Mohon tunggu...
Muh Rizal Chesta Adabi
Muh Rizal Chesta Adabi Mohon Tunggu... 24107030068

Berbagi pemikiran, kisah, dan mengeksplor berbagai fenomena disekitar kita

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apakah Vape Lebih Berbahaya dari Rokok?

4 Juni 2025   12:50 Diperbarui: 4 Juni 2025   11:48 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir, rokok elektrik atau vape semakin populer di kalangan masyarakat, terutama generasi muda. Banyak orang menganggap vape sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan rokok konvensional, karena tidak menghasilkan asap dari pembakaran tembakau. Namun, perdebatan tentang bahaya vape dibandingkan dengan rokok masih terus berlangsung di dunia kesehatan. Apakah vape benar-benar lebih aman, atau justru memiliki risiko kesehatan yang lebih besar?

Rokok konvensional telah lama diketahui sebagai salah satu penyebab utama penyakit serius seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan. Kandungan dalam rokok tidak hanya berupa nikotin yang menyebabkan kecanduan, tetapi juga ribuan zat kimia berbahaya, termasuk tar dan karbon monoksida, yang dapat merusak organ tubuh dalam jangka panjang. Pembakaran tembakau menghasilkan asap yang penuh dengan partikel beracun yang dapat mengiritasi dan merusak paru-paru serta meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Di sisi lain, vape bekerja dengan cara berbeda. Alih-alih membakar tembakau, vape menggunakan cairan khusus yang dipanaskan untuk menghasilkan uap yang dihirup oleh pengguna. Cairan ini biasanya mengandung nikotin, perasa buatan, serta berbagai bahan kimia lainnya. Meskipun tidak mengandung tar seperti rokok tradisional, vape tetap menyimpan potensi bahaya yang tidak bisa diabaikan. Menurut dr. Erlina Burhan, SpP(K), seorang spesialis paru dari RS Persahabatan, meskipun kadar nikotin dalam vape lebih rendah dibandingkan rokok konvensional, penggunaannya yang lebih sering bisa menyebabkan paparan nikotin yang sama atau lebih tinggi. "Salah satu penelitian menyebut lebih dari 30 hisapan vape itu nikotin yang dihantarkan sama dengan satu batang rokok," jelasnya. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun vape tidak mengandung tembakau, penggunaannya tetap bisa mengakibatkan kecanduan yang sama dengan rokok.

Salah satu masalah utama yang dikaitkan dengan penggunaan vape adalah efeknya terhadap paru-paru. Studi menunjukkan bahwa beberapa bahan kimia dalam cairan vape, seperti propilen glikol dan gliserin, dapat menyebabkan peradangan serta gangguan paru-paru jika digunakan dalam jangka panjang. Lebih jauh lagi, kasus-kasus EVALI (E-cigarette or Vaping Associated Lung Injury) yang sempat meningkat beberapa tahun lalu menunjukkan bahwa vape dapat menyebabkan kerusakan paru-paru akut. Menurut dr. Tirtawati Wijaya dari Alodokter, "Meski tidak dibuat dari tembakau, vape tetap memiliki risiko kesehatan yang signifikan. Penggunaannya dapat menyebabkan gangguan pernapasan, peningkatan risiko penyakit jantung, serta kecanduan nikotin yang lebih kuat." Hal ini menegaskan bahwa vape bukanlah pilihan yang sepenuhnya aman bagi perokok yang ingin beralih dari rokok konvensional.

Selain dampak kesehatan, salah satu aspek yang menjadi perhatian utama adalah daya tarik vape bagi generasi muda. Tidak seperti rokok yang memiliki bau khas yang kurang disukai sebagian orang, vape hadir dengan berbagai pilihan rasa yang menarik, seperti vanila, buah-buahan, bahkan rasa permen. Hal ini membuat vape lebih menarik bagi anak muda, dan banyak di antaranya mencoba vape tanpa pernah merokok sebelumnya. Akibatnya, muncul kekhawatiran bahwa vape justru menjadi gerbang awal bagi kecanduan nikotin, terutama di kalangan remaja yang sebelumnya tidak memiliki kebiasaan merokok.

Dari segi regulasi, beberapa negara telah mengambil langkah untuk membatasi penggunaan vape karena risiko kesehatannya. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa penggunaan vape dalam jangka panjang masih belum sepenuhnya dipahami, karena teknologi ini relatif baru dibandingkan dengan rokok konvensional yang telah diteliti selama puluhan tahun. Pemerintah di berbagai negara mulai mengeluarkan peraturan ketat terhadap penjualan dan distribusi produk vape, terutama bagi anak di bawah umur, karena risiko kecanduan dan dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan.

Jika dibandingkan secara langsung, baik rokok konvensional maupun vape memiliki risiko kesehatan yang tidak bisa diabaikan. Rokok memiliki dampak buruk yang sudah jelas terbukti, menyebabkan penyakit serius yang bisa berujung pada kematian. Sementara itu, vape mungkin tampak lebih aman karena tidak menghasilkan asap dari pembakaran tembakau, tetapi tetap mengandung nikotin dan zat kimia yang bisa berdampak negatif terhadap tubuh. Selain itu, vape masih berisiko menyebabkan gangguan pernapasan, kecanduan nikotin, serta efek kesehatan jangka panjang yang belum sepenuhnya diketahui.

Kesimpulannya, pertanyaan apakah vape lebih berbahaya dari rokok tidak memiliki jawaban yang sederhana. Jika dibandingkan berdasarkan kandungan zat beracun seperti tar dan karbon monoksida, vape memang memiliki risiko yang lebih rendah. Namun, jika melihat potensi bahaya jangka panjang dan efek kecanduan nikotin, vape tetap memiliki dampak serius bagi kesehatan. Para ahli kesehatan, termasuk dr. Erlina Burhan dan dr. Tirtawati Wijaya, menegaskan bahwa vape bukanlah solusi aman bagi mereka yang ingin berhenti merokok. Jika tujuan seseorang adalah berhenti merokok, metode yang lebih efektif adalah terapi penggantian nikotin yang direkomendasikan oleh dokter, bukan beralih ke vape.

Pada akhirnya, baik rokok maupun vape membawa risiko kesehatan yang sebaiknya dihindari. Jika ingin menjaga kesehatan paru-paru dan tubuh secara keseluruhan, pilihan terbaik adalah berhenti mengonsumsi nikotin sama sekali. Dengan meningkatnya kesadaran akan bahaya nikotin dalam segala bentuknya, diharapkan lebih banyak orang yang memilih gaya hidup sehat tanpa rokok maupun vape.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun