Pada Sabtu (13/4), Iran meluncurkan serangan besar-besaran rudal dan drone ke Israel. Serangan ini diberi nama "Operasi True Promise" dilaporkan bahwa Iran meluncurkan sekitar 170 drone, 120 rudal balistik, dan 30 rudal jelajah.Â
Dilansir dari Al Mayadeen, Jumat (19/4), Israel mengklaim operasi tersebut tidak efektif karena 99% drone dan rudal yang diluncurkan berhasil dicegat. Proyektil yang berhasil dicegat merupakan bagian dari kerja sama dari pasukan Amerika Serikat, Prancis, Inggris, dan Yordania. Respons balasan juga melibatkan peluncuran tujuh rudal balistik, yang tidak ada satupun yang berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel "Iron Dome".
Serangan ini dilakukan sebagai balasan terhadap serangan udara Israel pada 1 April terhadap kedutaan besar Iran di Damaskus, Suriah, yang melukai tujuh perwira Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, termasuk Jenderal Mohammad Reza Zahedi yang merupakan salah satu komandan di pasukan elit Quds. Serangan Iran ini menandai kali pertama Tehran secara langsung menyerang Israel dari wilayah Iran.
Pada Jumat (19/4), Israel memberikan respon dengan melakukan serangan udara dekat Isfahan dan Tabriz, Iran. Iran mengklaim bahwa pertahanan udara mereka berhasil menghalau serangan tersebut dan tidak ambil pusing mengenai serangan tersebut, mengindikasilan bahwa Iran tidak berencana untuk merespon.
Pasca serangan balasan Israel, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan pada hari Selasa (23/4) bahwa "tidak akan ada yang tersisa" dari "Israel" jika kesalahan yang sama diulangi.
"Jika Israel melakukan kesalahan lagi dan menyerang wilayah Iran, maka mereka akan menghadapi konsekuensi yang sangat berbeda, dan tidak jelas apakah masih ada yang tersisa dari Israel," ujar Presiden Iran Ebrahim Raisi seperti dikutip kantor berita resmi Iran, IRNA.
M. Rizky Zacky Pratama (2308511103)