Maret lalu saya kembali gusar, varian virus baru yang disinyalir punya daya infeksi lebih cepat dan memunculkan gejala lebih berat mulai menjangkiti Indonesia.Â
Kewaspadaan yang sempat mengendur rasanya ditarik kembali untuk tegak. Salah satu keajaiban Ramadan takkan terjadi jika banyak sekali kumpul-kumpul yang dipaksakan.
Takdir Tuhan bisa berbicara dengan nada dan cara yang berbeda memang. Mempertemukan yang terlihat tidak mungkin atau memisahkan yang masih ingin bertemu. Tapi menjaga adalah serangkaian pilihan yang dibuat dengan sadar dalam berusaha menyelamatkan satu nyawa, yang pastinya berharga.
Hidup dengan pandemi pada akhirnya bukan menganggapnya tak lagi menyimpan bahaya. Rasa abai tak akan menjadikan pandemi ini minggir sendiri, justru malah seperti diberi kuasa.Â
Saling jaga dari Ramadan kemarin hingga kini jadi pelajaran ibadah yang jadi prioritas, menjaga makhluk Tuhan lainnya yang juga ingin mencapai sempurna ibadahnya di bulan ini. Tidak selalu mudah, namanya juga belajar. Proses yang tidak akan berhenti sampai kita mengembuskan napas terakhir. Tapi merasakan kehilangan yang sudah terjadi (atau sekadar membayangkannya) bukankah jauh lebih ngeri?
Selamat memulai  (kembali) ibadah Ramadan dan saling jaga yang harus tetap menyala. Pelajaran sepanjang masa untuk siapapun kita.