Pada Selasa pagi, 1 Juli 2025, kami melangkahkan kaki dari Surabaya menuju sebuah desa yang terletak di ujung tenggara Pulau Jawa: Desa Kendalrejo, Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi. Perjalanan panjang itu akhirnya membawa kami tiba di Kantor Desa Kendalrejo
tepat pukul 10.00 WIB, disambut hangat oleh suasana pedesaan yang tenang dan penuh
keramahan.
Kedatangan kami bukan tanpa tujuan. Sebagai tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari perguruan tinggi, kami melaksanakan kegiatan pra-BBK 6 sebagai bentuk pemetaan potensi desa sebelum terjun pada tanggal 7 Juli hingga 4 Agustus mendatang. Melalui wawancara langsung dengan perangkat desa, Pak Dafis, serta observasi lapangan, kami memperoleh banyak hal menarik tentang dinamika masyarakat Kendalrejo.
Desa yang Kaya Akan Komoditas dan Kearifan Lokal
Kendalrejo memiliki potensi pertanian yang luar biasa. Komoditas utama di desa ini adalah buah
naga, jeruk, jambu air, serta kelengkeng yang masih dalam tahap rintisan. Di antara deretan
pohon-pohon itu, kami melihat bagaimana para petani menerapkan teknik perlindungan hasil
pertanian dengan sangat serius. Pada pohon jambu dan kelengkeng, dipasang net atau jaring yang membentang luas di seluruh lahan untuk mencegah serangan hama seperti kutu.
Sementara itu, buah naga, yang menjadi primadona desa ini, dijaga pertumbuhannya dengan bantuan penerangan lampu. Hal ini dipercaya dapat membantu mempercepat dan
menyempurnakan proses pematangan buah. Produksi buah naga dari desa ini pun tidak hanya
untuk konsumsi lokal, melainkan telah menembus pasar-pasar besar seperti Kediri, Surabaya, hingga Jember, melalui jaringan pengepul.
Mayoritas penduduk Kendalrejo menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Hanya sebagian
kecil dari mereka yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Meski begitu, desa ini tidak
tertinggal dalam informasi maupun semangat untuk maju.
Tantangan Kesehatan dan Lingkungan yang Masih Menghantui
Saat ini, masyarakat sedang menghadapi ancaman penyakit demam berdarah, yang menjadi fokus utama dalam isu kesehatan desa. Meski begitu, kasus stunting tercatat sangat rendah bahkan nyaris tidak ditemukan. Ini merupakan pencapaian yang patut diapresiasi, menandakan adanya kesadaran gizi dan pola asuh yang cukup baik di tengah masyarakat.
Namun, persoalan lingkungan masih menjadi pekerjaan rumah. Belum adanya sistem pengelolaan sampah seperti bank sampah membuat sebagian besar warga masih membuang sampah di lahan terbuka yang telah “dilazimkan” secara turun-temurun, meskipun perangkat desa telah melarang praktik tersebut dan memasang papan peringatan. Ini menjadi ruang kontribusi besar yang bisa kami tawarkan selama KKN.
Harmoni Religius dan Budaya yang Kental