Mohon tunggu...
Rizka Waluya
Rizka Waluya Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Hobi membaca buku, membuat content

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebebasan Berekspresi di Lingkungan Kampus bagi Mahasiswa

20 Juni 2023   00:52 Diperbarui: 20 Juni 2023   01:05 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kebebasan berekspresi merupakan hak asasi yang penting dalam konteks akademik dan perkembangan intelektual mahasiswa. Lingkungan kampus merupakan tempat di mana
mahasiswa belajar, berdiskusi, dan mengembangkan pemikiran mereka. Dalam konteks ini, kebebasan berekspresi menjadi kunci penting dalam memastikan bahwa mahasiswa memiliki
lingkungan yang inklusif, terbuka, dan demokratis. 

Dalam opini ini, akan membahas pentingnya kebebasan berekspresi di lingkungan kampus, manfaatnya, dan tantangan yang
mungkin timbul.

Pertama-tama, kebebasan berekspresi adalah prinsip fundamental dalam mendukung pemikiran kritis dan inovasi di kalangan mahasiswa. Ketika mahasiswa memiliki kebebasan untuk menyatakan pendapat mereka, baik melalui kata-kata maupun tindakan, mereka didorong untuk berpikir secara kritis, menganalisis berbagai perspektif, dan mengemukakan
ide-ide baru. 

Tanpa kebebasan berekspresi, kampus akan menjadi tempat yang terhambat dalam keberagaman pemikiran dan cenderung menjadi homogen dalam pandangan dan
gagasan. Kebebasan berekspresi juga memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan toleran di kampus. 

Dalam masyarakat yang beragam seperti kampus, terdapat
berbagai latar belakang budaya, agama, dan pandangan politik. Kebebasan berekspresi memungkinkan mahasiswa untuk berbagi pandangan mereka secara terbuka dan menghormati perbedaan pendapat. Ini dapat membantu memperluas perspektif, meningkatkan pemahaman antarbudaya, dan mempromosikan kerjasama di antara mahasiswa dengan latar belakang yang
berbeda.

Adapun kebebasan berekspresi merupakan salah satu pilar utama dalam mendukung
perkembangan individu dan pembentukan identitas mahasiswa. Kampus yang memberikan ruang untuk berekspresi memungkinkan mahasiswa mengeksplorasi minat dan bakat mereka,
menciptakan kelompok studi atau klub yang sesuai dengan minat mereka, dan mengembangkan keterampilan kepemimpinan. Dengan kebebasan berekspresi, mahasiswa dapat menemukan jati diri mereka, merangkul passion mereka, dan tumbuh sebagai individu yang lebih percaya
diri.

Selain manfaatnya, kebebasan berekspresi di lingkungan kampus juga menghadapi tantangan tertentu. Salah satu tantangan utama adalah menemukan keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan penghormatan terhadap orang lain. Kebebasan berekspresi tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk merendahkan, menyakiti, atau mengintimidasi orang lain. Kampus harus mengembangkan kebijakan yang jelas dan tegas untuk melindungi mahasiswa dari pelecehan, diskriminasi, dan kekerasan, sambil tetap mempertahankan ruang untuk kebebasan berekspresi yang sehat.

Kemudian kebebasan berekspresi juga dapat menjadi kontroversial ketika melibatkan isu-isu sensitif atau konflik politik. Lingkungan kampus harus menyediakan ruang yang aman bagi mahasiswa untuk mengemukakan pendapat mereka tanpa takut dicap atau dianiaya.

Namun, saat menghadapi isu-isu yang sensitif, penting bagi kampus untuk menciptakan forum yang memfasilitasi dialog terbuka, penghormatan, dan saling mendengarkan. Diskusi yang konstruktif dan pemahaman yang lebih baik dapat dicapai melalui pendekatan seperti ini.

Dalam melindungi kebebasan berekspresi, penting bagi kampus untuk menjaga kemandirian akademik dan tidak membatasi hak berbicara mahasiswa berdasarkan pandangan politik atau kepentingan ekonomi. Kampus harus menjadi tempat yang bebas dari sensor dan intervensi yang tidak beralasan. Pembatasan terhadap kebebasan berekspresi yang tidak masuk akal dapat meredam semangat inovasi dan menghambat pertumbuhan intelektual mahasiswa.

Adapun terdapat beragam teori sikap, diantaranya yaitu teori belajar, teori insentif, dan teori konsistensi kognitif, pertama Teori belajar menyatakan bahwa kebebasan berekspresi dapat mempengaruhi pembentukan sikap mahasiswa. Dalam konteks kampus, mahasiswa yang diberikan kebebasan untuk menyuarakan gagasan, pendapat, dan ide-ide mereka akan merasa dihargai dan diakui sebagai individu yang memiliki pemikiran yang berharga. Melalui interaksi dengan lingkungan yang inklusif dan mendukung, mahasiswa dapat belajar dari pengalaman serta menerima umpan balik dari rekan-rekan mereka. Ini akan membantu mereka mengembangkan sikap kritis, berpikir secara mandiri, dan mampu mengartikulasikan gagasan mereka dengan lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun