Mohon tunggu...
Rian Yulianto
Rian Yulianto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

WARKOP DKI Reborn: Sebuah Refleksi Kerinduan dan Nilai Sosial Kemasyarakatan

11 September 2016   10:20 Diperbarui: 11 September 2016   10:38 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lanjut ke adegan berikutnya, adegan jangkrik boss pun diperankan oleh Vino sebagai Kasino dan Bossnya yang saat itu kepergok sedang mesum di kantor. Kejadiannya sama persis ketika Kasino masa lalu memergoki bossnya yang sedang mesum, ketika itu sang boss ditanya oleh Kasino “sedang apa boss?” Bos menjawab “Ada Jangkrik”. Namun sang wanita masih terlihat oleh Kasino pada akhirnya Kasino menggunakan kode “Jangkrik Boss” untuk meminta uang kepada bossnya. Kalau Kasino masa lalu sih cuma limarebu, tapi Kasino masa kini sudah seratusrebu. Wooowwwww... Korban Inflasi Orde Baru... Aduhhh, aku mikir anak cucuku kelak mungkin seratusrebu hanya dapat semangkuk bakso. Na’udzubillah......

Adegan yang selanjutnya masih dalam lingkup profesi mereka, antara karyawan dan boss. Boss menilai kinerja mereka bertiga paling parah diantara yang lainnya. Kemudian boss memanggilkan salah satu CHIP yang katanya dari cabang Prancis. Wowwww... Gile.... Pemerannya cantik bener... Pada adegan itu si boss menyuruh mereka bertiga untuk memecahkan kasus begal yang sedang ramai merebak.

JobDeskripsi sudah dibagi, mereka berpencar untuk mencari begal. Seperti yang kita duga namanya juga komedi, mereka melakukan kesalahan yang bukan memecahkan solusi namun menambah masalah.

Sangat kacau situasinya dan memancing tawa penonton. Ada kakek dan nenek yang sedang mencari cucunya, namun si Kasino dan Indro mengiranya begal, akhirnya mereka mengejarnya dengan menggunakan mobil jeep nya. Akhirnya sang kakek dan nenek menemukan cucunya. Apa yang terjadi setelah itu? Kasino dan Indro nekat untuk menangkap kakek dan nenek itu, dan mengira mukanya adalah topeng. Sampai pada akhirnya atas bujukan Indro masa depan mereka melepas topeng keduanya, dan ternyata itu adalah muka, ditempel kembali namun salah pasang (KASUS 1)

Di lain sisi, Dono dengan mesranya berboncengan dengan Sophia CHIPS wanita yang cantik dan seksi. Dono melepaskan pegangan tangan di stangnya, kemudian layaknya film Titanic mereka bermesraan, selepas itu mereka menabrak portal penutup jalan, akhirnya mereka menyungsep, sama persis adegannya ketika Dono masa lalu nyungsep di sebuah waduk kecil. Kemudian mereka berdua dimintai ganti rugi. (KASUS 2)

Selain kasus di atas saya agak lupa urutannya, kefatalan yang sangat luar biasa merugikan adalah ketika Dono dan Sophia mendapati seorang wanita yang terkena jambret, kemudian Dono dan Sophia mengejarnya dan bertemu dengan Kasino dan Indro dan akhirnya mereka berempat mengejar jambret dengan kecepatan yang luar biasa, namun akhirnya mereka malah menabrak showroom sebuah pameran lukisan yang mahal harganya. (KASUS 3)


Alhasil, mereka bertiga disidang, saat itu yang berperan sebagai hakim adalah Agus Kuncoro. Namanya juga film komedi, sidang berlangsung tidak tegang. Bahasa alay dan kekinian pun muncul. Namun nilai kritik sosial terdapat di dalamnya, seperti suap menyuap di pengadilan. Ada lagi sidang yang tak kunjung usai seperti kasus Jessica dan Mirna. Menjadi hakim itu adalah kerjaan yang sangat rawan resiko. Kalau jujur ya kelak masok sorga kalau tidak jujur ya siap-siap aja..... :D

Mereka bertiga akhirnya resmi menjadi terdakwa dengan hukuman 10 tahun penjara atau membayar denda sejumlah 8 Milyar Rupiah. Hal ini dapat saya simpulkan bahwa uang itu akan meringankan hukum bagi rakyat yang mempunyai uang, namun akan menindas bagi rakyat miskin. Mereka bertiga hanyalah karyawan swasta, yang bahkan membeli taplak meja saja harus kredit, yang anakannya setiap bulan akan selalu bertambah.

Akhirnya mereka bertiga menemui pakde Slamet, yang kelak yang namanya Slamet juga diperankan oleh Dono masa lalu, anak seorang saudagar tembakau yang sangat kaya raya ketika itu (masih ingatkah mas Slamet...????). mereka sowan ke rumah Pakde Slamet untuk meminjam uang, dan yang menggemaskan adalah ketika Pakde Slamet (ketika itu diperankan oleh Pak Tarsan) berbicara berulang-ulang yang isinya kalian itu siapa? Ada perlu apa? Panas gini minum es leci enak kali ya? Ndukkkkk... tolong buatin es tiga ya... ehhhh.. empat ding.... begitu berulang-ulang sampai tiga kali. Akhirnya uang dalam koperpun dikeluarkan oleh pakde Slamet untuk mereka bawa pulang....Lhoooo... belum minum lhoooo... hahahahaha

Setelah keluar dari rumahnya pakde Slamet, mereka pun membuka isi koper yang berisi uang mainan. Aduhhhh... apessss lagi ndrooooo...ndroooo... isinya uang monopoli. Akhirnya uang itu diberikan kepada adek-adek yang minta-minta dan buat bei jajan. Mereka bertiga dikira mengedarkan uang palsu... apesssss lagiiii.. uang gak dapet, tambah kasus lagiiiii...

Kemudian Sophia menawarkan untuk hutang kepada temannya, di tengah perjalanan naik Taxi mereka mendapati kecelakaan maut yang luar biasa. Ternyata orang yang ditabrak mempunyai sebuah dompet yang berisi peta harta karun. Untuk mendapatkannya mereka harus pergi ke Malaysia dengan tidak sedikit biayanya. Akhirnya mereka pun menjual aset-aset mereka sebagai uang saku dan transportasi ditanggung oleh Sophia. Setibanya di Malaysia ternyata tas mereka yang berisi peta tertukar oleh tas seorangwanita Malaysia. Mereka mengejarnya sampai mendapatkannya, dan belum mendapatkan tas itu film sudah selesai. Selesai? Iya... Bersambung....

Sampai jumpa di warkop selanjutnya... Masyarakat merindukanmu Mbah Dono, Mbah Kasino, Mbah Indro....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun