Dalam perjalanan demokrasi Indonesia, peran mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) memang tak dapat diremehkan. Mahasiswa PPKn bukan hanya kalangan terpelajar, tapi juga calon penerus bangsa yang nantinya akan menjadi pemimpin dan penggerak di tengah masyarakat. Sayangnya, pada saat pemilihan umum (pemilu), partisipasi kalangan mahasiswa PPKn masih terbilang rendah.
Berdasarkan pengamatan, masih banyak mahasiswa PPKn yang memilih golput atau tidak menggunakan hak pilihnya saat hari pencoblosan. Hal ini terjadi bukan karena apatis sepenuhnya, tapi lebih sering disebabkan kurangnya kesadaran, informasi, dan edukasi mengenai pentingnya suara mereka demi masa depan bangsa.
Selain masalah kesadaran, kesibukan akademik dan masalah domisili juga menjadi hambatan. Hal ini membuat proses menggunakan hak pilih menjadi lebih sulit dan tidak praktis. Alhasil, sebagian besar mahasiswa PPKn memilih golput, bukan karena tidak peduli, tapi karena kesulitan administratif dan kurangnya akses.
Ini menjadi masalah yang perlu diberi perhatian, karena satu suara dapat turut menentukan nasib bangsa. Dalam demokrasi, partisipasi rakyat—termasuk kalangan terpelajar seperti mahasiswa PPKn—sangat penting demi terciptanya pemerintahan yang mampu mewakili kepentingan masyarakat luas.
Oleh karena itu, dibutuhkan langkah konkret, seperti sosialisasi yang kreatif, pelayanan administrasi yang lebih mudah, dan pendekatan dari kalangan akademisi, organisasi kemahasiswaan, dan Himpunan Mahasiswa PPKn, demi meningkatkan kesadaran dan partisipasi mahasiswa PPKn pada saat Pemilu. Dengan cara itu, nantinya suara kalangan terpelajar dapat bergema dan turut mewarnai perjalanan bangsa Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI