Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan pengalaman teman saya tentang series yang terakhir ia tonton. Series ini berjudul Brata yang bergenre action.Â
Series ini menceritakan tentang sebuah unit kepolisian yang dipimpin oleh Brata. Brata mempunyai tiga anak buah yang dijadikan tim penyelidik olehnya, mereka bernama Roni, Putu, dan Desi. Pada suatu hari ada sebuah kejadian kasus mutilasi sebanyak lebih dari dua korban. Korban tersebut ditemukan di sebuah gedung tua di mana beberapa potongan mutilasi korban dijadikan satu tubuh dan kepala korban diganti oleh kepala Cepot. Ketika itu Brata dan timnya menyelidiki kasus mutilasi tersebut. Brata dan timnya mulai mengidentifikasi dengan mengumpulkan nama-nama yang mencurigakan dari kasus ini.
Brata juga melakukan kerja sama dengan dokter forensik. Dokter forensik itu bernama Vera yang mempunyai asisten bernama Nori serta pembantu ruangan bernama Teja. Dari beberapa keterangan saksi dan beberapa bukti penyelidikan, terdapat satu orang yang bisa dijadikan tersangka yakni tukang rongsokan. Tetapi Brata tidak ingin tergesa-gesa untuk menjadikan tukang rongsokan ini sebagai tersangka dalam kasus mutilasi ini. Brata dan timnya mulai bekerja lebih keras untuk mengumpulkan data-data dan bukti kasus mutilasi ini.
Dari hasil mengumpulkan data dan bukti, dokter Vera  ditetapkan sebagai saksi karena dalam beberapa bukti terdapat data yang mengarah kepada dokter Vera. Dokter Vera pun diinterogasi oleh Brata bersamaan dengan bapak dokter Vera yaitu Pak Arifin, Pak Arifin merupakan orang penting di kota tersebut dan ia sedang mencalonkan diri sebagai Walikota dan Pak Arifin ini juga sering membantu secara finansial kepada pihak polisi. Sebab itu posisi Pak Arifin terancam gagal menjadi Walikota karena ia dijadikan saksi pada kasus ini.Â
Dari beberapa keterangan dokter Vera dan Pak Arifin, Brata dan timnya menemukan tersangka pada kasus ini. Bukan dokter Vera maupun Pak Arifin yang menjadi tersangka melainkan Teja si pembantu ruangan dokter forensik. Â Hal ini dapat diketahui sebab Teja memiliki dendam kepada keluarga dan teman-teman Pak Arifin karena ketika Teja masih anak-anak rumahnya dibakar oleh orang-orang yang diutus Pak Arifin. Kedua orang tuanya beserta adiknya meninggal dalam kejadian tersebut dan hanya tersisa tangan dari mayat adiknya yang terbakar pada saat itu.Â
Teja masih menyimpan tangan adiknya itu sampai kasus ini terungkap. Ketika Brata dan timnya ingin menangkap dan membawa Teja sebagai tersangka kasus mutilasi ini, ia lebih dulu menyandera dokter Vera di sebuah gedung tempat mutilasi itu. Dan saat Brata dan timnya mengejar Teja menuju gedung tempat mutilasi tersebut untuk menangkapnya dan membebaskan dokter Vera, terjadi pertarungan antara Brata dan Teja.Â
Setelah pertarungan tersebut Brata dan timnya berhasil membebaskan dokter Vera, Teja yang kalah dalam pertarungannya itu ingin dilumpuhkan dan dibawa oleh Brata, namun ia lebih dulu bunuh diri dengan cara melompat dari gedung tersebut. Teja pun akhirnya meninggal di tempat dan Pak Arifin yang sempat terancam gagal dalam pencalonannya kini berhasil mencalonkan dirinya dan akhirnya Pak Arifin menjadi Walikota setempat.
Demikian cerita singkat yang bisa ia berikan dan saya bagikan pada kesempatan ini
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI