Mohon tunggu...
Rizki Muhammad Iqbal
Rizki Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... Penulis - Suka makan ikan tongkol

Hari ini adalah besok pada hari kemarin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Konsep Diri dari George Herbert Mead

29 Oktober 2020   15:13 Diperbarui: 6 Maret 2022   02:59 8770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
George Herbert Mead. | Sumber Gambar: yearry panji setianto - WordPress.com

Konsep diri menurut George Herbert Mead adalah produk proses-proses sosial, terutama proses komunikasi di antara umat manusia.

Interaksi sosial sebagai dasar dari kehidupan sosial sepertinya sudah lumrah dalam benak kita. Dalam interaksi ini terdapat simbol-simbol sosial yang mampu mendorong manusia untuk berpikir, kemudian merespons. Mungkin inilah yang terjadi ketika manusia melakukan interaksi. Berbeda dengan hewan, manusia memiliki berkah utama berupa kemampuan untuk berpikir dan mempertimbangkan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

Sebelumnya saya menulis dan mendiskusikan relevansi dramaturgi dari Erving Goffman yang juga termasuk ke dalam pemikir penting tradisi interaksionisme simbolik. Kali ini saya akan membahas satu pemikir besar dalam tradisi ini mengenai konsep diri, yakni George Herbert Mead.

Baca juga: Korelasi "Discrepancy Theory" dan Konsep Diri di Media Sosial

George Herbert Mead lahir di South Hadley, Massachusetts, Amerika Serikat pada 27 Februari 1863 dan kemudian meninggal pada 26 April 1931. Beliau sebenarnya merupakan pemikir psikologi sosial, namun pengaruhnya dalam sosiologi juga cukup besar. 

Maka beliau juga bisa disebut sebagai sosiolog dalam tradisi interaksionisme simbolik. Dua akar yang paling mempengaruhi teori-teori Mead mencakup filsafat pragmatisme dan psikologi sosial tindakan atau behaviorisme psikologis.

Awalnya saya mengenal tokoh ini melalui karya tunggalnya, yakni Mind, Self and Society. Buku ini merupakan kumpulan catatan-catatan para mahasiswa selama mengikuti kuliah dari Mead. Buku ini juga menggambarkan secara garis besar sistem pemikiran Mead seputar konsep diri secara sosial. 

Secara luas, Mead mendefinisikan bahwa diri dibentuk oleh proses-proses langsung dalam interaksi sosial. Menurutnya (Mead, 1934/2018: 261) proses sosial bertanggung jawab dari kemunculan diri; diri tidak hadir sebagai diri terpisah dari jenis pengalaman ini.

Konsep diri dari Mead tidak seperti konsep diri yang biasa digunakan dalam ranah psikologi murni yang biasanya menyatakan bahwa diri merupakan entitas lain yang berasal dari dalam diri sendiri. Konsep diri menurut Mead adalah produk proses-proses sosial, terutama proses komunikasi di antara umat manusia (George Ritzer & Jeffrey Stepnisky, 2019).

Sederhananya, kita bisa menemukan konsep diri ketika berada dalam suatu lingkungan masyarakat atau kelompok mikro yang lebih kecil. Jadi di dalam suatu lingkungan masyarakat, kita akan mengamati proses-proses sosial yang terjadi. Kemudian kita akan mengambil sikap-sikap orang lain secara sadar dan kemudian menyesuaikan dengan keadaan sosial yang ada.

Hal ini sama seperti kita sewaktu kecil. Kita waktu kecil cenderung mengambil sikap dari orang-orang yang kita amati. Dulu sewaktu kecil, adik saya sering berpura-pura menjadi Spiderman. Dia sering melata di lantai dengan menggunakan topeng Spiderman. Dari fenomena kecil ini, kita bisa berasumsi bahwa adik saya ini sedang mengambil peran Spiderman setelah dia menonton film Spiderman. 

Hal inilah yang dinamakan Tahap Sandiwara, di mana anak kecil berusaha membangun sebuah diri melalui peran yang diambil untuk dirinya sendiri dan kemudian merepresentasikannya. Aktivitas meniru lalu merepresentasikannya inilah yang menurut Mead (1934/2018: 288) adalah aktivitas terorganisasi yang di dalam sifat seorang anak mengendalikan respons tertentu yang memberi kesatuan dan membangun diri miliknya sendiri.

Baca juga: Konsep Diri Menurut Plotinos

Kemudian tahap selanjutnya adalah Tahap Permainan. Di sini anak-anak bisa mengambil peran yang berbeda-beda. Dia juga pasti mengerti untuk mengambil tindakan sebagaimana peran yang dia mainkan. Hal ini tercermin pada permainan masa kecil, misalnya permainan kasti, bintang mas, petak umpet, dan lain-lain. Kita ambil contoh permainan petak umpet, meski di dalamnya hanya terdapat dua peran yang berbeda. Namun setiap anak mengerti dan memahami peran yang lain dan kemudian menyesuaikan tindakannya sesuai dengan peran yang dia peroleh.

Setelah masa perkembangan anak, kita akan mulai masuk ke dalam Tahap Permainan dari konsep diri Mead yang lain, yakni Generalized Other atau sikap dari suatu kelompok. Di sini kelompok akan mengatur sikap-sikap individu agar selaras dengan sikap kelompok tersebut. Dari sini kita akan mengaitkannya dengan konsep Aku Sebagai Subjek (I) dan Aku Sebagai Objek (Me).

Individu sebagai I adalah konsep diri yang kreatif; yang bisa melakukan perubahan. Sedangkan individu sebagai Me adalah konsep diri yang cenderung menerima sikap-sikap dari orang lain secara teratur. 

Misalnya ada seseorang yang masuk ke dalam suatu organisasi. Organisasi tersebut mengarahkan sikap-sikap orang itu agar sesuai dengan visi dan etika yang ada di dalam organisasi tersebut. Dalam hal tersebut orang itu menggunakan diri sebagai objek (Me), sehingga dia akan berusaha bersikap konformis dengan sikap-sikap yang ada di dalam organisasi tersebut.

Ketika dia sudah selaras dengan Generalized Other, dia bisa merepresentasikan dirinya secara otomatis kepada orang lain melalui nilai-nilai yang sudah tertanam di dalam dirinya sendiri. Individu sebagai I juga merupakan suatu perwujudan diri. I tidak bisa diprediksi karena I ada di dalam ingatan seseorang. 

Selain itu, di dalam diri individu selalu ada proses-proses sosial yang senantiasa mengalir di dalam I dan Me. Nilai-nilai yang seseorang peroleh melalui Me akan disaring dan tertanam dalam diri, kemudian dia akan merepresentasikan nilai-nilai itu melalui I. Nah, dari sinilah diri terbentuk.

Di dalam suatu masyarakat, individu akan mengarahkan tindakan sosialnya dengan cara bersikap konformis terhadap proses-proses sosial yang ada di dalam tubuh masyarakat yang mana dia menjadi anggota dari masyarakat tersebut. 

Baca juga: Kiat Membangun Konsep Diri Positif pada Anak Usia Dini

Namun masyarakat juga bergantung pada kesadaran reflektif para anggotanya. Jadi hubungan antara masyarakat dengan diri mencakup hubungan timbal balik; di mana individu dibentuk oleh masyarakat dan individu bisa mengubah masyarakat.

Di sini individu hanya bisa mendapatkan sebuah diri melalui aktivitas sosialnya dan hubungannya dengan individu-individu lain di tengah masyarakat. Diri juga hadir jika individu terlibat dalam keanggotaan suatu kelompok masyarakat. Maka dari itu, diri selalu bersifat sosial dan kesadaran diri merupakan suatu tanggung jawab sosial, bukan semata-mata merupakan sesuatu yang hadir dari ruang kosong.

Referensi:

  • Mead, George Herbert. 1934/2018. Mind, Self & Society (Pikiran, Diri & Masyarakat). Penerjemah: William Saputra. Yogyakarta: FORUM
  • Ritzer, George dan Jeffrey Stepnisky. 2019. Teori Sosiologi, edisi ke-10. Penerjemah: Rianayati Kusmini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun