5 Ciri khas dalam masyarakat terprogramadalah produksi hal simbolik atau kultural yang membentuk atau mentransformasikan representasi esensi manusia dan dunia eksternal. Gagasan Touraine bermaksud mengenali tipe (cara) produksi baru, kekuatan baru dan konflik sosial baru dalam masyarakat kontemporer.

Gerakan Sosial Baru Indonesia: Reformasi 1998

Perkembangan zaman turut mempengaruhi bagaimana gerakan dan aktivisme diorganisiruntuk memperkuat keefektifannya. Namun ia juga kerap mendapat dukungan yang tidak direncanakan sebelumnya. Perkembangan media dan kemajuan teknologi informasi kerap terlibat dalam perjuangan sebuah gerakan. Semisal gerakan reformasi 1998. Hotman Siahaan, guru besar Universitas Airlangga Surabaya, mengatakan bahwa televisi secara langsung atau tidak langsung telah “memberi inspirasi kepada gerakan mahasiswa untuk ikut turun ke jalan...” Secara spesifik, Hotman, yang kala itu terlibat langsung dalam mobilisasi gerakan mahasiswa di Universitas Airlangga, menyebutkan bahwa berita “Liputan 6” SCTV menjadi referensi paling layak bagi mahasiswa dalam merumuskan isu yang harus dilontarkan dalam aksi demonstrasi (pro Reformasi) di Surabaya.9Pada periode 1990an media, khususnya televisi swasta, mulai berkembang di Indonesia. Ia secara langsung atau tidak langsung, direncanakan atau tidak, tak dapat dipungkiri turut mendorong laju gerakan reformasi Indonesia.
Tentu ada banyak faktor pemicu atau pendorong gerakan reformasi 1998. Yang perlu ditilik terkait dengan perkembangan industri, teknologi dan kapitalisme di zaman kontemporer adalah terbentuknya satu kelas baru. Ariel Heryanto mengidentifikasi adanya orang kaya baru (new rich) di Indonesia yang turut mengkonstruksi budaya dan kontestasi identitas kelompok, melalui budaya konsumsi, yang kemudian disebutnya sebagai kelas menegah (baru).10 Ariel berpendapat bahwa konsumerisme dan konsumsi yang tinggi turut memainkan peranan penting dalam politik kultural Indonesia kontemporer. Kelas menenengah baru itu diantaranya adalah kalangan alumni dari berbagai kampus, yang perannya dalam gerakan reformasi 1998, tak bisa diabaikan. Mereka terutama terdiri dari kalangan profesional berusia di atas 40an. Sebagian besar adalah “mantan” aktivis mahasiswa 1970/1980an.Karena situasi krisis ekonomi, sebagian dari mereka menderita karena bisnis yang anjlok atau bangkrut. Tidak ada pilihan lain, kecuali menengok gerakan mahasiswa sebagai alternatif untuk memperbaiki keadaan, baik karena motif-motif pribadi yang dilatari oleh kondisi ekonomi tersebut, maupun motif idealisme sisa-sisa masa mereka aktif dalam aktivisme politik tahun- tahun 1970an dan awal 1980an. Apapun latar belakangnya, pada akhirnya mereka “turun gunung” dan bergabung dengan mahasiswa. Beberepa kelompok mahasiswa bahkan mengendalikan, khususnya melalui bantuan finansial pada gerakan mahasiswa. Tentang kelas mengengah juga tidak tunggal. Eep Saefulloh Fatah, dalam konteks gerakan reformasi 1998, menyebut bangkitnya ‘kelas menengah politik’, yakni anggota kelas terdidik di perkotaan yang menjadikan kritisisme sebagaii basis politik mereka. Kelas menengah politik berbeda dari konsep kelas menengah yang lazim dalam ilmu sosial. Kelas menengah membangun daya tawarnya vis a vis negara melalui modal. Kelas menengah politik membangun daya tawarnya melalui intelektualitas dan organisasi politik. Merekalah yang menguatkan atau mengeraskan gerakan sosial pada konteks reformasi 1998. Mereka memiliki daya tawar berupa moralitas untuk membangun sistem atau wacana masyarakat baru.

Demokratisasi di Indonesia Melalui Gerakan Sosial Baru

Gerakan reformasi 1998 bisa dikatakan membuka pintu demokratisasi dan desentralisasi sistem di Indonesia. Meskipun sistem demokrasi langsung baru diterapkan tahun 2004. Juga, meskipun sistem demokrasi diinstal pada ‘folder’ feodalisme, kapitalisme, agama dan tradisi. Kita bisa melihat bagaimana dalam sistem demokrasi di Indonesia masih ada sistem feodal/tradisi seperti di Yogyakarta dan Solo, serta ada juga sistem syariah seperti di Aceh. Tetapi setidaknya, gerakan sosial baru perlahan muncul sebagai efek demokratisasi dan dorongan kepada bentuk demokrasi yang kerap disebut sebagai demokrasi langsung.
Dalam demokrasi langsung, gerakan sosial baru merupakan agen perubahan. Secara umum gerakan sosial muncul sebagai bentuk ketidakpuasan dengan kebijakan yang ada. Bentuk keberhasilan gerakan sosial ditentukan dari sejauh mana perubahan kebijakan mampu mengakomodasi tuntutan atau partisipasi publik dalam perumusan kebijakan. Gerakan sosial menegaskan demokrasi langsung yang dianggap lebih dekat dengan kepentingan publik daripada demokrasi liberal, yang berbasis delegasi untuk representasi rakyat yang hanya bisa dikontrol saat pemilihan, dan demokrasi terorganisir yang berbasis mediasi oleh partai politik. Demokrasi langsung bersifat partisipatoris, otoritasnya didelegasikan untuk isu-isu tertentu yang berkaitan dengan kepentingan publik, dengan syarat tuntutan kesetaraan dan perlindungan hak demokratis untuk minoritas. Ia bersifat desentral dan menekankan kebijakan atau keputusan mesti diambil sedekat mungkin dengan kehidupan rakyat.15 Gerakan Bali tolak reklamasi menuntut pembatalan Pepres No 51 tahun 2014 tentang rencana tata ruang kawasan perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan. Gerakan selamatkan rembang (SaveRembang) menuntut pembatalan izin-izin pertambangan oleh pemerintah provinsi Jawa Tengah.
Gerakan sosial merupakan bentuk pembukaan ruang-ruang dalam penyaluran aspirasi publik sebagai bentuk proses demokratisasi. Bagaimana dengan pembukaan ruang seperti dalam gerakan Koin Peduli Prita, gerakan kawan-kawan change.org atau yang terbaru gerakan donasi untuk ibu Saeni? Ada pembukaan ruang virtual dalam sebuah gerakan. Bagi Porta dan Diani, ada perbedaan antara gerakan konsensus dengan gerakan konfliktual/gerakan sosial. Gerakan konsensus seperti donasi, atau relawan sosial, merupakan aksi kolektif yang tidak mengandung elemen konflik, dalam arti konflik struktur sosial. Gerakan konsensus tidak mensyaratkan lawan yang spesifik. Solusi yang dituntut bukan perubahan distribusi kekuasaan atau perubahan struktur sosial, tetapi fokus kepada pelayanan yang bersifat publik, swadaya. serta pemberdayaan personal maupun komunal. Sedangkan gerakan sosial memiliki ciri:
(1) Terlibat dalam relasi konfliktual dengan lawan yang spesifik.
(2) Hubungan dibentuk oleh jaringan informal yang solid.
(3) Berbagi identitas bersama.
Perbedaanya lagi, gerakan sosial baru memiliki karakter utama yakni protes publik yang damai/non-kekerasan, yang membedakannya dengan gerakan politik melalui jalur partisipasi publik konvensional seperti voting atau lobi dalam perwakilan politik. 16
Strategi gerakan sosial baru turut memunculkan nilai dan bahasa simbolik tertentu. Kalau di Barat, nilai-nilai yang digunakan dalam gerakan sosial adalah wacana untuk membongkar opresi modern seperti kapitalisme, tradisi keluarga, seksualitas, agama atau media massa. Sehingga wacana yang muncul adalah feminisme, liberalisme, neo-marxist. Sedangkan gerakan sosial baru di Indonesia yang belum tuntas membongkar opresi kultural, justru menggunakan nilai opresi kultural seperti nilai-nilai tradisi sebagai titik tolak perjuangannya, serta sebagai kohesi solidaritasnya. Nilai kultural yang opresif bagi Barat, sebaliknya digunakan oleh gerakan sosial Indonesia untuk membongkar opresi ketidakadilan. Gerakan selamatkan Rembang memunculkan nilai/filosofi kejawen perihal hubungan antara manusia dengan alam. Gerakan Bali tolak Reklamasi memunculkan nilai-nilai adat seperti puputan (perang habis-habisan sampai mati).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun