Mohon tunggu...
Riza Hariati
Riza Hariati Mohon Tunggu... Konsultan - Information addict

SAYA GOLPUT!!!! Tulisan yang saya upload akan selalu saya edit ulang atau hapus tergantung mood. Jadi like dan comment at your own risk. You've been warned!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kenapa Saya Suka Melajang?

2 Juni 2018   16:15 Diperbarui: 3 Juni 2018   10:13 4107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay)

Orang-orang yang mempercayai Man Jadda wa Jadda, asal bersungguh-sungguh berusaha, pasti akan berhasil.

Saya pikir saya masuk dalam golongan itu, meskipun saya kadang suka malas, tapi saya percaya kalau saya sudah fokus pada sesuatu hal, pasti saya bisa berhasil melakukannya. Bahkan kadang saya keburu bosan duluan karena merasa pasti berhasil. Lho kok? Hehehe..

Kriteria berikutnya dari single at heart adalah mandiri, mampu menyelesaikan persoalan mereka sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Single at Heart akan meminta bantuan, kalau sudah benar-benar terpaksa dan tidak ada jalan lain.

Singkatnya, mereka tidak suka merepotkan dan membebani orang lain. Nah kalau ini tepat sekali, saya memutuskan hampir semua dalam hidup saya sendiri, dan saya tahu bahwa saya sepenuhnya bertanggung jawab atas keputusan saya.

Kemudian Single at heart tidak memerlukan persetujuan orang lain. Mereka lebih suka membuat keputusan besar dalam hidupnya tanpa meminta persetujuan dari orang lain, atau tanpa rasa khawatir bahwa keputusan mereka akan mempengaruhi hidup orang lain. Keputusan besar yang dimaksud misalnya berganti pekerjaan, pindah rumah, bahkan pindah ke luar negeri. Ini setiap hari saya lakukan. 

Orang-orang yang single at hearttidak suka ikatan. Saat putus dari pacar atau bahkan bercerai, bukannya merasa sedih, mereka justru akan merasa luar biasa lega. Terutama karena mereka merasa bebas kembali menjadi diri sendiri, bukan bagian dari satu pasangan. Dan saat melihat orang lain bermesraan, mereka bukannya merasa iri, tetapi justru heran dan biasanya tidak terlalu peduli. 

Saya pun begitu, tidak peduli pada kehidupan asmara orang lain, kecuali kalau pasangan tersebut betul-betul mengganggu secara langsung misalnya karena terlalu cabul atau berisik, baru deh saya gerah. Bahkan buku2 dan film2 romance saya tidak suka. Dan saya betul-betul tidak suka dikekang, dikontrol atau diatur-atur orang lain. Bahkan oleh mereka yang mengatakan, 'Ini semua demi kebaikan mu loh!' Tidak bisa.

Single at heart merasakan kesendirian sebagai sesuatu yang melegakan. Itu saya rasakan sekali, saat pulang dari kantor dan melihat rumah yang kosong saya merasa sangat lega dan terbebas dari keribetan bersosialisasi. Tidur di ranjang sendirian bagi saya sangat menyenangkan. Karena bagi saya sendiri tidak berarti kesepian. Menyetir sendirian di tol yang lancar membuat saya merasa senang sampai bernyanyi-nyanyi sendiri.

Dari kategori diatas ini, memang mungkin sekali, saya seorang Single at Heart. Dan sampai sekarangpun, diusia saya yang lebih dari 40 tahun, saya merasa sangat senang hidup melajang.

Sayangnya para single at heart, seperti saya ini tidak bebas untuk hidup melajang, karena semua mengharuskan mereka untuk menikah. Terutama karena adanya mitos dimana kebahagiaan seseorang tidak akan lengkap jika tidak menikah.

Mereka akan terus menerus ditanyai, 'kapan akan menikah?', dipojokkan, dicurigai, ditakut-takuti (nanti kalau sudah tua tidak ada yang akan mengurus loh!!), bahkan dalam kultur kita, dihina sebagai perawan tua yang tidak laku. Berbagai diskriminasi dimanapun sudah kenyang saya alami, karena status single saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun